Begitu berada dalam mobil online Almira segera menghubungi bu Suci, untung saja panggilan teleponnya dengan cepat direspon oleh mantan guru sekaligus bosnya sekarang. Ia beranggapan dengan menerima tawaran bu Suci, Davka tidak akan menemukannya disini. ia juga mengirimkan pesan singkat kepada Sinta dan juga Johnny bahwa ia sudah putus dengan Davka dan ia juga meminta kedua sahabatnya itu untuk merahasiakan keberadaannya jika Davka atau anggota keluarganya yang lain menanyai mereka termasuk juga Valentina yang adalah sahabat mereka juga, tetapi disisi lain Valentina juga adalah sepupu Davka jadi ia juga tidak diberi tahu.
"Halo Nak."
​​​​​​​​"Ibu, masih ada tempat kosong nggak di mess untuk Al?"
"Tentu masih Nak, kenapa pagi sekali? kamu baik-baik saja?" Suci merasa gelisah dari nada suara Almira yang bergetar serta parau itu pasti telah terjadi sesuatu yang menimpa anak murid kesayangannya itu.
"Nanti Al ceritakan di sana ya Bu."
Suara Al yang semakin parau terdengar dan melemah membuat Suci memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut.
"Iya Nak, hati-hati ya."
Tepat pukul enam pagi, mobil yang ditumpangi oleh Almira tiba di depan gerbang rumah Suci. Saat ia membuka pintu penumpang Suci sudah menyambutnya dengan membuka pintu gerbang lebar-lebar. Pak supir membantunya menurunkan barang-barang bawaannya sedangkan Almira sudah berhambur dalam pelukan hangat Suci yang sudah seperti ibu kandungnya tersebut. Suci merangkum kedua sisi wajah Almira, wanita paruh baya itu mengulum senyum dan tampak gurat kekhawatiran kepadanya. Suci merengkuh bahu Almira yang terlihat parasnya sungguh pucat dan jelas tidak sehat.
"Mas Pri!" panggil Suci pada salah seorang pegawainya yang sedang menyapu halaman.
kemudian pria yabg dipanggil 'Pri' itu menghentikan kegiatannya dan mendekati Suci dan Almira.
"Nggih, Bu?"
"Tolong bawa masuk barang-barang Al ke dalam rumah ya."
"Baik,Bu."
Suci kemudian membimbing Almira masuk ke dalam rumah. Priyanto memandang kepergian keduanya dengan raut wajah prihatin. Prihatin pada keadaan Almira, ia tahu apa yang terjadi kemarin di rumah makan.Dan apa yang ia lihat sekarang sudah pasti tidak berakhir dengan baik.
"Orang baik pasti mendapatkan yang terbaik, Nduk. tidak sekarang tetapi nanti hidupmu pasti akan jaya," gumam Priyanto.
Di dalam ruang tamu Suci dan Almira duduk bersandingan. Almira sudah tidak bisa membendung lagi airmatanya yang sudah sedari tadi mendesak ingin ditumpahkan. Dengan tersedu Almira menceritakan semua yang terjadi. Apa yang terjadi di rumah makan dan sampai apa yang telah dilakukan oleh Davka kepadanya. Suci menyuruhnya untuk melakukan visum. Tetapi Almira tidak mau, ia sudah tidak mau berurusan dengan keluarga Alsaki lagi. terlebih mereka keluarga kaya dan terpandang apalagi yang ia harapkan. Toh Davla tidak mungkin bisa ia miliki kembali.
Akhirnya untuk sementara waktu agar Almira bisa menenangkan diri dan menghindari pertemuan dengan keluarga Alsaki, Almira bekerja membantu usaha catering saja. Ia tidak lagi di tempatkan di rumah makan, terlebih karena seringnya keluarga Alsaki dan Mahanta berkunjung ke sana.
***
Sedangkan di kamar kos Almira, Davka terbangun dengan kebingungan serta perasaan yang teramat kecewa karena mendapati kekasihnya telah pergi meninggalkannya. Hanya selembar kertas bertuliskan kata 'maaf' di atas meja rias yang di tinggalkan Almira.
Aku yang seharusnya meminta maaf, aku yang sudah menggaulimu tanpa ampun. Aku pasti akan mencarimu sayang, kita tak akan pernah terpisahkan. Batin Davka sembari memasukkan kertas yang sudah ia lipat dengan rapi itu ke dalam saku celananya.
Raut kesedihan dan kehilangan tampak jelas di wajahnya yang datar dengan mata sembab yang memerah. Dadanya terasa sesak, kecewa karena kekasihnya pergi.
Davka beruntung terbangun di tempat orang lain. Karena kost tempat tinggal Almira termasuk bebas jadi tidak akan ada orang yang peduli, akan urusan pribadi masing-masing penghuninya.
Tiga bulan berselang saat memindahkan sayuran ke atas meja dapur, tiba-tiba Almira merasa dunianya berputar dan pandangan matanya kabur dan tiba-tiba semua menjadi gelap, ia pingsan tak sadarkan diri. Teman-teman Almira kemudian mengangkat tubuhnya dan di letakkan di atas ranjang. Suci kemudian memanggil anaknya Dokter Ryan untuk memeriksa, dan benar saja tebakan Suci benar. Almira sedang berbadan dua, walaupun ia tidak mengalami morning sicknes. Tapi ia terlihat sering cepat lelah akhir-akhir ini. Apalagi ia masih juga memberikan les privat untuk murid-murid TK.
"Bagaimana Ryan keadaan Almira?" tanya ibu Suci cemas.
"Almira hamil Bu, Ryan akan panggil Dr Dona Syabilla SpOG untuk memeriksa kandungannya," terang Ryan.
"Ibu sudah menebak, terima kasih ya Nak." Suci tersenyum lembut sembari mengusap lengan Ryan.
Setelah Dokter Dona datang memeriksa Almira, Dokter menyarankan untuk Almira ke klinik. Karena diperkirakan kalau janinnya kembar. Dokter Dona sudah memberikan resep vitamin kepadanya. Segera ia pergi ke klinik bersama Suci untuk memastikan keadaan janinnya dan benar saja janin dalam kandungannya kembar. Rasa getir dan haru memenuhi hatinya. Di saat ia sebatang kara tanpa keluarga dan suami. Terlebih lagi sekarang ia hamil di luar nikah, hanya Suci dan teman-temannya di sini yang bisa menerimanya tanpa menghakimi.
***
"Ibu, sepertinya saya akan segera menjual rumah dan tanah peninggalan orangtua saya saja. saya tidak bisa kembali ke kampung apalagi saya akan memiliki anak tanpa suami." Almira mengutarakan keinginannya suatu waktu saat duduk santai di ruang keluarga ibu Suci.
Suci tampak berpikir "Bagaimana kalau ibu saja yang membelinya?" pinta Suci.
Senyum terbit di bibir ranum Almira. "Baiklah Bu, Al senang jika ibu yang mau membelinya, terima kasih Bu."
Agus salah satu karyawan di dapur rumah makan mengetuk pintu ruang keluarga. Setelah dipersilahkan masuk, lalu menghampiri Almira dan Suci.
"Maaf mengganggu Bu, sebulan terakhir ini ada yang mencari Dek Almira ke rumah makan menanyakan dimana tempat tinggal Adek. Kami bilang kalau Dek Al sudah tidak bekerja di rumah makan lagi. Orang yang sama yang mencari Dek Al, dengan orang yang waktu ini datang itu Dek," terang Agus.
Mata Almira membulat terkejut seraya menutup mulutnya yang ternganga ke arah Agus.
"Bagus, bilang begitu saja. Jangan bilang kalau Almira tinggal di sini," perintah Suci.
"Baik Bu, saya permisi." Agus undur diri.
"Mas Agus terima kasih," ucap Almira.
"Sama-sama Al, kamu adalah keluarga kami. Kita harus saling melindungi bukan?" balas Agus seraya tersenyum menenangkan.
"Bu, Al pamit mengajar dulu ya?" pamit Almira sembari bangkit berdiri dan merapikan pakaiannya.
"Hati-hati ya Nak, kamu masih kuat naik motor?"
"Masih Bu, tidak apa-apa Dokter Dona bilang jika kandungan Al kuat kok," jawab Almira seraya tersenyum.
"Kalau ada apa-apa segera telepon Ibu atau Ryan ya?"
"Nggih Bu."
Almira kemudian melajukan kendaraannya ke rumah salah satu murid privat-nya di daerah Condongcatur.
Sesaat setelah memarkirkan sepeda motornya. Terdengar isak tangis dan suara-suara panik dari ruang tamu rumah anak didiknya. Almira segera bergegas masuk, ia terperangah melihat bayi berumur sekitar sembilan bulan seperti sedang tersedak sesuatu sang ibu dan pengasuhnya kebingungan.
Segera ia merengkuh bayi tersebut dan melakukan pertolongan pertama, akhirnya biji rambutan keluar dari tenggorokan bayi tersebut. Sang ibu menangis terharu, tak henti-hentinya berterima kasih pada Almira. Ayah sang bayi juga begitu, mereka ingin memberikan imbalan kepada Almira untuk ungkapan terima kasih berkat pertolongannya sang bayi selamat, tapi Almira menolaknya.
Davka dengan pakaian pengantinnya menatap kosong halaman rumah Lidya dari balkon kamar gadis itu, yang mulai penuh sesak dengan para sanak saudara baik dari pihaknya maupun dari pihak wanita tersebut. Keluarga Lidya termasuk keluarga sederhana mereka tinggal di daerah Bekasi. Acara pernikahan akhirnya bisa di undur atas rayuannya kepada sang ayah. Selain ia berusaha mencari Almira yang jua tidak ketemu. Gadis itu seperti tertelan bumi, menghilang begitu saja. Davka juga sedang menyusun rencana bersama dengan para saudaranya yang lain. Tidak ada seorang pun yang bisa berlaku curang kepadanya begitu juga wanita licik seperti Lidya.
"Tolong terima ya Mbak, Mbak Al mau apa? Akan kami beri apapun itu," bujuk ayah dari Ratan Jaya Parvis. Untuk kesekian kalinya, sejak Almira menyelamatkan nyawa Ratan tadi.Almira saat ini duduk di sofa berseberangan dengan Bayanaka Parvis sang ayah. Almira dengan menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Terima kasih Pak Naka, tetapi maaf sungguh tidak perlu sampai seperti ini . Itu semua saya lakukan karena rasa kemanusiaan saja kok Pak. Kalau bukan saya, orang lain juga pasti juga akan menolong," ucap Almira sembari meringis segan.
Almira mengajak kedua buah hatinya untuk berbelanja. Sesudah memastikan apa yang mereka butuhan sudah terambil semua. Almira segera menuju ke arah kasir. Setelah Almira membayar belanjaannya di meja kasir ia kemudian menghela kedua anaknya ke arah parkiran. Sembari menenteng belanjaan mereka. Saat ini anak-anaknya sudah berusia sepuluh tahun sekarang dan mereka mengikuti kelas akselerasi. Adyatama sudah duduk di kelas 2 SMP sama dengan Anulika.Mereka bertiga berjalan beriringan di halaman parkir luas itu. Saat sampai di depan mobilpick upmilik Suci. Terdengar suara merdu menyapanya. Suara yang
Waktu kepindahan mereka bertiga sudah di sambut oleh mang Asep di depan pintu rumah baru mereka di Cianjur. Mang Asep dan istrinya bibi Sumiati yang akrab di panggil dengan sebutan ‘bi Sum’ adalah pengurus rumah tersebut. Awalnya mereka bekerja dengan keluarga Parvis tetapi begitu rumah itu berpindah kepemilikan mereka berdua di minta langsung oleh Yohanna untuk mengurusi rumah tersebut sampai dengan si empunya rumah yang baru datang. Jika si empunya rumah yang baru tidak berkenan dengan kehadiran mereka, keluarga Parvis akan dengan tangan terbuka menyambut mereka kembali. Syukur bagi keduanya Almira beserta dengan kedua anaknya sangat senang dengan adanya mereka. Jadi mereka tidak kembali ke rumah keluarga Parvis dan memutuskan untuk tetap membantu Almira.
Ciudad de Mexico, setelah menghabiskan makan siang Davka segera melakukan check out dari hotel tempatnya menginap untuk segera ke bandara. Pasalnya hari ini juga mereka akan segera kembali ke Indonesia, bandung kota seribu kenangan tepatnya. Tempat davka menuntut ilmu dan juga banyak kenangan kebersamaannya dengan kekasihnya Almira dahulu di sana. Perjalanan antara Mexico dan Bandung memerlukan waktu lebih dari satu hari karena mereka harus ke Jakarta terlebih dahulu.
Selama hampir dua tahun Almira tinggal bersama anak-anaknya masyarakat di sana sangat baik dengan mereka. Cuma karena parasnya yang menawan kadang membuat iri hati beberapa gadis di sana. Sofian sendiri juga selalu meluangkan waktu untuk membantu Almira. Baik urusan rumah maupun urusan kebunnya itu. Almira sendiri tidak pernah meminta bantuan, semua itu dilakukan Sofian atas kemauan pemuda itu sendiri. Kadang almira merasa tidak enak hati. Apalagi Sofian termasuk lelaki pujaan mereka.Seperti hari ini Almira akan ke Bandung menemui Vallen, mengajak serta anak-anak mereka
Ponsel Eric berdering, dengan santai Eric mengangkat panggilan tersebut dengan menatap wajah Davka."Halo Tama, sudah sampai mana?""Kata Bunda udah deket Kebun Binatangnya.""Baik,uncledanaunty
Sekarang mereka semua berkumpul di ruang keluarga, minus Davka dan kedua orangtuanya yang masih bersembunyi, sedangkan anak-anak dibiarkan bermain di ruang bermain.Eric memulai percakapan "Sebaiknya si kembar bersekolah di sekolahku saja dan mereka bisa tinggal denganku atau Edgar di sini, jadi kamu bisa tenang di Cianjur. Aku kurang setuju jika anak-anak tinggal di asrama, biarpun si kembar memang anak yang mandiri tapi umur mereka terlalu muda untuk tinggal di sana,” usul Eric kepada Almira.
Ibu suci kembali datang ke bandung, dan kali ini beliau menemani Almira yang segera melahirkan putranya yang ketiga. Ini adalah kehamilan yang kedua tetapi Almira merasakan ketakutan karena usianya yang tak lagi muda, menurutnya begitu. Karena terus terang ia tidak memmiliki contoh di rumah. Pasalnya sang mertua dan pembantu di rumahnya sama-sama memiliki anak tunggal dan mereka melahirkan dalam usia muda. Kepercayaan diri Almira merosot tajam, banyak kemungkinan buruk terpintas dipikirannya terlebih perbedaan usia kehamilan pertama dan kedua ini sangat jauh enam belas tahun selisihnya. Saat ia akan m
Adyatama sudah mendapatkan perawatan, kemudian ia ditempatkan satu ruangan dengan Anulika. Sedangkan Almira sedari tadi tak beranjak dari sisi anak-anaknya. Valentina dan sang putri sudah pulang. Davka sendiri saat ini masih di kantor polisi guna memberikan keterangan yang di butuhkan.Drtt drtt drtt."Hallo ibu," ucap Almira.
Suara kursi roda mendekati Adyatama yang terikat pada sebuah kursi di tengah gedung. Kedua tangan dan kakinya diikat kuat. Para penculiknya tak mau ambil resiko, karena anak itu jago beladiri. Di leher bocah tersebut sudah tergantung tali tambang.Pramana sampai di dekat gedung bersamaan dengan Michael dan polisi yang lain."Papi tunggu disini biar Mike dan teman-teman yang bereskan. Papi jaga Davka saja
Suara decit ban, orang-orang yang berteriak serta dentuman suara tabrakan itu terdengar sampai tempat pernikahan. Seketika keluarga Alsaki berhamburan lari keluar. Perasaan Davka dan yang lainnya semakin tak enak. Mereka berharap jika itu tidak ada hubungannya dengan Anulika. Karena mereka sudah mencari gadis kecil itu.Adyatama tertahan di dalam gedung tak boleh keluar. Secepat kilat Davka dan Pramana mendekati kerumunan orang. Wajahnya terperanjat saat melihat putri yang terkasih sudah bersimbah darah tergeletak diatas kap mobil orang.
Suasana belajar mengajar hari ini cukup baik, anak-anak juga sangat menikmatinya. Keadaan seperti biasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Si kembar sedang berada di kantin pagi ini, setelah tadi diantar sekolah oleh kakek mereka Pramana.Adyatama bersama dengan Anulika sedang berada di kantin saat ini. Setelah mereka membawa makan siang mereka di salah satu meja. Beberapa orang teman Adyatama berlari tergopoh-gopoh ke arah si kembar berada.
"Apa yang sedang kamu pikirkan sayang?" tanya Davka, ketika mendapati sang wanita terlalu pendiam saat ini.Almira memalingkan wajahnya ke arah Davka yang bersandar di daun pintu kamar si kembar.Davka menegakkan badannya berjalan ke arah Almira. Davka kemudian merengkuh pinggang sang kekasih merapat ke tubuhnya. Sedang tangan yang lain membelai pipi halus Almira."Apapun yang ada dalam pikiranmu, ja
"Sayang bisa tolong gosok punggungku?" pinta Davka melongokkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi.Almira yang sedang membenahi tempat tidur, kemudian menghentikan kegiatannya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Davka cepat-cepat merengkuh tubuh kekasihnya, menghimpitnya Kedinding dan meloloskan daster serta dalamanAlmira dalam waktu singkat.
Davka membaringkan tubuhnya disamping Almira dengan merengkuh tubuh Almira kedalam pelukannya memeluknya dari belakang tubuh Almira. Menghirup aroma tengkuk Almira kembali membangkitkan hasrat Davka.Mulut Davka kembali memagut bibir almira, bersamaan dengan dia menghujamkanmiliknya kembali ke dalam inti Almira dengan perlahan tapi pasti, sampai seluruhnya terbenam."Bang Davka." Almira mendongakkan kepalanya dengan dadanya yang membusung. Davka menangkup dagu Almira agar menoleh dan menatap wajahnya.
Almira menatap kearah Davka yang berdiri tak jauh dari meja makan, Almira masih sibuk menata hasil masakannya."Oh itu Kang Sofian mandor perkebuna,." terang Almira."Aku sepertinya pernah melihatnya, tapi lupa dimana?" Davka menautkan kedua alis dan mengusap rahangnya dengan sebelah tangan mencoba mengingat kembali dimana pernah bertemu Sofian. Ia yakin sekali pernah bertemu dengan pria itu.