Almira mengajak kedua buah hatinya untuk berbelanja. Sesudah memastikan apa yang mereka butuhan sudah terambil semua. Almira segera menuju ke arah kasir. Setelah Almira membayar belanjaannya di meja kasir ia kemudian menghela kedua anaknya ke arah parkiran. Sembari menenteng belanjaan mereka. Saat ini anak-anaknya sudah berusia sepuluh tahun sekarang dan mereka mengikuti kelas akselerasi. Adyatama sudah duduk di kelas 2 SMP sama dengan Anulika.
Mereka bertiga berjalan beriringan di halaman parkir luas itu. Saat sampai di depan mobil pick up milik Suci. Terdengar suara merdu menyapanya. Suara yang
Waktu kepindahan mereka bertiga sudah di sambut oleh mang Asep di depan pintu rumah baru mereka di Cianjur. Mang Asep dan istrinya bibi Sumiati yang akrab di panggil dengan sebutan ‘bi Sum’ adalah pengurus rumah tersebut. Awalnya mereka bekerja dengan keluarga Parvis tetapi begitu rumah itu berpindah kepemilikan mereka berdua di minta langsung oleh Yohanna untuk mengurusi rumah tersebut sampai dengan si empunya rumah yang baru datang. Jika si empunya rumah yang baru tidak berkenan dengan kehadiran mereka, keluarga Parvis akan dengan tangan terbuka menyambut mereka kembali. Syukur bagi keduanya Almira beserta dengan kedua anaknya sangat senang dengan adanya mereka. Jadi mereka tidak kembali ke rumah keluarga Parvis dan memutuskan untuk tetap membantu Almira.
Ciudad de Mexico, setelah menghabiskan makan siang Davka segera melakukan check out dari hotel tempatnya menginap untuk segera ke bandara. Pasalnya hari ini juga mereka akan segera kembali ke Indonesia, bandung kota seribu kenangan tepatnya. Tempat davka menuntut ilmu dan juga banyak kenangan kebersamaannya dengan kekasihnya Almira dahulu di sana. Perjalanan antara Mexico dan Bandung memerlukan waktu lebih dari satu hari karena mereka harus ke Jakarta terlebih dahulu.
Selama hampir dua tahun Almira tinggal bersama anak-anaknya masyarakat di sana sangat baik dengan mereka. Cuma karena parasnya yang menawan kadang membuat iri hati beberapa gadis di sana. Sofian sendiri juga selalu meluangkan waktu untuk membantu Almira. Baik urusan rumah maupun urusan kebunnya itu. Almira sendiri tidak pernah meminta bantuan, semua itu dilakukan Sofian atas kemauan pemuda itu sendiri. Kadang almira merasa tidak enak hati. Apalagi Sofian termasuk lelaki pujaan mereka.Seperti hari ini Almira akan ke Bandung menemui Vallen, mengajak serta anak-anak mereka
Ponsel Eric berdering, dengan santai Eric mengangkat panggilan tersebut dengan menatap wajah Davka."Halo Tama, sudah sampai mana?""Kata Bunda udah deket Kebun Binatangnya.""Baik,uncledanaunty
Sekarang mereka semua berkumpul di ruang keluarga, minus Davka dan kedua orangtuanya yang masih bersembunyi, sedangkan anak-anak dibiarkan bermain di ruang bermain.Eric memulai percakapan "Sebaiknya si kembar bersekolah di sekolahku saja dan mereka bisa tinggal denganku atau Edgar di sini, jadi kamu bisa tenang di Cianjur. Aku kurang setuju jika anak-anak tinggal di asrama, biarpun si kembar memang anak yang mandiri tapi umur mereka terlalu muda untuk tinggal di sana,” usul Eric kepada Almira.
Davka kembali mengiringi langkah dari belakang mereka hanya menggelengkan kepala. Sedangkan Anulika dari tadi berulang kali menengok kebelakang melihat kearah Davka.Begitu pintu ruang meeting terbuka sudah banyak berkumpul keluarga Alsaki dan Mahanta. Mereka ingin bertemu dengan si kembar yang jenius. Paman, bibi, sepupu Davka komplit ada di sana. Greg Alsaki paman Davka yang tinggal di Meksiko pun hadir bersama istri dan anaknya.
“No no no bukan begitu, Sayang." Tiba-tiba Davka berdiri, seketika dagunya di angkat dan bibirnya di lumat oleh Davka. Sebelah tangan Davka memeluk erat pinggangnya dan sebelah lagi sudah mendekap tengkuknya. Davka sudah tidak bisa menahan hasrat lagi sejak melihat Almira dan kesedihan mendengar penuturan sang kekasih.Saat Almira mencoba membuka mulutnya, kesempatan untuk Davka memasukkan lidahnya menyesap mengobrak abrik mulut Almira sampai terasa sesak kehabisan nafas. Almira menepuk- nepuk bahu Davka, seketika bibir mereka terlepas tetapi kemudian
Almira menatap pemandangan Anulika sang putri berada dalam gendongan sang ayah sedikit banyak memberikan rasa baru dihatinya, hantaman rasa bersalah kepada kedua hatinya. Ternyata selama ini kedua buah hatinya menyembunyikan kenyataan seperti ini. Mendapatkan perundungan di sekolah. Tentu saja Almira yakin hal ini bukan yang pertama kalinya terjadi. Ya, pasti begitu."Lika nggak punya ayah kok. Katanya Mamang Sofian nanti yang akan jadi ayah Lika, tapi lama banget belum jadi-jadi."
Ibu suci kembali datang ke bandung, dan kali ini beliau menemani Almira yang segera melahirkan putranya yang ketiga. Ini adalah kehamilan yang kedua tetapi Almira merasakan ketakutan karena usianya yang tak lagi muda, menurutnya begitu. Karena terus terang ia tidak memmiliki contoh di rumah. Pasalnya sang mertua dan pembantu di rumahnya sama-sama memiliki anak tunggal dan mereka melahirkan dalam usia muda. Kepercayaan diri Almira merosot tajam, banyak kemungkinan buruk terpintas dipikirannya terlebih perbedaan usia kehamilan pertama dan kedua ini sangat jauh enam belas tahun selisihnya. Saat ia akan m
Adyatama sudah mendapatkan perawatan, kemudian ia ditempatkan satu ruangan dengan Anulika. Sedangkan Almira sedari tadi tak beranjak dari sisi anak-anaknya. Valentina dan sang putri sudah pulang. Davka sendiri saat ini masih di kantor polisi guna memberikan keterangan yang di butuhkan.Drtt drtt drtt."Hallo ibu," ucap Almira.
Suara kursi roda mendekati Adyatama yang terikat pada sebuah kursi di tengah gedung. Kedua tangan dan kakinya diikat kuat. Para penculiknya tak mau ambil resiko, karena anak itu jago beladiri. Di leher bocah tersebut sudah tergantung tali tambang.Pramana sampai di dekat gedung bersamaan dengan Michael dan polisi yang lain."Papi tunggu disini biar Mike dan teman-teman yang bereskan. Papi jaga Davka saja
Suara decit ban, orang-orang yang berteriak serta dentuman suara tabrakan itu terdengar sampai tempat pernikahan. Seketika keluarga Alsaki berhamburan lari keluar. Perasaan Davka dan yang lainnya semakin tak enak. Mereka berharap jika itu tidak ada hubungannya dengan Anulika. Karena mereka sudah mencari gadis kecil itu.Adyatama tertahan di dalam gedung tak boleh keluar. Secepat kilat Davka dan Pramana mendekati kerumunan orang. Wajahnya terperanjat saat melihat putri yang terkasih sudah bersimbah darah tergeletak diatas kap mobil orang.
Suasana belajar mengajar hari ini cukup baik, anak-anak juga sangat menikmatinya. Keadaan seperti biasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Si kembar sedang berada di kantin pagi ini, setelah tadi diantar sekolah oleh kakek mereka Pramana.Adyatama bersama dengan Anulika sedang berada di kantin saat ini. Setelah mereka membawa makan siang mereka di salah satu meja. Beberapa orang teman Adyatama berlari tergopoh-gopoh ke arah si kembar berada.
"Apa yang sedang kamu pikirkan sayang?" tanya Davka, ketika mendapati sang wanita terlalu pendiam saat ini.Almira memalingkan wajahnya ke arah Davka yang bersandar di daun pintu kamar si kembar.Davka menegakkan badannya berjalan ke arah Almira. Davka kemudian merengkuh pinggang sang kekasih merapat ke tubuhnya. Sedang tangan yang lain membelai pipi halus Almira."Apapun yang ada dalam pikiranmu, ja
"Sayang bisa tolong gosok punggungku?" pinta Davka melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.Almira yang sedang membenahi tempat tidur, kemudian menghentikan kegiatannya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Davka cepat-cepat merengkuh tubuh kekasihnya, menghimpitnya Kedinding dan meloloskan daster serta dalamanAlmira dalam waktu singkat.
Davka membaringkan tubuhnya disamping Almira dengan merengkuh tubuh Almira kedalam pelukannya memeluknya dari belakang tubuh Almira. Menghirup aroma tengkuk Almira kembali membangkitkan hasrat Davka.Mulut Davka kembali memagut bibir almira, bersamaan dengan dia menghujamkanmiliknya kembali ke dalam inti Almira dengan perlahan tapi pasti, sampai seluruhnya terbenam."Bang Davka." Almira mendongakkan kepalanya dengan dadanya yang membusung. Davka menangkup dagu Almira agar menoleh dan menatap wajahnya.
Almira menatap kearah Davka yang berdiri tak jauh dari meja makan, Almira masih sibuk menata hasil masakannya."Oh itu Kang Sofian mandor perkebuna,." terang Almira."Aku sepertinya pernah melihatnya, tapi lupa dimana?" Davka menautkan kedua alis dan mengusap rahangnya dengan sebelah tangan mencoba mengingat kembali dimana pernah bertemu Sofian. Ia yakin sekali pernah bertemu dengan pria itu.