"Apa?"Syena terkejut mendengar cara pria di hadapannya bicara. Kenapa cara bicaranya jadi slengean kayak gitu, sih? Dia salah makan obat apa? Padahal biasanya dia itu cool, cool tapi menyeramkan....Hati Syena bicara sambil mundur karena aura yang keluar dari tubuh pria yang disangkanya adalah Kazumi itu seperti ingin menghancurkannya."Ya! Mana ada perempuan baik-baik jadi pelakor!""Aku bukan pelakor!!" bantah Syena, benar-benar tidak suka dengan kesimpulan yang mengatakan bahwa dirinya adalah pelakor."Bukan pelakor? Berarti wanita penggoda.""Cukup! Kenapa Tuan bicara seolah-olah tidak tahu masalah yang sebenarnya? Tuan sendiri yang minta agar aku menikah sama Tuan padahal awalnya aku hanya ingin jadi pelayan di sini, kenapa Tuan mengatakan seolah-olah aku yang merengek minta untuk dinikahi?""Pinter akting! Terserah, lah! Lu bukan urusan gue, gue juga kagak peduli dengan apapun yang terjadi di rumah ini, tapi selagi gue di sini, jangan coba-coba untuk ngajak gue ngomong!"Setel
Tangan Kazaya yang sedang bergerak di atas kanvas terhenti saat mendengar apa yang diucapkan oleh Rachel. Ia berbalik.Ditatapnya kakak iparnya itu dengan tatapan mata sulit untuk diartikan Rachel."Apa yang bisa lu berikan ke gue? Status lu aja kagak bisa lu perjuangkan, lu punya suami tapi suami lu bebas kawin lagi, urus diri lu sendiri aja, Rachel, kagak usah urus gue."Seperti biasa, sikap Kazaya memang selalu sinis, dan Rachel sudah terbiasa dengan sikap Kazaya yang seperti itu lantaran sejak awal ia menikah dengan Kazumi juga, adik iparnya itu tidak pernah bersikap peduli padanya."Ya. Aku memang payah, aku enggak bisa melakukan apapun untuk mencegah Kazumi menikah lagi, tapi, aku juga enggak mau diam aja melihat situasi yang sekarang terjadi, jadi, aku merendahkan harga diriku untuk meminta bantuan padamu.""Bantuan? Emang lu pengen gue melakukan apa? Menasihati Zumi? Ogah, kepala batu macam dia kagak bisa dinasihati!""Bukan, aku tahu kalau menyangkut bicara dengan Kazumi, kam
Wajah pemuda bernama Bertrand itu merah padam mendengar apa yang diucapkan oleh Kazaya. Ia mengepalkan telapak tangannya, berusaha untuk tidak terpancing emosi meskipun rasanya, ingin sekali Bertrand menghajar pria di hadapannya tersebut. "Kalau kau menahan aku, artinya kau mendukung orang-orang yang suka main hakim sendiri!" "Gimana dengan peralatan gue yang lu tabrak?" "Peralatan kamu tidak ada yang rusak, hanya sedikit kotor saja, aku sudah minta maaf, jika kau memang berjiwa seni, kau pasti bisa membedakan orang yang minta maaf sungguh-sungguh dengan yang tidak!" Mendengar apa yang diucapkan oleh pemuda bernama Bertrand tersebut, Kazaya terdiam seribu bahasa. Niatnya yang ingin mempermainkan Bertrand terhenti seketika karena ucapan itu mampu menohoknya. Sampai akhirnya, Kazaya tidak tahu kapan Bertrand pergi dari hadapannya dan akibatnya, para pria yang tadi mengejar Bertrand kini mencegah dirinya untuk beranjak. "Kenapa lu lepaskan? Lu memihak maling atau lu ini
Kazumi tersenyum kecut mendengar pengakuan yang dilontarkan oleh Bertrand, ia menatap pria itu lewat kaca mobil kembali seolah meyakinkan dirinya bahwa pria tersebut memang sengaja menabrakkan diri saat mobilnya melintas. "Trik yang lawas, orang miskin yang malas bekerja kebanyakan seperti itu untuk mendapatkan uang secara instan. Kau diminta seseorang untuk membuat aku bisa diekspos media, bukan?" Lagi-lagi, Bertrand mencengkram lututnya, untuk menahan perasaannya sendiri karena apa yang diucapkan oleh pria yang duduk tepat di hadapannya itu sangat menginjak harga dirinya. Ia merasa tidak malas, tapi kemiskinan terus mengikutinya, dan mendengar ucapan pria tersebut, rasanya ingin sekali Bertrand melimpahkan kemiskinannya itu pada Kazumi. Namun, demi mendapatkan uang, Bertrand terpaksa tidak mau banyak mendebat, karena sudah terlanjur berakting, Bertrand merasa harus mendapatkan hasil. "Anda menawarkan uang, saya mengakuinya, jadi di mana salahnya? Setiap orang tidak mau misk
Apa yang dilakukan Rachel cukup membuat mereka menjadi pusat perhatian di tempat tersebut. Radit tentu saja marah hingga ia bangkit berdiri dan menatap Rachel dengan sorot mata yang tajam."Kau masih membela suami yang jelas-jelas berbagi wanita malam denganku? Istri kedua suamimu itu seorang pelacur, Rachel, kau disejajarkan oleh pelacur, apa kau tidak malu?""Diam! Syena bukan pelacur, dia perempuan yang kau paksa untuk melayani kamu, sebelum kamu membeli perempuan itu, dia sudah menjadi calon istri kedua Kazumi, jadi tidak usah berkata bohong di hadapan ku hanya untuk memburukkan Kazumi! Aku tidak percaya!"Setelah bicara demikian, Rachel berbalik dan meninggalkan Radit dengan langkah yang cepat. Di mulut, memang ia membela Syena karena tidak mau, nama baik Kazumi dan Syena akan buruk, tapi sebenarnya hatinya hancur karena harus melakukan hal itu, sebab sejujurnya ia sangat membenci Syena lantaran sudah menjadi istri kedua suaminya.Tetapi, karena tidak mau semua menjadi kacau, Ra
"Kenapa kamu bicara begitu? Aku enggak ngerasa melakukan itu sama kamu? Kapan aku mendekati kamu dan bilang aku enggak nyaman sama Kazumi?"Syena semakin shock karena Kazaya semakin berani mengatakan sejumlah kebohongan yang mengaitkan dirinya. Sementara itu, Kazaya yang mendengar aksi membela diri yang dilakukan Syena hanya tersenyum setan, ia tidak menyangkal perkataan Syena tapi lebih fokus ke arah Kazumi karena ia sangat yakin Kazumi mulai terpengaruh apa yang ia katakan tentang Syena."Aku memang akan membuang sampah pada tempatnya, jadi kau tidak perlu khawatir, tapi sebelum itu terjadi, jaga sikapmu kalau sampai ada pemberitaan tentang sikapmu yang terlalu intim dengan Syena, aku tidak akan main-main memberikan kamu pelajaran!"Setelah bicara demikian, Kazumi melangkah meninggalkan Syena dan Kazaya yang tersenyum puas mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak kembar.Syena yang tidak mau dikatakan mendekati Kazaya buru-buru mengejar Kazumi dan berusaha untuk menahan sang su
"Ah, tidak. Bukan seperti itu, aku hanya mendapatkan perbedaan dari wajahmu dan adikmu, meskipun kamu dan dia sama, tapi setelah diperhatikan, ternyata kalian berbeda.""Siapa yang bilang aku dan Kazaya sama? Wajah sama bukan berarti semua sama!""Ya, benar. Wajahmu seperti orang tertindas, sementara Kazaya terlihat bebas dan enjoy, dia -""Apa maksudmu dengan aku yang tertindas? Tidak ada yang bisa menindas aku, kau tahu itu?""Tapi-""Sudahlah! Jangan berlebihan bersikap di hadapanku, aku tidak suka kau banyak bicara denganku jika di rumah ini!""Tapi, Zumi, susu ini buatan Bik Supi, jadi minumlah selagi hangat, aku tidak akan merepotkan diri untuk berusaha mengurus suami yang tidak mau diurus-""Apa kau bilang?"Duh! Kenapa setiap ucapanku selalu salah di telinga pria dingin ini? Hati Syena bicara demikian saat melihat lagi-lagi kalimatnya membuat Kazumi meradang.Sementara itu Kazumi mencondongkan tubuhnya ke arah Syena hingga posisinya yang seperti itu terlihat seperti berciuman
Sebenarnya, Kazaya cukup tersinggung mendengar apa yang diucapkan oleh Syena tentang dirinya yang dikatakan tidak memiliki hati yang lembut layaknya seorang pelukis sejati, tapi karena ia menjalankan misi dari Rachel, mau tidak mau, Kazaya mengabaikan sindiran itu. "Tau apa lu tentang dunia lukisan? Ini kagak ada hubungannya dengan hal itu kali, mana ada orang suka dengan pelakor, cuma orang bodoh aja yang macam itu, Syena!" katanya lalu berbalik dan meninggalkan Syena yang hanya bisa mengeratkan genggaman tangannya di ujung pakaiannya karena berusaha untuk menahan diri untuk tidak marah.***"Lepaskan Rachel, Tuan Kazumi!"Radit nekat menemui Kazumi saat Kazumi sedang di ruangannya dan langsung mengucapkan kata-kata itu pada Kazumi. "Kamu datang ke sini hanya untuk bicara itu padaku?" tanya Kazumi sembari menutup berkas yang sedang ditandatanganinya."Karena Rachel itu wanita terhormat, kenapa kau sejajarkan dengan perempuan murahan seperti Syena? Kamu menikah dengan dia untuk meny
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Alex. Untuk sesaat, Zill terdiam. Ia sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan tersebut karena khawatir akan membuat Moa dalam kesulitan. Melihat Zill diam saja sementara ia sudah tidak sabar untuk menunggu jawaban, Alex semakin curiga, Zill benar-benar orang yang patut dicurigai. Pria itu langsung mencekal salah satu pergelangan tangan Zill dan menariknya untuk ke tempat yang lebih sepi orang. "Kenapa kamu tidak bisa menjawab? Tidak bisa menjawab karena memang kau memiliki rencana lain untuk Tuan Kazaya dan Tuan Kazumi?"Alex mendesak Zill sehingga Zill merasa gerah juga karena ia merasa jadi tertekan. "Aku tidak punya rencana apapun, aku melakukan penyelidikan itu semata-mata khawatir pada Kazaya saja. Aku dan Kazaya satu perguruan, seperti halnya Vivian yang mencemaskan Kazaya terjerumus organisasi seperti itu, seperti itulah aku merasakan hal yang sama untuk dia.""Apa yang kau lakukan pada temanku?" Sebuah suara membuat perdebatan a
Sebenarnya, pertanyaan Zill sangat mudah untuk dijawab. Akan tetapi, Vivian jadi tidak bisa menjawab ketika merasakan aura Zill yang mampu membungkam mulutnya hingga ia tidak bisa bicara untuk beberapa saat. "Vi. Sekali lagi aku tegaskan, kita harus bekerjasama di sini, setelah itu jika kita sudah selamat dan sampai di tempat kita masing-masing, aku berjanji tidak akan ikut campur lagi dengan apapun yang kau dan Syena lakukan."Zill melanjutkan ucapannya, masih dengan nada seperti tadi hingga membuat Vivian menarik napas."Baiklah. Aku minta maaf sudah membuat kau marah. Tak perlu dibahas lagi, aku sudah cukup paham.""Kau bisa berjalan?""Jika tidak bisa, apakah kau akan memapah aku?""Kalau semua yang ada di sini tidak bisa berjalan, aku terpaksa memapah kalian bergantian.""Sudahlah. Pikirkan saja Kazaya dan Syena, aku tidak perlu. Aku masih bisa mengurus diriku sendiri."Zill menghela napas. Ia tidak lagi menanggapi perkataan Vivian. Tidak mau pembicaraan mereka semakin menghamba
"Apa yang kalian lakukan di sana?"Sebuah suara membuat niat Syena yang ingin menanggapi pertanyaan menohok yang diucapkan oleh Vivian terhenti seketika.Zill menghampiri mereka tanpa Kazaya, entah di mana Kazaya diletakkan oleh Zill, hingga pria itu menghampiri Syena dan Vivian yang sedang bertengkar."Ah, tidak ada. Syena sedang kelelahan, jadi aku mengajak dia untuk istirahat sejenak."Vivian menyenggol Syena, agar Syena mengiyakan apa yang dikatakannya pada Zill, dan Syena menurut. Zill menghela napas mendengar alasan yang diucapkan oleh Syena seolah-olah ia tidak percaya dengan alasan tersebut."Tolong kerjasamanya. Kita sedang berjuang melawan maut, kita tidak tahu apa yang akan kita temui di depan, kalau kita tidak bekerja sama, bagaimana kita bisa melewati itu semua dengan baik?"Seraya bicara demikian, Zill menatap ke arah Syena dan Vivian satu persatu."Oke. Jangan khawatir, aku juga tidak mau mati di tempat seperti ini, ada banyak hal yang harus aku kerjakan dan aku tidak
Mendengar apa yang diucapkan oleh Syena, Kazaya langsung menolak. Sebenarnya, Zill dan juga Vivian juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Kazaya, namun mereka didahului Kazaya hingga keduanya jadi menatap ke arah Kazaya setelah itu mereka saling pandang.Sementara itu, mendengar Kazaya tidak setuju dengan apa yang ia katakan, sejujurnya hati Syena jadi bergemuruh. Namun, karena ia melihat Kazaya tadi mencium Vivian, Syena jadi mengabaikan perasaan bergemuruh itu dan memilih untuk tidak terpengaruh meskipun itu sangat sulit untuknya."Aku sudah memutuskan, tolong hargai keputusan yang aku buat, kondisi Kazaya jauh lebih parah dan dia seperti itu karena kecerobohan aku, jadi wajar jika aku melakukan hal ini, membawa aku yang tidak bisa berenang, itu pasti akan sulit, jadi kalian pergi saja, aku tidak masalah."Syena bicara lagi, dan kali ini, Kazaya berusaha untuk melepaskan diri dari pegangan tangan Vivian dan juga Zill.Namun, ketika nyaris bisa melepaskan pegan
Bayangan saat ia mencium bibir Syena berkelebat lagi di benak Kazaya ketika Vivian mengucapkan pertanyaan itu padanya."Kamu enggak bisa jawab berarti, emang ada yang terjadi antara kamu dan dia, kan?" tanya Vivian lebih lanjut karena Kazaya tidak bicara sama sekali sementara ia menunggu jawaban atas pertanyaan yang ia ajukan tadi."Udahlah, kagak perlu bahas itu lagi kali, gue jadi kagak bisa mengumpulkan energi kalo lu ajak ngomong gituan melulu.""Karena kalian memang berciuman?""Lu kenapa, sih? Gue tahu, cewek itu suka baper, tapi itu bukan lu, Vi! Lu itu kagak baperan orangnya!""Aku juga punya perasaan, kamu harus ingat itu! Saat kamu menolakku karena kamu hanya menganggap bahwa aku cuma kakak kamu, kamu melakukan itu dengan santai karena kamu yakin aku bisa menerima kenyataan dengan baik lantaran menurut kamu, aku bukan wanita yang gampang terbawa perasaan, tapi, Zay. Kamu enggak tahu aku benar-benar terpuruk waktu itu!"Karena situasi jadi semakin serius, Kazaya tadinya tida
Jika Vivian hanya diam saja ketika Kazaya melontarkan pertanyaan itu pada mereka, tidak bagi Zill. Ia ikut mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka untuk mencari sosok Syena, namun, Syena memang tidak ada di mana-mana sampai Zill akhirnya bangkit. "Aku akan mencarinya," katanya pada Vivian dan Kazaya, tapi baru saja keduanya ingin menanggapi, tiba-tiba saja Syena muncul dengan penampilan yang sangat kotor."Kau darimana?" tanya Zill tanpa peduli Vivian yang menatapnya karena ia langsung melontarkan pertanyaan itu pada Syena."Aku berusaha mencari jalan keluar agar kita bisa naik tanpa harus naik."Syena menjawab pertanyaan Zill, tapi apa yang diucapkannya justru membuat Vivian tertawa karena ia merasa apa yang dikatakan oleh Syena sangat mustahil."Mencari jalan keluar agar kita bisa naik, tapi kita enggak perlu naik? Apa maksudnya? Itu mustahil! Aku dan Zill bisa sampai ke sini karena kami turun, ada jalan menurun artinya kalau kembali kita harus naik, Syena!" katanya dan ucapan V
Mendengar apa yang dipertanyakan oleh Zill, Vivian terkejut. Ia merasa tidak pernah mengatakan pada Zill bahwa ia pergi ke Samarinda Kalimantan Timur untuk menemui perempuan bernama Mitha itu, tapi mengapa Zill sampai tahu apa yang ia lakukan?Apa Mitha mengatakan pada Zill kalau aku menemuinya?Hati Vivian berbisik demikian, sambil berusaha untuk mencari kalimat yang tepat untuk ia ucapkan pada Zill."Mitha memberitahumu kalau aku menemuinya?" Akhirnya, Vivian memilih untuk melontarkan pertanyaan tersebut pada Zill."Dia bukan tipe wanita yang suka mengadu."Vivian tersenyum kecut mendengar apa yang diucapkan oleh Zill tentang perempuan tersebut. "Kau pernah ketemu dengan dia? Apakah kau mengatakan itu hanya dengan mengandalkan insting kamu saja? Instingmu itu tidak tajam, Zill. Dia sudah menikah pun kamu tidak tahu, kan?""Aku bertanya padamu, apa yang ada dalam pikiran kamu sampai kamu nekat ke sana menemuinya?"Zill tidak mau menjawab pertanyaan dari Vivian tentang hal itu, ia l
"Jangan bertengkar!" Tiba-tiba saja, suara Kazumi terdengar meskipun suaranya lemah saat mengucapkan itu tapi cukup tegas dan cukup membuat dua wanita yang tadi berdebat dan sama-sama istrinya terpaksa terdiam seketika.Alex mengawasi keadaan Kazumi dari kaca mobil dan setelah itu melirik ke arah Moa yang saat itu hanya bisa diam meskipun masih ingin bicara.Sementara itu, mendengar Kazumi meminta ia dan Moa untuk berhenti bertengkar, Rachel mau tidak mau juga akhirnya diam walaupun ia masih kesal dengan apa yang diucapkan oleh Moa padanya."Apa kata Tuan Kazumi benar, kalian jangan bertengkar, situasi kita belum sepenuhnya aman, jadi tolong diam saja di tempat duduk kalian, untuk Tuan Kazaya, aku tahu apa yang akan aku lakukan, jadi tidak ada yang dikorbankan di sini di antara Tuan Kazumi dan Tuan Kazaya."Alex menambahkan, dan kali ini situasi di dalam mobil benar-benar sudah senyap seketika.Karena berhasil membuat Rachel dan Moa tidak lagi bertengkar, Alex fokus dengan kecepatan
"Ada apa? Apakah ucapanku salah?" tanya Alex pada Moa sambil terus menghindari tembakan yang dilakukan oleh helikopter di atas mereka.Moa membuang napas, antara ingin melancarkan aksi protes, tapi juga tidak. Namun, ketika suara tembakan kembali terdengar, ia sadar bukan saatnya untuk mempersoalkan hal itu. Sekarang, mereka sedang dalam bahaya, jadi ia tidak punya waktu untuk mempersoalkan apa yang tadi diucapkan oleh Alex meskipun ia sejujurnya kesal mendengarnya. Namun, Moa memilih untuk menahan diri dan kembali mengeluarkan separuh tubuhnya untuk mengarahkan tembakannya pada helikopter yang masih saja mengejar mereka."Lex! Apa kau punya persediaan peluru?" tanya Moa ditengah usahanya yang terus berusaha mengarahkan tembakannya pada sang helikopter. "Tidak punya lagi," sahut Alex masih terus fokus menyetir dan menghindari tembakan dari atas. "Kalau begitu, kita harus punya rencana lain agar bisa melarikan diri dari si sialan itu!"Alex memperhatikan situasi jalan dan sekitarnya