Mobil Reyhan dan mobil Edwan yang membawa rombongan Indah tiba secara bersamaan di depan kantor polisi. Mereka yang terlibat memang diminta datang untuk dimintai keterangan. Tak lama setelah Reyhan dan Gebby turun, rombongan Indah pun turun hingga mereka pun saling menyapa. Rashi dan Nadira yang melihat Gebby dan menganggap Gebby tan langsung tersenyum menyapa Gebby. Melihat, Papa Gebby dan yang lain juga saling bertutur sapa. Namun, bukannya membalas sapaan Rashi dan Nadira dengan senyuman, justru Gebby membuang muka masam. Seolah tak mengenal mereka. "Sombong banget ya, Gebby," bisik Rashi. Nadira hanya mengangguk. "Ya udah biarin aja. Gak usah ditegur," balas Rashi. Semua orang pun masuk bersamaan. Gebby terus memegang tangan Papanya tak mau dilepas. ***Luna, Maya, dan Ana berada dalam satu sel. Kedatangan mereka bertepatan dengan jam berkunjung atau besuk. Sehingga sambil menunggu salah satu dimintai keterangan, yang lainnya meminta izin besuk secara bergantian. "Gara-gara kali
Kenyataan tidak sesuai dalam bayangan. Reyhan pikir dengan memasukkan Luna ke penjara hidupnya akan tenang. Tapi semua diluar dugaan. Reyhan berpikir bisa tinggal di rumah orang tuanya bersama Gebby, justru malah sebaliknya. Ucapan Desi begitu menyakiti Gebby. Hingga akhirnya membuat Reyhan memilih untuk tetap tinggal di rumahnya. Rumah yang biasa diisi oleh keluarga kecilnya sebelum semua hancur karena ulah Luna. "Sayang, Mama memang harus berada di sana supaya Mama jera dengan apa yang telah Mama lakukan. Sikap Mama yang seperti itu sangat membahayakan orang lain. Gebby Papa mohon, Gebby mengerti ya. Mama sudah melakukan kejahatan dan Mama harus bertanggung jawab dengan apa yang telah mama lakukan," tegas Reyhan pada Gebby. Keputusannya tidak bisa diganggu gugat. "Gebby mau Mama titik! Papa harus jemput Mama! Gebby mau Mama!" teriak anak itu membuat hati Reyhan teriris. Gebby terus menangis meminta Luna untuk dikeluarkan dari penjara. Sekuat hati Reyhan berusaha menenangkan tapi t
"Belum juga jam 12 siang, Mama sudah ngomel-ngomel minta menantu. Pakai acara bilang gue gak normal lagi. Biarpun wajar si disangka gak normal. Cewek aja gak pernah punya. Sekalinya ada Novi dulu. Itu Pun gue gak suka dan dia sudah jadi bini orang," lirih Edwan sembari mulai menjalankan mobil menuju rumah Indah. "Aku gak mau tahu, Ndah. Pokoknya kamu harus kasih aku kepastian hari ini," tekadnya bulat akan berbicara pada Indah. Edwan sudah terpepet, jadi dia tidak bisa lagi menunggu datangnya waktu yang tepat. Rambut sudah hampir ubanan masa gak nikah-nikah, itu yang Edwan pikiran. ***Setelah menempuh hampir satu jam perjalanan, tiba juga Edwan di halaman rumah Indah. Namun, dirinya dikagetkan dengan beberapa mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Edwan. Salah satunya sudah dapat Edwan kenali mobil Reyhan. Tapi dua lainnya ia tidak tahu. "Tumben banget siang-siang gini ada tamu," batinnya. Lelaki itu tak langsung masuk ke rumah, ia menyempatkan diri bertanya pada salah satu an
Melamar IndahKedatangan Hanz membuat semua orang kaget. Sebab, yang dibawanya sebuah kotak berwarna merah, yang pasti membuat semua orang sudah dapat menebak apa di dalam kotak itu. Dari semua orang, Reyhan lah yang paling shock dan merasa takut. Takut Indah akan menerima Edwan. Bisa patah hati Reyhan hari ini juga. "Thanks, Hanz," ucap Edwan. Saat Hanz memberikan kotak perhiasan yang di pesan Edwan beberapa jam yang lalu. "Semoga , Bos." Hanz memberikan semangat pada Edwan sebelum beranjak. Edwan sendiri tersenyum dan langsung kembali terfokus pada Indah yang masih diam terpaku dengan kejadian yang tengah dialami. Karena semua ini, tidak pernah terpikir di benak Indah sedikit pun. Meskipun Edwan belum bicara padanya, tapi Indah sudah dapat menebak apa yang ingin Edwan katakan. "Indah Rahmawati." Baru kalimat menyebut namanya saja, Indah langsung deg-degan tak karuan. "Hari ini, di hadapan semua orang, aku melamarmu untuk menjadi istri, dan ibu dari anak-anakku. Aku sudah lelah me
"Apa jawabannya? Jangan bikin aku deg-degan karena senyum kamu yang tidak jelas itu," ucap Edwan sedikit kesal karena sudah tidak sabar lagi dengan jawaban yang diberikan oleh Indah. Melihat Reaksi Edwan, Reyhan melirik kesal. Namun, Edwan tak menghiraukan raut wajah Reyhan yang tak suka. Intinya, yang Edwan rasakan adalah keinginan Indah dapat menerimanya. "Ih, kalem aja dong nanyanya," balas Indah sedikit kesal. "Ya mangkanya kamu cepetan kasih aku jawaban. Yang pasti tapi. Kalau enggak ya nggak, kalau iya ya iya. Jangan digantung dengan ucapan belum siap kayak biasanya. Aku gak mau kaya gitu." Edwan tak kalah sewot. Membuat Reyhan angkat bicara. "Santai, Wan. Biarin Indah kasih jawaban." Reyhan menimpali. "Gimana, Ndah. Mau nggak?" Edwan kembali mengulang pertanyaannya. "Lama banget si," lanjutnya meggerutu. Raut wajahnya begitu menggemaskan. Membuat Indah ingin menertawakannya. Indah menarik nafas dalam. Kemudian menghembuskannya pelan. Sementara Edwan jantung dan dan hatinya
Malang ….Maaf Sayang. Mama gak bisa," jawab Indah. Nadira menunduk kecewa. "Tapi, Ma. Kasihan Gebby. Di terus kepikiran Mamanya. Sampai gak mau makan dan jatuh sakit. Kalau nanti Gebby kenapa-napa gimana?" Nadira kembali bertanya pada Mamanya. Gadis kecil itu benar-benar merasa tidak tega padi adik tirinya itu. Sifat tidak tega-nya menurun dari sang Mama. Sebenarnya Indah juga kasihan pada Luna dan Gebby. Tapi jika Indah membebaskan Luna, wanita itu tidak akan pernah jera. "Ma," lirih Nadira lagi. "Sayang, untuk ini Mama tidak bisa menuruti keinginan, Nadira. Untuk memaafkan, Mama sudah maafkan. Tapi untuk mengeluarkan Tante Luna dari penjara, tidak akan pernah Mama lakukan. Orang jahat harus mempertanggungjawabkan kesalahannya. Sudah tahu ini salah dan akan mendapat konsekuensi, kenapa tetap dilakukan. Bukankah allah memberi kita otak untuk berpikir? Kita bisa memilih mana yang baik mana yang tidak. Jika memilih hal tidak baik, itu pasti ada konsekuensinya. Orang yang jahat, teta
Ternyata Reyhan mendatangi rumah Indah dengan. Dengan wajah penuh kesedihan laki-laki itu mengetuk pintu rumah mantan istrinya. "Om," lirih Nadira saat membuka pintu dan melihat Reyhan yang berdiri di depan pintu dengan mata sembab dan merah. Nadira paham betul kalau tamu yang saat ini berada di depannya habis menangis. Sesaat, membuat Nadira teringat Gebby. "Masuk, Om. Biar aku panggilkan, Mama," ujar Nadira. Reyhan masuk dan langsung duduk di ruang tamu. Meski ada perasaan kecewa di hati paling dalam, tapi Nadira tetap merasa iba melihat keadaan Reyhan. Begitulah sifatnya. Hanya marah sesaat kemudian melupakannya. "Oh iya, Om. Bagaimana keadaan Gebby?" tanya Nadira sebelum beranjak. "Gebby semakin parah. Nadira doain Gebby supaya cepat sembuh ya," tutur Reyhan. "Pasti, Om," balas Nadira. "Sebentar Dira panggilkan Mama," lanjutnya lagi. Reyhan pun mengangguk. ..Tak lama kemudian Indah kembali datang bersama Nadira. "Mas Reyhan? Ada apa?" tanya Indah. Kemudian ia pun duduk men
SURAT UNDANGAN"Om Edwan," sapa Gebby lemas. Namun,Edwan tersenyum hangat sembari mencubit gemas Pipi Gebby. Gebby sendiri menghindar karena malas pada Edwan. Bagi Gebby, orang yang terlibat memasukkan mamanya ke penjara adalah musuhnya. Termasuk Indah dan Kakak tirinya. Sampai kapanpun Gebby akan selalu membenci Indah juga Nadira. "Papa udah pulang?" tanya Edwan. "Belum!" ucap Gebby sewot. "Om boleh masuk?" tanya Edwan lagi. "Terserah!" ketus Gebby kemudian meninggalkan Edwan. Membuat Edwan menggelengkan kepala karena dirasa olehnya Gebby tidak memiliki sopan santun. Dengan berat hati, Edwan pun masuk dan duduk di sofa ruang tamu. "Kenapa wajahnya ditekuk?" tanya Opanya. Saat Gebby kembali. Gebby langsung bergelayut manja pada sang Opa. "Siapa tamunya? Kok bikin wajah Gebby murung?" Kembali Agung bertanya. "Orang jahat," jawab Geeby. Agung mendudukkan Gebby di sampingnya. Kemudian berdiri dan beranjak menemui tamu jahat yang dimaksud Gebby.Saat Agung tiba di ruang tamu, dirin