"Sebenarnya Indah itu gak positif HIV, Mas. Itu hanya karanganku saja. Aku yang menularkan virus itu. Aku pernah berhubungan dengan Alif, saat aku sakit hati sama kamu. Sekedar untuk mencari pelampiasan. Aku minta maaf, Mas. Ternyata Alif itu positif HIV. Jujur aku juga kaget dan aku baru tahu. Aku sudah cek tinggal menunggu hasil. Aku yakin hasilnya positif karena kamu pun sama." Pengakuan Luna membuat Reyhan terpukul. Laki-laki itu pun hanya diam sambil menahan emosinya. Mobil yang semula dijalankan menuju rumah sakit, berbelok arah ke rumah orang tuanya."Kok puter balik, Mas? Katanya kita mau ke rumah sakit?" tanya Luna takut-takut. "Mas gak marah kan? Tadi udah janji. Kalau aku jujur mas gak akan marah. Mas itu hanya masa lalu. Kamu harus bisa terima aku apa adanya, Mas," ucap Luna. Namun, Reyhan hanya terdiam. Laki-laki itu sama sekali tak menanggapi ucapan Luna dan memilih mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Lima belas menit kemudian, tibalah mobil Reyhan di depan ked
Trakt!Indah membuka pintu. Langkah kakinya sedikit mundur. "Mau apa kamu?" ucapnya saat seorang lelaki dengan tubuh besar tinggi seperti badan tukang pukul mendekatinya. Lelaki yang tak dikenal itu terus berjalan dengan tatapan menohok. Seperti singa yang tak sabar menerkam mangsanya. Dertttt ….Ponsel lelaki itu berdering. Kemudian sambil terus berjalan menghampiri Indah, ia mengangkat panggilan itu. "Baik!" jawab lelaki itu kemudian memutus sambungan ponselnya."Siapa kamu? Dan mau apa?" tanya Indah. Ia juga heran kenapa lelaki itu bisa masuk dengan mudah. Bagaimana mungkin satpam yang menjaga rumahnya bisa membukakan gerbang tanpa bertanya. "Tenang cantik aku hanya mau bersenang-senang denganmu," ucap lelaki itu terus mendekat. Dekat dan dekat. Tak lama kemudian dua lelaki menyusul masuk dengan beringasnya. Membuat Indah semakin beringsut dan takut. "Jangan mendekat! Seseorang tolong aku! Tolong!" Indah berteriak membuat ketiga laki-laki itu tertawa keras hingga suaranya mampu m
"Kami,,,," Ucapan Bos berhenti saat Black memotongnya. "Kita ambil saja uang ini dan biarkan mereka hidup, Bos." Black memberi saran pada bosnya. "Ada benarnya juga Black, Bos." Denim menimpali. "Jadi, kita lepaskan saja mereka dan ambil uang dari perempuan ini?" tanya Bos pada kedua anak buahnya. "Tepat, Bos!" jawab Denim dan Black bersamaan. "Mereka membayar kami 250 juta. Saya minta bayaran sepuluh kali lipat untuk nyawa kalian," Bos mendekat pada Indah."Tidak masalah uang segitu untuk saya," ucap Indah berdiri, kedua anaknya erat memeluk wanita itu di kanan kirinya. "Berikan dulu uang itu," pinta Bos. "Indah!" Reyhan yang datang tiba-tiba langsung masuk. Membuat Indah kaget. Reyhan langsung berjalan ke arah Indah dan kedua anaknya. "Jangan sakiti mereka!" ucap Reyhan. Indah masih terdiam. Masih tak menduga Reyhan datang, ia juga mendadak teringat saat pertama kali Reyhan membantunya ketika tengah malam saat hari hujan diusir oleh Danang dan Maya tanpa perasaan. Juga saat Da
Indah mengusap air matanya. Matanya sembab dan dirinya juga masih terisak. Sakit yang dia rasakan. Bayangan kesakitan terus berputar. "Mama!" teriak Nadira dan Rashi secara bersamaan. Tangis Indah kembali pecah saat kedua putrinya berlari cepat dan memeluknya dengan erat. Indah langsung bersimpuh dan menciumi kedua putrinya. "Kalian baik-baik saja? Jangan pernah takut ada Mama di sini," ucapnya masih terus menciumi wajah kedua putrinya secara bergantian. Reyhan dan Edwan yang melihat itu ikut merasakan kesedihan luar biasa.Reyhan ikut bersimpuh di samping Indah kemudian meraih Nadira ke pelukannya. Lelaki itu terus menciumi Nadira sambil mengucapkan kata Maaf. Indah yang memang memiliki hati lembut serta pemaaf itu seolah luluh. Baru kali ini Indah melihat air mata Reyhan tumpah. Edwan sendiri hanya mampu terdiam melihat pemandangan itu. Ada rasa cemburu dan tidak suka tapi lelaki itu hanya bisa terdiam memendamnya. "Nadira, Nadira kangen sama Papa?" tanya Reyhan. Nadira mengangguk
Setelah satu jam menempuh perjalanan, tiba juga Maya dan Alif di kediaman Indah. Namun, keduanya dibingungkan akan pintu gerbang yang terbuka, serta satpam yang tak nampak. Apa mungkin, satpam itu sudah lebih dulu kabur, itu yang Maya dan Alif pikirkan. "Kok pintu gak ditutup sih, sepi juga," ucap Maya bingung. "Udah, masuk aja," ujar Alif. Keduanya pun langsung masuk secara bersamaan. Namun, dikejutkan oleh kedatangan Reyhan dan Edwan. "Duduk, May," ujar Indah tegas. Indah menatap Maya dan Alif dengan tatapan tajam. Siap introgasi membuat perasaan Maya dan Alif tidak enak."Kok, tumben ada Reyhan dan Edwan," tanya Maya setelah duduk. "Iya mereka menyelamatkan saya dari kejahatan kalian!" jawab Indah langsung pada inti. "Tega-teganya kalian berencana membunuh aku dan kedua anakku hanya demi harta! Gak ada otak kalian! Gak punya pikiran. Aku sudah menerima kalian disini, menganggap kalian keluarga karena tidak tega melihat kalian hidup di jalanan! Tapi balasan kalian sungguh di lua
Brak!Reyhan menendang pintu rumah orang tua Luna setibanya disana. Membuat Luna dan Mamanya terperanjat kaget. "Eh, kamu ini, Rey. Gak sopan banget! Datang ke rumah orang tua bukan ucap salam atau apa malah main tendang pintu. Kasar lagi! Kalau rusak bagaimana?" ucap Ana kesal. Ana juga melirik ke arah Reyhan dengan sinis. Hatinya terus mengutuk Reyhan. "Kalau rusak kenapa? Ini rumah saya! Mau saya bakar pun tidak masalah. Toh kalian akan membusuk di penjara!" ketus Reyhan. "Maksud kamu ngomong kaya gitu apa, Mas?" Luna menuntut jawaban. "Jangan pura-pura bodoh kau, Luna!" kesal Reyhan. "Kau menyuruh tiga orang pembunuh bayaran untuk menghabisi Indah dan kedua orang tuanya kan? Gila kamu! Di rumah Indah ada anakku! Ada darah dagingku! Apa maksudmu merencanakan pembunuhan untuk Indah dan kedua anaknya? Apa?!" Luna tak terima mendengar kata-kata yang diucap Reyhan. Meskipun benar, ia tetap berkilah. "Jangan ngacau kamu, Mas! Apa maksud kamu?" balas Luna. Ana sendiri jadi bingung.
"Insting gue gak enak lihat bini lo senyum-senyum sendiri begitu," ucap Edwan penuh curiga. Edwan takut masih ada rencana jahat yang disembunyikan oleh Luna. "Nggak, Wan. Gue yakin udah gak ada. Mungkin Luna menertawakan gue," balas Reyhan. Laki-laki itu berpikir kalau Luna menertawakan keinginan Reyhan untuk kembali pada Indah tidak akan diterima oleh Indah. "Yakin lo?" tanya Edwan. Reyhan mengangguk mantap. Akhirnya Edwan pun berpamitan untuk kembali ke tempat Indah. "Lo suka sama Indah?" Reyhan bertanya. Edwan mengangguk. "Sangat menyukainya. Tidak masalah kan gue dekati Indah? Dia bukan milik siapapun. Apalagi milik lo. Kalian udah lama berpisah," kata Edwan mengingatkan Reyhan. Reyhan diam saja meskipun di dalam hatinya dia tidak Rela Indah jatuh ke tangan Edwan. Bukan hanya Edwan. Tapi dia tidak rela Indah jatuh ke tangan siapapun. "Rey gue cabut dulu." Tanpa jawaban dari Reyhan, Edwan pun langsung nyelonong ke luar. "Reyhan," sapa Papa mertuanya yang datang tiba-tiba mampu
Mobil Reyhan dan mobil Edwan yang membawa rombongan Indah tiba secara bersamaan di depan kantor polisi. Mereka yang terlibat memang diminta datang untuk dimintai keterangan. Tak lama setelah Reyhan dan Gebby turun, rombongan Indah pun turun hingga mereka pun saling menyapa. Rashi dan Nadira yang melihat Gebby dan menganggap Gebby tan langsung tersenyum menyapa Gebby. Melihat, Papa Gebby dan yang lain juga saling bertutur sapa. Namun, bukannya membalas sapaan Rashi dan Nadira dengan senyuman, justru Gebby membuang muka masam. Seolah tak mengenal mereka. "Sombong banget ya, Gebby," bisik Rashi. Nadira hanya mengangguk. "Ya udah biarin aja. Gak usah ditegur," balas Rashi. Semua orang pun masuk bersamaan. Gebby terus memegang tangan Papanya tak mau dilepas. ***Luna, Maya, dan Ana berada dalam satu sel. Kedatangan mereka bertepatan dengan jam berkunjung atau besuk. Sehingga sambil menunggu salah satu dimintai keterangan, yang lainnya meminta izin besuk secara bergantian. "Gara-gara kali