Karena penasaran dengan apa yang ia dengar, kakek Moa melontarkan pertanyaan itu pada Kazumi tapi Kazumi tidak bisa menanggapi pertanyaan itu dengan benar hanya terus menekap telinganya sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali seolah ia tertekan dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh kakek Moa padanya. Hal itu membuat Moa meminta kakeknya untuk berhenti bertanya, khawatir Kazumi yang sekarang ia panggil Jay itu semakin tertekan dan tidak bisa mengendalikan diri lantaran pertanyaan tersebut. Kakek Moa menarik tangan sang cucu agar mereka bisa lebih jauh sedikit dengan posisi di mana Kazumi berada. "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi sampai dia terdampar di sini, Moa. Kita tidak tahu apa yang terjadi tapi sebaiknya, dia kita serahkan pada pihak berwajib saja."Sang kakek bicara seperti itu ketika sudah berhasil membawa Moa menjauh dari posisi Kazumi. Moa mengawasi Kazumi yang masih tertunduk sambil memeluk kedua lututnya di sudut sana, dan gadis itu menarik napas panjang."Dia
"Saya memang asistennya, tapi yang dibutuhkan di sini adalah keberadaan Tuan Kazumi, jika para pemegang saham tahu Tuan Kazumi tidak ditemukan, sementara Tuan Kazama belum sembuh, mereka tidak akan percaya bahwa perusahaan baik-baik saja, Tuan.""Kagak, gue kagak mau, lu aja yang gantiin lu bilang aja Kazumi lagi menjalani perawatan dan lu yang untuk sementara menjadi gantinya, gue kagak mau ke perusahaan!"Setelah bicara demikian, Kazaya langsung meninggalkan Alex yang hanya bisa mengusap dada ketika menyadari ia tidak berhasil untuk membujuk Kazaya agar mau menyamar menjadi Kazumi. Asisten kepercayaan Kazumi itu merasa bingung sekarang karena jika Kazaya tidak mau menyamar, mau tidak mau seluruh projects yang sudah disepakati oleh Kazumi dengan pebisnis yang lain akan dibatalkan dan tentu saja perusahaan akan mengalami kerugian yang besar."Ada apa Alex, kau menyendiri di sini seperti bukan dirimu."Suara Rachel mengejutkan Alex ketika pria itu duduk menyendiri di taman belakang r
"Apa?""Ya. Jika Nona menahan saya untuk menemui Bertrand, apakah itu bukan berarti, Nona terlalu berlebihan melindungi seseorang yang pernah Nona sukai?""Tapi, aku bicara yang sebenarnya, Bertrand itu orangnya enggak mau melakukan sesuatu yang tidak benar dengan sembarangan, jadi aku berani bicara begitu karena -""Itu menurut Nona, sekarang kita harus ke sana, saya tidak peduli Nona keberatan atau tidak, saya tetap akan ke sana."Syena menyerah. Akhirnya ia membiarkan saja Alex membawanya untuk ke rumah Bertrand meskipun perasaannya jadi tidak enak dengan Bertrand karena Alex curiga padanya. Tetapi, apa yang bisa dilakukannya untuk mencegah keinginan Alex? Bisa-bisa, pria itu curiga dirinya bekerjasama dengan ayahnya untuk mencelakakan Kazumi.Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di depan gang sempit di mana rumah Bertrand berada. Keduanya segera turun dari mobil lalu menyusuri gang sempit itu untuk mencapai rumah Bertrand. Bertrand terlihat terkejut ketika melihat Alex da
"Lu mau bilang, Kazumi lebih berbakat ketimbang gue?" tanya Kazaya dengan perasaan yang tidak nyaman. "Setiap orang itu memiliki bakatnya masing-masing, jadi kau tidak boleh iri dengan apa yang dimiliki oleh orang lain.""Kazumi kagak suka dengan semua yang berbau lukisan! Dia juga sering bilang hobi gue itu sampah, ya, gue sempat denger nyokap itu bilang dia pinter melukis, tapi gue kagak pernah lihat lukisan dia.""Ibu kalian penggemar sebuah lukisan?""Iya.""Siapa di antara kalian yang benar-benar berniat untuk menjadi pelukis?""Tentu aja gue.""Kenapa? Bisa kau jelaskan alasannya?""Karena dengan melukis apa yang ada di otak gue tersalurkan.""Baiklah, antarkan lukisan terbaikmu ke galeri milikku, setelah itu jangan lupa dengan janjimu.""Tentang pertanyaan lu tadi, apakah bisa kagak gue jawab?""Apakah kau enggan menjawabnya?""Itu hal yang rahasia, gue kagak mau membeberkannya kalau gue belum pasti menjadi seseorang yang kerja sama dengan lu.""Bagaimana kalau ternyata rahasi
"Kamu menyukai suami orang?""Aku tidak tahu kalau dia suami orang, aku pikir dia masih lajang, belakangan baru tahu kalau dia ternyata sudah menikah.""Maka, lupakan perasaan kamu itu.""Apa?""Ya. Karena menyukai suami orang itu berdosa ketika kamu berniat untuk meneruskan itu semua, apalagi ingin memiliki."Moa terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Zill, raut wajahnya terlihat sangat suram, dan Zill sadar ucapannya mungkin sudah berlebihan. "Maaf, bukan bermaksud membuat kamu tersinggung, tapi, merusak pernikahan orang itu tidak baik. Apalagi membuat hancur hubungan orang yang saling mencintai. Masih banyak pria lajang yang mencintai dan bisa kau cintai, kamu tidak perlu merusak nama baikmu dengan menyukai suami orang.""Aku menyukai pria lajang juga ditolak, contohnya kamu, jadi pria seperti apa yang harus aku sukai? Apakah aku terlalu jelek hingga semua pria jadi benci padaku?""Tidak, kamu itu cantik, kamu juga baik dan kuat, masalah hati itu memang sulit untuk diprediksi,
"Ya! Kamu harus hati-hati, banyak orang sekarang yang berkedok, terlihat tanpa dosa tapi sebenarnya banyak cara untuk menikam.""Moa bukan wanita yang seperti itu, aku yakin itu, masalah tentang mafia itu bukan ranah kita, kita juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada keluarga mereka, kan?"Setelah bicara demikian, Zill naik ke atas motornya untuk segera pulang, tapi niatnya terhenti ketika Chika mencekal salah satu pergelangan tangannya.Sontak Zill melepaskan pegangan tangan itu hingga membuat Chika sedikit terjajar karena sentakan yang dilakukan oleh Zill."Kenapa kamu kasar banget sih? Aku itu belum selesai ngomong sama kamu, kenapa mau pergi aja?""Maaf, aku buru-buru, apakah ada hal lagi yang ingin kamu sampaikan?""Temani aku ke pesta nanti malam!""Aku tidak bisa, maaf.""Zill, aku itu enggak banyak punya teman di sini, temanku di luar negeri semua, kamu adalah orang yang aku kenal baik, lagian kamu juga cari makan di cafe ayahku, kan? Apa salahnya, kamu nemenin anak
Hal itu membuat Radit langsung mengarahkan pandangannya pada Kazaya yang terlihat tetap tenang meskipun pulpen yang dipegangnya patah karena tekanan jarinya yang sedemikian kuat lantaran ia kesal dengan ucapan Radit tadi. Hanya dengan jari, dia bisa mematahkan pulpen, apakah dia benar-benar Kazumi? Atau aku yang terlalu lambat tahu tentang keadaan dia yang sebenarnya?Radit kembali membatin, sampai akhirnya...."Saat mobilku jatuh ke air, aku masih bisa berusaha untuk memecahkan kaca mobil, aku juga tidak tahu dapat kekuatan darimana untuk melakukan hal itu, tapi, setiap manusia itu memiliki kekuatan tersembunyi ketika ia sedang dalam situasi terjepit, itu yang aku alami, kalian bisa melihat sendiri mobil yang sudah diangkat oleh tim kepolisian, kacanya pecah, dan aku keluar dari sana untuk menyelamatkan nyawaku, jika itu tidak aku lakukan, mungkin aku juga tidak akan secepat itu pulih."Kazaya menanggapi perkataan Radit dengan nada suara yang ditekan pertanda ia sekarang sedang mena
Moa memalingkan wajahnya ketika sembari bertanya demikian, Kazumi menatapnya dengan sorot mata menyelidik. Dia sadar enggak ya kalau misalnya aku bohong? Aku belum bisa mengatakan siapa dia yang sebenarnya, karena aku mau tahu dia ini pria yang baik atau memang sejahat itu seperti yang dikatakan oleh ayahku....Moa bicara seperti itu di dalam hati, sambil memikirkan kalimat yang akan ia katakan untuk menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh Kazumi. "Aku, tidak menemukan dompetmu."Akhirnya, Moa menjawab pertanyaan Kazumi dengan susah payah karena ia harus berbohong dan Kazumi hanya manggut-manggut pertanda paham dengan apa yang dikatakan oleh Moa. "Apa terjatuh saat aku tercebur di air ya?" gumam Kazumi seolah pada dirinya sendiri. "Kamu ingat kejadian saat kamu kecelakaan? Maksud aku, kamu kan jatuh ke air, kamu ingat kenapa kamu jatuh ke air?"Moa kembali mengorek informasi, agar ia tahu sejauh mana ingatan Kazumi."Aku cuma ingat banyak guncangan yang aku rasakan, mobilku jatuh
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
"Maaf, tapi itulah yang aku rasakan."Moa menarik napas panjang. Ingin membantah, tapi ia tidak bisa. Karena apa yang dipikirkan oleh Zill sebenarnya juga tengah ia pikirkan, hanya saja, Moa tidak mau mengiyakan karena ia merasa itu hanya pikirannya saja."Jadi, apakah kau punya saran?" tanyanya pada Zill."Kau yakin akan bertahan dengan pernikahan yang seperti itu?""Apa maksudmu?""Maksudku, kau yakin, akan bertahan hidup dengan Kazumi sementara pernikahan kamu dan dia bisa dikatakan tidak sah?""Tidak sah bagaimana? Aku dan Kazumi benar-benar dinikahkan oleh penghulu, bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa pernikahan kami tidak sah?""Dia hilang ingatan, apakah layak kau menikah dengan seseorang yang sedang amnesia?"Telapak tangan Moa mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Zill. "Kita pernah membahas masalah ini, tapi kamu tetap tidak peduli, sekarang aku kembali membahasnya agar aku yakin, kamu memang benar-benar tidak peduli.""Sudahlah. Itu masalahku, kau tidak perlu ikut
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!" tahan Kazumi dengan suara yang meninggi hingga pergerakan Rachel ke arah pintu terhenti seketika."Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, itulah yang akan aku lakukan!""Tidak bisakah kamu diam saja di sana? Aku berusaha untuk tidak membuat Yurata marah, kenapa kau justru bersikap seperti ini?""Karena aku tidak suka kamu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan!""Memangnya kau tahu aku tidak mau melakukan itu? Aku hanya sedikit canggung karena lama tidak melukis. Bukan tidak mau melukis!""Benarkah? Berarti, kau mengakui bahwa kau memang pandai melukis?""Melukis itu semua orang bisa, Rachel, kalau dia mau.""Tidak. Buktinya aku tidak bisa melukis."Kazumi ingin menanggapi apa yang dikatakan oleh Rachel, tapi tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar dan beberapa pria masuk ke dalam hingga membuat Rachel dan Kazumi mengira mereka adalah orang-orang Yurata. Namun, ketika mereka tanpa bicara mencekal pergelangan tang
Pertanyaan Rachel dibarengi dengan tatapan mata Rachel pada mata Kazumi yang saat itu mau tidak mau juga menatap istrinya. Kazumi ingin mengatakan tidak, tapi sentuhan jemari tangan Rachel pada rahangnya membuat ia sulit untuk bicara. Sementara itu, jantungnya berdebar kencang, seiring napas Rachel yang menyapa wajahnya disertai sentuhan jemari tangan perempuan itu pada rahangnya. "Aku...."Ucapan Kazumi terhenti ketika tiba-tiba saja, Rachel mencium bibirnya. Satu tangan perempuan itu menarik tengkuk Kazumi agar posisi bibir mereka tetap bertahan seperti itu tanpa terlepaskan. Kazumi merasa sekujur tubuhnya mendadak kaku. Sementara itu, Rachel yang sudah mendaratkan ciumannya pada bibir Kazumi perlahan bergerak mencium lebih dalam lagi. Rachel tidak tahu, sejak kapan ia seperti itu, mampu mengabaikan perasaan malunya untuk menyentuh laki-laki terlebih dahulu, tapi yang jelas yang ada di otaknya hanya satu, ia melakukan itu karena Kazumi ingin mengakhiri pernikahan mereka. Meskip
"Lu, mau ikut? Apa yang bisa lu lakukan kalau lu ikut?" kata Kazaya dengan nada suara yang datar, dan Syena tahu ia sedang diremehkan oleh Kazaya. Namun, ia tetap tidak mau peduli dengan sikap Kazaya yang seperti itu padanya."Mungkin aku tidak bisa banyak membantu, tapi, aku akan-""Lupakan! Bawa cewek bikin gue susah bergerak, lu di rumah aja, jaga situasi di rumah tetap stabil, karena bukan kagak mungkin, relasi bisnis bokap gue akan bereaksi."Setelah bicara seperti itu pada Syena, Kazaya beranjak tanpa peduli Alex dan Syena yang sebenarnya masih tak setuju dengan apa yang dikatakannya tadi.Pria itu tidak bisa ditahan oleh Syena maupun Alex dan beberapa saat kemudian, ia sudah pergi meninggalkan rumah dengan motornya.Sepeninggal Kazaya, Alex segera menegaskan pada Syena untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Kazaya tadi padanya. Sementara ia sendiri juga mulai melakukan pelacakan, siapa orang-orang yang membawa Kazumi, apakah benar Kazumi dan Rachel sedang dibawa oleh orang-ora
Melihat perubahan yang terjadi pada wajah Kazumi, Rachel buru-buru mendekati sang suami dan ingin tahu kertas apa yang diberikan oleh Yurata pada Kazumi.Tetapi, saat Rachel ingin melihat, Kazumi segera menyembunyikan kertas itu agar Rachel tidak bisa melihatnya. "Apa yang diperintahkan orang itu padamu?" tanya Rachel sambil menatap lurus ke arah suaminya tersebut."Kau tidak perlu tahu.""Kamu sekarang benar-benar sudah menjadi budak dia?""Aku tidak punya pilihan lain, Rachel!""Punya! Aku sudah bilang, aku tidak masalah dijual pada pria bernama Ernesto itu, asalkan mereka tidak menekan kamu!""Untuk apa kamu mengorbankan diri seperti itu?""Ke satu, karena aku tidak mau berutang budi padamu, yang kedua karena aku mencintaimu dengan tulus.""Tidak perlu repot-repot."Kazumi bangkit dan melangkah ke arah pintu di mana anak buah Yurata membuka kembali pintu tersebut untuk memberikan peralatan melukis.Ia menerima peralatan itu dan melangkah ke arah sudut kamar untuk mulai melakukan p