Trakt!Indah membuka pintu. Langkah kakinya sedikit mundur. "Mau apa kamu?" ucapnya saat seorang lelaki dengan tubuh besar tinggi seperti badan tukang pukul mendekatinya. Lelaki yang tak dikenal itu terus berjalan dengan tatapan menohok. Seperti singa yang tak sabar menerkam mangsanya. Dertttt ….Ponsel lelaki itu berdering. Kemudian sambil terus berjalan menghampiri Indah, ia mengangkat panggilan itu. "Baik!" jawab lelaki itu kemudian memutus sambungan ponselnya."Siapa kamu? Dan mau apa?" tanya Indah. Ia juga heran kenapa lelaki itu bisa masuk dengan mudah. Bagaimana mungkin satpam yang menjaga rumahnya bisa membukakan gerbang tanpa bertanya. "Tenang cantik aku hanya mau bersenang-senang denganmu," ucap lelaki itu terus mendekat. Dekat dan dekat. Tak lama kemudian dua lelaki menyusul masuk dengan beringasnya. Membuat Indah semakin beringsut dan takut. "Jangan mendekat! Seseorang tolong aku! Tolong!" Indah berteriak membuat ketiga laki-laki itu tertawa keras hingga suaranya mampu m
"Kami,,,," Ucapan Bos berhenti saat Black memotongnya. "Kita ambil saja uang ini dan biarkan mereka hidup, Bos." Black memberi saran pada bosnya. "Ada benarnya juga Black, Bos." Denim menimpali. "Jadi, kita lepaskan saja mereka dan ambil uang dari perempuan ini?" tanya Bos pada kedua anak buahnya. "Tepat, Bos!" jawab Denim dan Black bersamaan. "Mereka membayar kami 250 juta. Saya minta bayaran sepuluh kali lipat untuk nyawa kalian," Bos mendekat pada Indah."Tidak masalah uang segitu untuk saya," ucap Indah berdiri, kedua anaknya erat memeluk wanita itu di kanan kirinya. "Berikan dulu uang itu," pinta Bos. "Indah!" Reyhan yang datang tiba-tiba langsung masuk. Membuat Indah kaget. Reyhan langsung berjalan ke arah Indah dan kedua anaknya. "Jangan sakiti mereka!" ucap Reyhan. Indah masih terdiam. Masih tak menduga Reyhan datang, ia juga mendadak teringat saat pertama kali Reyhan membantunya ketika tengah malam saat hari hujan diusir oleh Danang dan Maya tanpa perasaan. Juga saat Da
Indah mengusap air matanya. Matanya sembab dan dirinya juga masih terisak. Sakit yang dia rasakan. Bayangan kesakitan terus berputar. "Mama!" teriak Nadira dan Rashi secara bersamaan. Tangis Indah kembali pecah saat kedua putrinya berlari cepat dan memeluknya dengan erat. Indah langsung bersimpuh dan menciumi kedua putrinya. "Kalian baik-baik saja? Jangan pernah takut ada Mama di sini," ucapnya masih terus menciumi wajah kedua putrinya secara bergantian. Reyhan dan Edwan yang melihat itu ikut merasakan kesedihan luar biasa.Reyhan ikut bersimpuh di samping Indah kemudian meraih Nadira ke pelukannya. Lelaki itu terus menciumi Nadira sambil mengucapkan kata Maaf. Indah yang memang memiliki hati lembut serta pemaaf itu seolah luluh. Baru kali ini Indah melihat air mata Reyhan tumpah. Edwan sendiri hanya mampu terdiam melihat pemandangan itu. Ada rasa cemburu dan tidak suka tapi lelaki itu hanya bisa terdiam memendamnya. "Nadira, Nadira kangen sama Papa?" tanya Reyhan. Nadira mengangguk
Setelah satu jam menempuh perjalanan, tiba juga Maya dan Alif di kediaman Indah. Namun, keduanya dibingungkan akan pintu gerbang yang terbuka, serta satpam yang tak nampak. Apa mungkin, satpam itu sudah lebih dulu kabur, itu yang Maya dan Alif pikirkan. "Kok pintu gak ditutup sih, sepi juga," ucap Maya bingung. "Udah, masuk aja," ujar Alif. Keduanya pun langsung masuk secara bersamaan. Namun, dikejutkan oleh kedatangan Reyhan dan Edwan. "Duduk, May," ujar Indah tegas. Indah menatap Maya dan Alif dengan tatapan tajam. Siap introgasi membuat perasaan Maya dan Alif tidak enak."Kok, tumben ada Reyhan dan Edwan," tanya Maya setelah duduk. "Iya mereka menyelamatkan saya dari kejahatan kalian!" jawab Indah langsung pada inti. "Tega-teganya kalian berencana membunuh aku dan kedua anakku hanya demi harta! Gak ada otak kalian! Gak punya pikiran. Aku sudah menerima kalian disini, menganggap kalian keluarga karena tidak tega melihat kalian hidup di jalanan! Tapi balasan kalian sungguh di lua
Brak!Reyhan menendang pintu rumah orang tua Luna setibanya disana. Membuat Luna dan Mamanya terperanjat kaget. "Eh, kamu ini, Rey. Gak sopan banget! Datang ke rumah orang tua bukan ucap salam atau apa malah main tendang pintu. Kasar lagi! Kalau rusak bagaimana?" ucap Ana kesal. Ana juga melirik ke arah Reyhan dengan sinis. Hatinya terus mengutuk Reyhan. "Kalau rusak kenapa? Ini rumah saya! Mau saya bakar pun tidak masalah. Toh kalian akan membusuk di penjara!" ketus Reyhan. "Maksud kamu ngomong kaya gitu apa, Mas?" Luna menuntut jawaban. "Jangan pura-pura bodoh kau, Luna!" kesal Reyhan. "Kau menyuruh tiga orang pembunuh bayaran untuk menghabisi Indah dan kedua orang tuanya kan? Gila kamu! Di rumah Indah ada anakku! Ada darah dagingku! Apa maksudmu merencanakan pembunuhan untuk Indah dan kedua anaknya? Apa?!" Luna tak terima mendengar kata-kata yang diucap Reyhan. Meskipun benar, ia tetap berkilah. "Jangan ngacau kamu, Mas! Apa maksud kamu?" balas Luna. Ana sendiri jadi bingung.
"Insting gue gak enak lihat bini lo senyum-senyum sendiri begitu," ucap Edwan penuh curiga. Edwan takut masih ada rencana jahat yang disembunyikan oleh Luna. "Nggak, Wan. Gue yakin udah gak ada. Mungkin Luna menertawakan gue," balas Reyhan. Laki-laki itu berpikir kalau Luna menertawakan keinginan Reyhan untuk kembali pada Indah tidak akan diterima oleh Indah. "Yakin lo?" tanya Edwan. Reyhan mengangguk mantap. Akhirnya Edwan pun berpamitan untuk kembali ke tempat Indah. "Lo suka sama Indah?" Reyhan bertanya. Edwan mengangguk. "Sangat menyukainya. Tidak masalah kan gue dekati Indah? Dia bukan milik siapapun. Apalagi milik lo. Kalian udah lama berpisah," kata Edwan mengingatkan Reyhan. Reyhan diam saja meskipun di dalam hatinya dia tidak Rela Indah jatuh ke tangan Edwan. Bukan hanya Edwan. Tapi dia tidak rela Indah jatuh ke tangan siapapun. "Rey gue cabut dulu." Tanpa jawaban dari Reyhan, Edwan pun langsung nyelonong ke luar. "Reyhan," sapa Papa mertuanya yang datang tiba-tiba mampu
Mobil Reyhan dan mobil Edwan yang membawa rombongan Indah tiba secara bersamaan di depan kantor polisi. Mereka yang terlibat memang diminta datang untuk dimintai keterangan. Tak lama setelah Reyhan dan Gebby turun, rombongan Indah pun turun hingga mereka pun saling menyapa. Rashi dan Nadira yang melihat Gebby dan menganggap Gebby tan langsung tersenyum menyapa Gebby. Melihat, Papa Gebby dan yang lain juga saling bertutur sapa. Namun, bukannya membalas sapaan Rashi dan Nadira dengan senyuman, justru Gebby membuang muka masam. Seolah tak mengenal mereka. "Sombong banget ya, Gebby," bisik Rashi. Nadira hanya mengangguk. "Ya udah biarin aja. Gak usah ditegur," balas Rashi. Semua orang pun masuk bersamaan. Gebby terus memegang tangan Papanya tak mau dilepas. ***Luna, Maya, dan Ana berada dalam satu sel. Kedatangan mereka bertepatan dengan jam berkunjung atau besuk. Sehingga sambil menunggu salah satu dimintai keterangan, yang lainnya meminta izin besuk secara bergantian. "Gara-gara kali
Kenyataan tidak sesuai dalam bayangan. Reyhan pikir dengan memasukkan Luna ke penjara hidupnya akan tenang. Tapi semua diluar dugaan. Reyhan berpikir bisa tinggal di rumah orang tuanya bersama Gebby, justru malah sebaliknya. Ucapan Desi begitu menyakiti Gebby. Hingga akhirnya membuat Reyhan memilih untuk tetap tinggal di rumahnya. Rumah yang biasa diisi oleh keluarga kecilnya sebelum semua hancur karena ulah Luna. "Sayang, Mama memang harus berada di sana supaya Mama jera dengan apa yang telah Mama lakukan. Sikap Mama yang seperti itu sangat membahayakan orang lain. Gebby Papa mohon, Gebby mengerti ya. Mama sudah melakukan kejahatan dan Mama harus bertanggung jawab dengan apa yang telah mama lakukan," tegas Reyhan pada Gebby. Keputusannya tidak bisa diganggu gugat. "Gebby mau Mama titik! Papa harus jemput Mama! Gebby mau Mama!" teriak anak itu membuat hati Reyhan teriris. Gebby terus menangis meminta Luna untuk dikeluarkan dari penjara. Sekuat hati Reyhan berusaha menenangkan tapi t
Hari yang ditunggu telah tiba, Nadira sudah berdandan cantik, dirias oleh MUA profesional. Tak lama lagi pihak keluarga Melvin akan datang untuk melamarnya secara resmi. Jantung Nadira amaih terus berdebar-debar karena hari ini adalah momentum penentuan tanggal pernikahan mereka juga.Gebby masuk ke kamar Nadira setelah mendapat izin. Ia juga sudah berdandan cantik untuk menyambut kedatangan pihak keluarga Melvin. Semua keluarga Nadira sudah berkumpul di rumah itu."Kamu cantik banget, Nad! Pasti lagi deg-degan banget, ya?""Makasih, Geb. Iya, aku beneran deg-degan banget.""Udah, bawa rileks aja. Aku ikut bahagia, aku udah bawakan kado untuk kamu. Ini," ucao Gebby seraya menyerahkan sebuah goodie bag pada Nadira."Ya ampun, Gebby ... kamu kenapa repot-repot, sih?""Enggak, lah, Nad. Kamu kan saudaraku, kalau kamu bahagia, aku juga ikut bahagia.""Makasih, ya ... sampai kapanpun kita memang saudara, Geb. Semoga kamu juga bisa segera mendapatkan lelaki baik hati yang akan jadi suami ka
Malam itu, Gebby tidur di pangkuan Ana. Ia merasa tubuhnya begitu lelah dan lemas. Ana mengusap rambut Gebby sambil bercerita dan memberikan nasihat."Nenek senang kamu sudah mau minta maaf pada mereka, Geb. Itu artinya kamu sudah berdamai dengan masa lalu. Nenek juga yakin mamamu di alam sana tak menginginkan jika kamu terus-terusan dikuasai dendam.""Iya, Nek. Sekarang aku merasa sudah jauh lebih tenang. Lelah juga ternyata selama ini berkejaran dengan nafsuku sendiri. Hati selalu panas dikuasai kebencian," jawab Gebby."Badanmu hangat, Geb! Hari ini kamu nggak lupa untuk minum obat, kan?""Aku nggak pernah lupa untuk minum obat setiap hari, karena dulu aku selalu bertekad untuk hidup lebih lama demi bisa membalaskan dendam mengenal pada keluarga Mama Indah. Tapi rasanya semakin keras aku berjuang, semakin aku merasa tak pernah tenang. Aku lelah, Nek.""Sayang ... Dulu juga nenek pernah berada di posisi seperti kamu yang selalu merasa bahwa diri nenek adalah orang yang paling benar
Gebby merenung dalam pelukan Indah, bahkan setelah ia bertindak sejahat itu pada mereka, Indah masih saja menyebutnya sebagai anak yang baik? Ya, Gebby memang baik pada mamanya, tapi tidak pada yang lain.Rumah sudah semakin ramai dengan orang-orang yang diundang di acara takziah itu. Nadira, Rashi, mereka sibuk menata makanan di atas meja yang nantinya akan disuguhkan. Sementara itu, Indah dan Maya sibuk menata bingkisan sedekah."Lihat, Geb, mereka begitu sibuk membantu kita meskipun kita tak pernah memintanya," bisik Ana pada Gebby. Gebby mengusap matanya lagi ia mengangguk dan mengakui semua itu.Acara pun dimulai. Semua orang melantunkan ayat suci Al-Qur'an lalu berdoa dengan khusyuk. Harusnya Gebby bersyukur karena masih ada orang yang bersedia mendoakan mamanya itu. Gebby juga melihat Reyhan sesekali mengusap matanya yang basah.Setelah acara selesai dan sedekah dibagikan, Indah beserta yang lain langsung berpamitan pada Ana dan Gebby."Sudah, jangan sedih terus, kasihan nanti
Gebby berjalan gontai meninggalkan area rumah sakit. Kata-kata mamanya maafin barusan benar-benar membuat hatinya hancur. Meskipun terasa begitu menyakitkan tapi Gebby tak menyangkal semua yang dikatakan oleh mamanya Melvin itu.Selama ini dirinya memang terlalu terobsesi untuk menjadi orang yang paling mendapatkan perhatian. Gebby selalu akan melakukan segala cara untuk bisa mencapai kemauannya. Bahkan seringkali ia tak memikirkan dampak buruk yang akan terjadi akibat dari perbuatannya itu. Kata-kata sang nenek kembali terngiang di telinganya. Apa mungkin hidupnya sampai se menderita ini karena memang dirinya terlalu sulit untuk melupakan dendam itu?Gebby sampai ke rumahnya dan langsung memeluk sang nenek. Ia menangis sejadi-jadinya karena hatinya benar-benar sangat terluka kali ini. Cinta yang ingin ia raih harus kandas seketika itu juga. Melvin menolaknya, dan kini mamanya juga."Geb ... kamu tenangkan diri kamu, baru nanti cerita sama Nenek, ya!" ucap Ana sambil mengusap kepala c
Gebby, tunggu! Kamu mau kemana? Jangan nekat, Geb! Panggil Melvin untuk kesekian kalinya. Ana juga jadi kalut dan ikut mengejar cucunya itu,.ia takut Gebby akan melakukan hal nekat seperti yang dilakukan oleh Luna."Gebby!" Ana memanggil Gebby meski napasnya mulai terengah. Ia sudah tua, tenanganya sudah tak sekuat dulu, berlari sebentar saja ia sudah ngos-ngosan.Gebby sudah keluar dari gerbang portal kompleks dan terus berjalan di trotoar pinggir jalan raya. Melvin masih tak putus asa, ia mencoba terus mengejar. Genby sesekali menoleh ke belakang sambil terisak. Ia pun turun dari trotoar itu dan terlihat pasrah sembari merentangkan kedua tangannya dan berjalan perlahan ke arah tengah jalanan."Gebby! Jangan nekat kamu?" seru Melvin yang melihat Gebby senekat itu, ingin mencelakai dirinya sendiri dengan berdiri di tengah jalanan.Klakson kendaraan bermotor bersahutan dan sebagian ada yang marah karena ulah Gebby itu."Mau mati, Lu?" maki pengendara yang lewat."Gila, lu, woy?""Hey!
Gebby melamun di teras belakang rumah itu. Sudah dua hari Luna pergi mengahadap Yang Maha Kuasa. Rumah sudah mulai sepi, hanya ada Ana dan Reyhan serta mamanya Melvin di rumah itu yang masih berbincang dan ada juga beberapa anggota kepolisian di bagian depan bersama papanya Melvin.Tak ada indikasi kekerasan dalam kematian Luna, semua orang meyakini itu merupakan murni sebagai kasus bunuh diri. Ditemukan foto Indah yang tertancap pena di dalam kamar. Polisi dan dokter menduga halusinasi Luna sempat kambuh ketika malam kejadian itu.Luna selalu bersikap impulsif dan tak peduli pada keadaan sekitar, jika sosok dalam halusinasinya muncul, ia bahkan tak tahu jika posisinya sedang di atas jurang sekalipun."Geb, kamu makan dulu, Sayang," bujuk Ana pada Gebby. Sejak kemarin tampaknya Gebby sama sekali belum makan. Ana khawatir karena Gebby tak boleh sampai melewatkan jadwal minum obatnya."Nanti saja, Nek. Belum ada selera.""Jangan begitu, dong, Geb. Kamu boleh bersedih tapi kamu juga haru
Suasana kompleks pagi itu dibuat heboh atas penemuan tubuh Luna yang menyedihkan itu. Warga langsung mencari bantuan untuk segera membawa Luna pergi ke rumah sakit karena setelah diperiksa ternyata denyut nadinya masih ada.Gebby dan Ana hanya bisa pasrah, serasa tubuh mereka lemas tak berdaya menghadapi kenyataan itu. Luna kehilangan banyak darah akibat luka di bagian kepalanya. Bahkan mereka berdua tidak tahu kapan kejadian itu terjadi karena malam itu mereka tidur sangat nyenyak. Sebenarnya Gebby sempat terbangun beberapa kali untuk mengecek keadaan mamanya itu namun tidak terjadi apa-apa. Akhirnya setelah larut malam kantuk pengendara dan ia tertidur dengan sangat pulas. Gebby pin menyesal karena membiarkan mamanya itu tidur di lantai dua. Bukan tanpa sebab, mamanya dulu pernah menempati kamar itu, Gebby berharap ingatannya bisa kembali secara perlahan dengan merasakan suasana kamar itu setiap hari.Luna akhirnya tiba di rumah sakit dan langsung ditangani oleh tim medis. Gebby da
"Pa, mana uangnya yang aku minta? Transfer sekarang juga, lusa aku akan terbang bawa Mama," ucap Gebby pada Reyhan hari itu."Papa cuma bisa kasih kamu lima ratus juta dulu, Geb. Nanti kurangnya beberapa hari lagi, ya!""Log, kok gitu, sih, Pa?" seru Gebby tak senang."Bukannya kamu ya yang maksa untuk segera mencairkan dana investasi ke perusahaan Melvin? Kamu pikir uang di perusahaan kita bisa kamu atur seenaknya?""Ya ampun, Pa, aku tih cuma minta sedikit, apa susahnya sih tinggal transfer?""Semua uang pribadi papa sudah papa masukkan ke deposit berjangka. Hanya bisa diambil pada waktu yang tepat.""Papa sengaja, ya, biar aku gak bisa mintabuang sama Papa? Papa bener-bener tega, ya? Aku itu sedang berusaha supaya mama sembuh, tapi papa malah menghalang-halangi!""Kamu salah, uang papa sudah papa depositokan jauh sebelum kamu berencana mengambil mama kamu dari yayasan itu.""Papa sepertimya emang gak pernah sayang sama aku! Papa selalu aja bikin aku kecewa!""Geb, papa gak ada bila
"Hai, Vin!" sapa Gebby pada Melvin. Melvin agak terkejut saat ia melihat Gebby ada di lobby kantornya terlihat sedang menunggu."Oh, hai, Geb!""Aku dari tadi nunggu kamu, loh.""Oh, ya? Bukannya kita belum ada janji untuk bertemu sebelumnya?""Sorry, emang belum. Tapi boleh, dong, kalau aku sesekali datang ke sini untuk sekedar melihat progres kerjasama kita? Lagian aku belum pernah ke sini, aku juga ingin tahu bagaimana sistem kerja di sini.""Ooh ... Oke, boleh aja, kok. Ayo, aku ajak berkeliling," sahut Melvin."Oke," ucap Gebby senang. Ia dan Melvin pun akhirnya mengitari sekitaran kantor dan Melvin menunjukkan bagian demi bagian di kantornya itu. Padahal Gebby tidak terlalu ingin tahu tentang itu tujuan utamanya datang ke kantor Melvin adalah supaya ia dan Melvin bisa punya pertemuan yang intens sehingga Gebby punya peluang untuk bisa semakin dekat dengannya."Padahal kamu ini bisa dikatakan pemula, tapi keren, loh. Kantor kamu bagus, sistem kerja juga bagus. Aku saranin kamu bu