"Masuk penjara?" ulang Syena dengan gugup.
"Ya!" "Tapi, Tuan-" "Tanda tangan!!!" Syena terhenyak. Bentakan yang diucapkan oleh Kazumi benar-benar membuat ia ketakutan. Hingga pada akhirnya, mau tidak mau ia membubuhkan tanda tangan di atas kertas yang diberikan Kazumi. Dan setelah itu dilakukannya, Syena merasa sekujur tubuhnya sudah tidak bertulang. Lemas. Menikah kontrak dengan pria yang sudah beristri? Mimpi apa dia semalam? Mengapa ia merasa tidak pernah merasa keberuntungan dalam hidupnya? Kazumi menyambar surat kontrak yang sudah ditandatangani oleh Syena dengan kasar. Dipandangnya Syena yang seperti patung di tempat duduknya. Entahlah, Syena tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Benar-benar seperti wanita bodoh yang bicara saja ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. "Berdiri!" perintah Kazumi dengan suara yang dingin. Perlahan, Syena melakukan apa yang diperintahkan oleh Kazumi, dan kini ia sudah berdiri sambil menundukkan kepalanya. "Angkat wajahmu! Kau ini sedang berakting menjadi istri pengusaha, apakah istri pengusaha harus menundukkan kepala? Angkat wajahmu pandang lawan bicaramu, lakukan itu saat kita di hadapan wartawan, awas kalau kau terlihat jelek, aku akan menambah utangmu berkali-kali lipat!" Suara Kazumi terdengar lagi, dan Syena terpaksa melakukan apa yang diucapkan oleh Kazumi perlahan. "Ikut aku!" Lagi, Kazumi memberikan perintah, Syena hanya bisa patuh daripada sederet angka akan berdesakan untuk menjadi nominal utangnya dengan pria tersebut. Kazumi segera keluar ruangan itu diikuti Syena. Sesampainya di luar, Alex membicarakan sesuatu di telinga Kazumi dan Syena tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena suaranya sangat perlahan. Beberapa saat kemudian, Kazumi lagi-lagi memberikan perintah pada Syena untuk segera terus mengikutinya. Mereka melintasi pekarangan luas yang ditumbuhi beberapa macam bunga tersebut untuk mencapai gerbang. Benar saja, di luar sangat ramai, dan beberapa kamera mengarah pada mereka ketika gerbang dibuka dan para security yang bekerja di rumah itu sudah siaga berjaga mencegah wartawan itu untuk mendekati Kazumi. "Tuan Kazumi, Anda terlihat di tempat hiburan malam, dan Anda dikatakan sedang membeli seorang gadis dari seorang germo apakah itu benar? Gadis di sebelah Anda itu wanita penghibur Tuan?" Salah satu wartawan itu melontarkan pertanyaan. Dan Syena benar-benar gemetar berada di depan orang banyak dengan kamera mengarah padanya seperti itu. Apa yang harus dikatakannya? Ia benar-benar buta kalimat selain mengangkat wajahnya saja seperti yang diajarkan Kazumi. "Gadis ini calon istri keduaku, seseorang di tempat hiburan itu memaksanya ikut karena menyukainya, istri pertamaku tidak bisa hamil, karena untuk kepentingan penerus keluarga besar Ryutsuki, aku harus menikah lagi agar mendapatkan keturunan, apakah menurut kalian, aku akan diam saja jika melihat calon istriku dijamah pria lain?" Kazumi menjawab pertanyaan sang wartawan, tangannya meraih telapak tangan Syena yang berkeringat dan menggenggamnya erat sehingga semua mata melihat apa yang dilakukannya. Wajah Syena merah. Bukan saja karena para wartawan itu mengambil foto mereka, tapi juga karena genggaman telapak tangan Kazumi di tangannya. Itu bukan sebuah genggaman tangan pria yang menggenggam tangan calon istri seperti yang dikatakan oleh Kazumi tadi, tapi seperti seorang raja yang menggenggam tangan budak agar tidak melarikan diri. "Tuan, sakit...." Syena berbisik meskipun tidak yakin bisikannya didengar oleh Kazumi karena situasi yang berisik. Beberapa wartawan itu kembali melontarkan pertanyaan, dan Kazumi selalu mampu menjawabnya dengan elegan. Benar-benar pria berdarah dingin. Begitu batin Syena dalam rasa sakit yang dirasakannya. "Diam!" Prasangka Syena bahwa Kazumi tidak akan mendengar apa yang dibisikkannya salah, ternyata pria itu mendengar, hingga Syena terpaksa tutup mulut. Membiarkan Kazumi terus menggenggam tangannya meskipun rasanya tangannya akan retak karena genggaman itu. Beberapa saat kemudian, Kazumi mengakhiri sesi wawancara. Ia berbalik dan menarik tangan Syena dengan paksa untuk kembali masuk ke area rumahnya. Pintu gerbang ditutup kembali. Wartawan itu masih bergerombol di sana meskipun Kazumi sudah melakukan klarifikasi. Alex ikut dengan Kazumi dan Syena masuk ke area rumah dan mereka segera melintasi taman itu lagi untuk mencapai rumah utama. Security di luar diminta Kazumi untuk mencegah para wartawan tetap di pintu masuk. Kazumi ingin wartawan itu segera pergi tapi sepertinya security harus bekerja keras karena informasi tentang Kazumi adalah berita yang mampu menaikkan angka penjualan jika dipublikasikan. "Apa yang sedang kau lakukan di depan wartawan itu, Sayang?" Rachel berdiri di hadapan Kazumi dan Syena ketika pintu terbuka saat bertepatan keduanya ingin masuk. "Ini gara-gara kamu! Kalau kamu tidak sembarangan datang ke tempat hiburan, aku tidak mungkin dianggap membeli wanita!" damprat Kazumi sambil membanting pintu setelah ia dan Syena masuk. Syena tertunduk ketika dipandangi Rachel dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pandangan tidak bersahabat, seolah ingin menguliti Syena hidup-hidup. Ini istri pria jutek ini kah? Dia cantik tapi sepertinya berurusan dengan dia bukan hal yang mudah.... Hati Syena bicara demikian sambil menahan napas kala Rachel masih menatapinya seperti tadi. "Jadi wanita ini cuma membantu kamu untuk menjelaskan sesuatu di depan wartawan, kan?" Setelah puas menatapi Syena, Rachel melontarkan pertanyaan itu pada Kazumi. "Dia akan menjadi istri keduaku, Rachel!" "Apa?!" Rachel terkejut dengan penjelasan yang diucapkan oleh suaminya. "Istri kedua?" ulangnya. "Ya. Kau jangan banyak membantah! Ini salahmu, perusahaan akan terancam jika aku tidak menikah dengan Syena, jadi kalian harus rukun di rumah ini sampai batas waktu yang aku tentukan!" "Kazumi!" "Jangan membentak aku!!" Syena sampai mundur ke belakang mendengar pasangan suami istri di hadapannya saling membentak. Rachel mengusap wajahnya dengan kasar berusaha untuk membuat hatinya yang panas karena marah dan cemburu teratasi dengan baik tanpa harus membuat ia mengeluarkan kemarahannya. Perlahan, wanita cantik itu mendekati Kazumi yang masih berdiri dengan wajah merah padam pertanda kemarahannya berkobar seolah membakar semua barang yang ada di ruangan itu. "Sayang, ayolah. Pernikahan kita saja seperti sedang mempermainkan sebuah pernikahan, bagaimana bisa kamu menambah istri lagi? Aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan tadi malam, tapi bisakah kau menghentikan rencana kamu untuk menikah lagi?" Rachel berusaha untuk membujuk, dan Syena seperti orang bodoh tetap berdiri di tempatnya seperti patung penghias ruangan itu saja. Kazumi menatap wajah sang istri dengan tatapan mata yang tajam. "Bertanggung jawab? Apa yang akan kau katakan pada setumpuk wartawan di luar? Ingin mengatakan bahwa kamu tidur dengan pria lain di sana? Sudah bagus tidak ada yang melihat kamu di tempat itu, hanya aku yang terlihat dan aku sial karena kamu!!!" "Aku akan mengatakan bahwa aku yang khilaf ke tempat itu, aku akan bilang -" "Kamu akan bilang kamu ke tempat itu karena kamu merasa kesepian lantaran aku tidak pernah peduli padamu? Iya? Apa kau tahu, jika kau mengatakan hal seperti itu, saham perusahaan akan anjlok?!Kemarahan Kazumi masih berkobar. Situasi di ruang tamu mewah itu semakin panas dirasakan oleh Syena meskipun ruangan itu full AC.Syena perlahan mendekati pintu, ingin kembali ke bangunan belakang saja, daripada harus menyaksikan pertengkaran pasangan suami istri itu di depan matanya, rasanya ia jadi serba salah. Tetapi, gerakannya tertangkap mata Kazumi. Ia mengarahkan tangannya pada Syena, memberikan isyarat pada wanita itu untuk tidak pergi ke manapun.Rachel mengabaikan apa yang dilakukan Kazumi pada perempuan yang dikatakan suaminya adalah calon madunya tersebut.Yang ada dalam pikirannya cuma satu, ia ingin membujuk suaminya agar sang suami tidak menikah lagi apapun alasannya."Sayang, ayolah, kita baru setahun menikah, apa kata orang kalau kamu menikah lagi? Untuk persoalan di tempat hiburan itu, aku akan bertanggung jawab, aku akan-""Diam! Kau hanya perlu diam, Rachel. Jangan banyak bicara dan membantah, kalau kau membuat ulah lagi, aku benar-benar akan menuntutmu dan ayahmu
Syena benar-benar sulit untuk bicara untuk merespon perkataan pedas yang diucapkan oleh Rachel padanya. Meskipun ia merasa sesak mendapatkan perlakuan Rachel yang sepertinya tidak mau bersikap baik padanya, tapi Syena maklum karena siapa yang ingin ada wanita lain dalam pernikahannya? Ia pun tidak mau dan ia merasa sesak saja karena ternyata dirinya adalah wanita yang seperti itu pula pada akhirnya, namun apa yang bisa dilakukannya untuk merubah segalanya? "Nona, saya minta maaf, saya benar-benar tidak berniat untuk merusak pernikahan Nona dengan Tuan Kazumi, saya terpaksa, Nona." "Baik. Terpaksa, kan? Katakan, berapa uang yang kamu butuhkan? Aku akan memberikan, asal kamu bisa secepatnya pergi dari sini!" "Saya tidak berani, Nona." "Kenapa? Tidak berani atau tidak mau karena kamu suka dengan suamiku?" "Bukan seperti itu, saya sudah tanda tangan kontrak, saya tidak berani jika saya tidak ikut aturan dalam kontrak." "Omong kosong! Bilang saja kamu memang suka dengan Kazumi
"Apa?"Syena terkejut mendengar cara pria di hadapannya bicara. Kenapa cara bicaranya jadi slengean kayak gitu, sih? Dia salah makan obat apa? Padahal biasanya dia itu cool, cool tapi menyeramkan....Hati Syena bicara sambil mundur karena aura yang keluar dari tubuh pria yang disangkanya adalah Kazumi itu seperti ingin menghancurkannya."Ya! Mana ada perempuan baik-baik jadi pelakor!""Aku bukan pelakor!!" bantah Syena, benar-benar tidak suka dengan kesimpulan yang mengatakan bahwa dirinya adalah pelakor."Bukan pelakor? Berarti wanita penggoda.""Cukup! Kenapa Tuan bicara seolah-olah tidak tahu masalah yang sebenarnya? Tuan sendiri yang minta agar aku menikah sama Tuan padahal awalnya aku hanya ingin jadi pelayan di sini, kenapa Tuan mengatakan seolah-olah aku yang merengek minta untuk dinikahi?""Pinter akting! Terserah, lah! Lu bukan urusan gue, gue juga kagak peduli dengan apapun yang terjadi di rumah ini, tapi selagi gue di sini, jangan coba-coba untuk ngajak gue ngomong!"Setel
Tangan Kazaya yang sedang bergerak di atas kanvas terhenti saat mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel. Ia berbalik.Ditatapnya kakak iparnya itu dengan tatapan mata sulit untuk diartikan Rachel."Apa yang bisa lu berikan ke gue? Status lu aja kagak bisa lu perjuangkan, lu punya suami tapi suami lu bebas kawin lagi, urus diri lu sendiri aja, Rachel, kagak usah urus gue."Seperti biasa, sikap Kazaya memang selalu sinis, dan Rachel sudah terbiasa dengan sikap Kazaya yang seperti itu lantaran sejak awal ia menikah dengan Kazumi juga, adik iparnya itu tidak pernah bersikap peduli padanya."Ya. Aku memang payah, aku enggak bisa melakukan apapun untuk mencegah Kazumi menikah lagi, tapi, aku juga enggak mau diam aja melihat situasi yang sekarang terjadi, jadi, aku merendahkan harga diriku untuk meminta bantuan padamu.""Bantuan? Emang lu pengen gue melakukan apa? Menasihati Zumi? Ogah, kepala batu macam dia kagak bisa dinasihati!""Bukan, aku tahu kalau menyangkut bicara dengan Kazumi, kam
Wajah pemuda bernama Bertrand itu merah padam mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya. Ia mengepalkan telapak tangannya, berusaha untuk tidak terpancing emosi meskipun rasanya, ingin sekali Bertrand menghajar pria di hadapannya tersebut. "Kalau kau menahan aku, artinya kau mendukung orang-orang yang suka main hakim sendiri!" "Gimana dengan peralatan gue yang lu tabrak?" "Peralatan kamu tidak ada yang rusak, hanya sedikit kotor saja, aku sudah minta maaf, jika kau memang berjiwa seni, kau pasti bisa membedakan orang yang minta maaf sungguh-sungguh dengan yang tidak!" Mendengar apa yang diucapkan oleh pemuda bernama Bertrand tersebut, Kazaya terdiam seribu bahasa. Niatnya yang ingin mempermainkan Bertrand terhenti seketika karena ucapan itu mampu menohoknya. Sampai akhirnya, Kazaya tidak tahu kapan Bertrand pergi dari hadapannya dan akibatnya, para pria yang tadi mengejar Bertrand kini mencegah dirinya untuk beranjak. "Kenapa lu lepaskan? Lu memihak maling atau lu ini
Kazumi tersenyum kecut mendengar pengakuan yang dilontarkan oleh Bertrand, ia menatap pria itu lewat kaca mobil kembali seolah meyakinkan dirinya bahwa pria tersebut memang sengaja menabrakkan diri saat mobilnya melintas. "Trik yang lawas, orang miskin yang malas bekerja kebanyakan seperti itu untuk mendapatkan uang secara instan. Kau diminta seseorang untuk membuat aku bisa diekspos media, bukan?" Lagi-lagi, Bertrand mencengkram lututnya, untuk menahan perasaannya sendiri karena apa yang diucapkan oleh pria yang duduk tepat di hadapannya itu sangat menginjak harga dirinya. Ia merasa tidak malas, tapi kemiskinan terus mengikutinya, dan mendengar ucapan pria tersebut, rasanya ingin sekali Bertrand melimpahkan kemiskinannya itu pada Kazumi. Namun, demi mendapatkan uang, Bertrand terpaksa tidak mau banyak mendebat, karena sudah terlanjur berakting, Bertrand merasa harus mendapatkan hasil. "Anda menawarkan uang, saya mengakuinya, jadi di mana salahnya? Setiap orang tidak mau misk
Apa yang dilakukan Rachel cukup membuat mereka menjadi pusat perhatian di tempat tersebut. Radit tentu saja marah hingga ia bangkit berdiri dan menatap Rachel dengan sorot mata yang tajam."Kau masih membela suami yang jelas-jelas berbagi wanita malam denganku? Istri kedua suamimu itu seorang pelacur, Rachel, kau disejajarkan oleh pelacur, apa kau tidak malu?""Diam! Syena bukan pelacur, dia perempuan yang kau paksa untuk melayani kamu, sebelum kamu membeli perempuan itu, dia sudah menjadi calon istri kedua Kazumi, jadi tidak usah berkata bohong di hadapan ku hanya untuk memburukkan Kazumi! Aku tidak percaya!"Setelah bicara demikian, Rachel berbalik dan meninggalkan Radit dengan langkah yang cepat. Di mulut, memang ia membela Syena karena tidak mau, nama baik Kazumi dan Syena akan buruk, tapi sebenarnya hatinya hancur karena harus melakukan hal itu, sebab sejujurnya ia sangat membenci Syena lantaran sudah menjadi istri kedua suaminya.Tetapi, karena tidak mau semua menjadi kacau, Ra
"Kenapa kamu bicara begitu? Aku enggak ngerasa melakukan itu sama kamu? Kapan aku mendekati kamu dan bilang aku enggak nyaman sama Kazumi?"Syena semakin shock karena Kazaya semakin berani mengatakan sejumlah kebohongan yang mengaitkan dirinya. Sementara itu, Kazaya yang mendengar aksi membela diri yang dilakukan Syena hanya tersenyum setan, ia tidak menyangkal perkataan Syena tapi lebih fokus ke arah Kazumi karena ia sangat yakin Kazumi mulai terpengaruh apa yang ia katakan tentang Syena."Aku memang akan membuang sampah pada tempatnya, jadi kau tidak perlu khawatir, tapi sebelum itu terjadi, jaga sikapmu kalau sampai ada pemberitaan tentang sikapmu yang terlalu intim dengan Syena, aku tidak akan main-main memberikan kamu pelajaran!"Setelah bicara demikian, Kazumi melangkah meninggalkan Syena dan Kazaya yang tersenyum puas mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak kembar.Syena yang tidak mau dikatakan mendekati Kazaya buru-buru mengejar Kazumi dan berusaha untuk menahan sang su
"Jangan sok tahu! Syena itu istri lu, buat apa gue suka sama bekas lu!""Jaga ucapan kamu!"Nada suara Kazumi terdengar meninggi ketika ia mengucapkan kalimat tersebut pada Kazaya.Matanya menatap tidak suka ke arah Kazaya pertanda Kazumi tidak mau Kazaya bicara seperti itu tentang Syena. "Syena bukan barang bekas, aku tidak pernah menyentuhnya, sekalipun aku ingin menyentuhnya saat aku dulu suka padanya, tapi aku tidak pernah memanfaatkan status pernikahan kami untuk melakukan apa yang biasa para pria lakukan, jadi, Zaya. Sebelum kamu menyesal sudah menyepelekan perasaanmu sendiri, maka lebih baik kau katakan padanya bahwa kau menyukainya, aku akan menggelar konferensi pers untuk mengatakan Syena hanya istri kontrak agar saat kalian bersama, dia tidak menjadi bahan pembicaraan orang lain karena menikah dengan kita berdua!"Setelah bicara demikian pada Kazaya, Kazumi berbalik dan melangkah meninggalkan Kazaya yang hanya bisa diam mendengar ucapan panjang yang tadi dilontarkannya.Kaz
Mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel, Kazumi terdiam. Membuat Rachel semakin berani melanjutkan ucapannya agar ia bisa membujuk Kazumi tidak menceraikannya."Zumi. Sudah saatnya kamu hidup sesuai dengan apa yang kau inginkan, menjadi CEO bukan sesuatu yang kamu inginkan, bukan? Sudahi saja. Tidak perlu memaksakan diri, jika Kazaya sudah bersedia menggantikanmu, biarkan dia yang melakukan itu, dan tugasmu selama ini sudah selesai...."Rachel kembali bicara, dengan nada suara yang lembut supaya apa yang ia katakan tidak membuat Kazumi merasa tertekan."Kapan Kazaya bicara seperti itu padamu?" tanya Kazumi setelah beberapa saat lamanya ia hanya diam meskipun Rachel menunggunya untuk menanggapi apa yang dikatakannya."Kamu enggak percaya Kazaya bicara seperti itu padaku?""Kamu mendengarnya langsung?""Ya!""Bisa kau menyingkir?""Kamu mau apa?""Aku ingin menemuinya, bukankah dia juga dirawat di rumah sakit ini?""Kamu masih lemah, tidak usah banyak bergerak dulu.""Aku ingin bicara
Kazumi melotot mendengar saran yang diberikan oleh Alex padanya. "Jangan kurang ajar, Alex. Kau mau membantuku, atau tidak?" katanya dengan gusar, dan terpaksa, Alex akhirnya melakukan apa yang diperintahkan oleh Kazumi padanya.Setelah membantu Kazumi untuk lepas dari pelukan Rachel, Alex membimbing Kazumi untuk duduk di sofa sambil membawa tiang infus majikannya tersebut.Wajah Kazumi terlihat kacau. Alex bisa menerka apa yang membuat wajah majikannya itu sampai demikian hingga ia merasa, majikannya itu tidak seharusnya demikian jika memang sudah memiliki perasaan pada sang istri pertama."Apa yang membuatmu ke sini?" tanya Kazumi membuyarkan lamunan Alex tentang dirinya."Aku ingin mengabarkan tentang apa yang dilakukan oleh Raditya, dia berhasil meyakinkan sejumlah pebisnis untuk menyetujui tentang Tuan yang harus melakukan penjelasan tentang apa yang belakangan terjadi, terutama tentang Tuan yang diinginkan oleh Ernesto.""Dengan kata lain, para pemegang saham dan pesaing bisni
Kazumi sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rachel. Kedua tangannya memegang pundak Rachel dan bersiap untuk mendorong tubuh sang istri, tapi Rachel yang tahu apa yang dipikirkan oleh sang suami tidak membiarkan itu terjadi.Ia justru menekan tengkuk Kazumi dengan tangannya hingga ciuman mereka semakin dalam dan pertahanan Kazumi musnah seketika. Jika tadi, Kazumi ingin menolak apa yang dilakukan oleh istrinya pada bibirnya, kali ini tidak. Ciuman Rachel pun disambut oleh Kazumi dan itu membuat Rachel semakin menggila karena hal tersebut.Kedua tangannya mencoba untuk membuka pakaian rumah sakit yang dikenakan oleh Kazumi meskipun mereka masih intens berciuman. Hingga akhirnya, Kazumi tersadar mereka sedang di mana dan ia mendorong tubuh Rachel seketika sampai ciuman mereka terlepas.Napas keduanya memburu, tapi Rachel tidak mau beranjak dari atas tubuh Kazumi meskipun sekarang ia tidak lagi mencium bibir sang suami."Menyingkirlah, kalau ada yang melihat apa kau tidak mal
Kazumi terdiam sejenak mendengar isi pertanyaan yang diajukan oleh Alex. Membuat Alex curiga, Kazumi melakukan hal itu hanya karena emosi sesaat atau pemikiran yang tidak dipikirkan dengan matang."Tuan. Aku tahu, sebenarnya, Tuan sudah mulai mencintai Nona Rachel, bukan? Saat kita di dalam mobil dan kita dikejar helikopter Michael, aku melihat tatapan Tuan pada Nona Rachel itu berbeda dari biasanya...."Alex memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ada di dalam hatinya hingga Kazumi mengusap wajahnya dengan kasar mendengar kesimpulan yang diucapkan oleh Alex."Sebenarnya, aku juga tidak paham dengan apa yang aku rasakan sekarang, tapi, Alex saat ini situasi sedang tidak baik untuk memikirkan masalah itu, aku tidak tahu, apakah aku mulai jatuh cinta pada Rachel, tapi yang jelas, aku merasa, perasaanku padanya menjadi penting, jadi aku ingin melakukan sesuatu agar dia tidak kenapa-kenapa.""Dengan cara, menceraikan Nona Rachel?""Beberapa saat yang lalu, mertuaku menghubungi aku, d
"Dengan kata lain, kamu ingin memimpin perusahaan seorang diri tanpa mau berbagi dengan Kazumi?" tanya Rachel dengan hati-hati, khawatir Kazaya justru tersinggung mendengar apa yang ia tanyakan."Ya. Sudah jelas?"Masa Kazaya pikirannya se-serakah itu? Rasanya enggak mungkin, tapi dia sendiri yang mengatakan hal seperti itu, masa dia berbohong supaya tidak dimintai tolong?Kembali Rachel membatin, dan akhirnya perempuan itu beranjak keluar dari ruangan rawat inap Kazaya setelah lagi-lagi, Kazaya memintanya untuk keluar.Di luar, Rachel berusaha untuk mencari Syena. Perempuan itu awalnya sulit untuk menemukan keberadaan Syena, tapi kemudian, Rachel menemukan Syena keluar dari mushola rumah sakit. Cepat ia menghampiri wanita yang awalnya sangat ia benci karena mengira Syena merebut Kazumi darinya."Lukamu bagaimana? Kenapa kamu tidak di ruang rawat inap aja?"Rachel bertanya sambil meneliti kaki Syena."Aku sudah baikan, kok, tinggal pemulihan, aku juga sudah mengurus semuanya untuk pu
Kazaya membuang napas mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel. Sementara itu, setelah bicara seperti tadi, Rachel meraih tempat duduk dan tempat duduk itu ia letakkan tepat di tepi pembaringan Kazaya."Jangan sok tahu, lu kagak ada bukti sampe lu yakin bener gue suka sama dia!" ketus Kazaya sebelum Rachel bicara kembali lebih lanjut."Zaya. Mungkin aku kurang pandai menarik perhatian seorang pria hingga setahun aku selalu mencintai kakakmu secara sepihak, tapi aku cukup pintar membedakan pria yang jatuh cinta dengan seseorang sama yang enggak.""Terus, apa sekarang Kazumi sudah mulai suka sama lu?""Alhamdulillah, sedikit demi sedikit aku mulai merasakan hal itu.""Serius?"Di luar dugaan, Kazaya terlihat antusias ketika mendengar pengakuan Rachel tentang perasaan Kazumi. Membuat Rachel tersenyum penuh arti karena perubahan wajah Kazaya, benar-benar menegaskan bahwa, ada harapan yang dipikirkan pemuda itu sekarang dan sepertinya, Rachel bisa menebak harapan seperti apa yang ada dalam
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Kazaya, Alex menarik napas, ia mengusap wajahnya sesaat seolah sedikit ragu untuk mengatakan apa yang sekarang ada di dalam otaknya."Kenapa diem? Kalo lu punya sesuatu yang mau diomongin, ngomong aja, kagak perlu sungkan, lu takut kalo gue kesinggung? Gue bukan Kazumi yang baperan!"Suara Kazaya kembali terdengar hingga akhirnya Alex menepis keraguan dan mulai mengatur kata untuk bicara. "Apakah Tuan perlu bantuan? Atau mungkin, Tuan kesulitan untuk menyelesaikan sesuatu seorang diri hingga Tuan terperangkap dalam jeratan organisasi seperti itu?""Dengan kata lain, lu curiga gue terlibat dengan Ernesto sampe mereka nguber gue dan Kazumi?""Tidak curiga, aku hanya ingin kejelasan, seseorang mengatakan Tuan terlibat, tapi jika itu keluar dari mulut Tuan sendiri, mungkin ceritanya akan berbeda.""Bukannya lu paling tahu masalah keluarga kami dari siapapun? Rahasia Kazumi aja lu tau yang gue sendiri kagak tau, kenapa lu kagak tau gue sama sekal
Rachel menarik napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Alex. Karena terpengaruh apa yang disampaikan oleh Andreas. Rachel jadi bicara yang tidak-tidak.Alhasil, ia meminta Alex untuk tidak lagi membahas masalah tersebut. Rachel segera masuk ke dalam ruangan rawat inap Kazumi dengan pikiran yang sejujurnya masih berkecamuk.Sementara itu, Alex yang ditinggalkan Rachel ke ruang rawat inap Kazumi, memilih untuk menengok Kazaya yang ruang rawat inapnya tidak terlalu jauh dari ruang rawat inap di mana Kazumi berada.Ketika ia ingin masuk, Syena keluar dari sana dan Syena sedikit terkejut karena ada Alex di depan pintu kamar ruang rawat inap Kazaya."Kebetulan ada kamu, bisa kita bicara sebentar?" tanya Syena dengan suara yang perlahan tapi terdengar tegas di telinga."Di sini?"Syena mengangguk ketika Alex menunjuk kursi tunggu, dan akhirnya mereka duduk di sana berdampingan. "Maaf, mungkin situasinya enggak tepat kalo aku ngomong kayak gini, tapi, aku benar-benar harus bicara sam