"Itulah yang ingin aku tahu, Kek. Izinkan aku untuk mencari tahu dulu tentang dia, ya?"Moa masih memohon pada sang kakek, hingga akhirnya pria paruh baya itu terpaksa mengizinkan sang cucu angkat untuk tetap menampung Kazumi seperti yang diinginkan oleh Moa. Mendapatkan izin dari sang kakek, Moa bergegas ke belakang dan meminta Kazumi untuk segera masuk. "Ada apa?" tanya Kazumi dengan wajah terlihat tegang ketika Moa memintanya untuk mengikuti langkahnya sesegera mungkin. "Ada kapal dari kejauhan merapat ke bibir pantai, kamu sedang hilang ingatan, aku tidak bisa menyerahkan kamu pada sembarang orang, jadi untuk sementara selagi ingatan kamu belum pulih, kamu bersembunyi dulu, ya?"Moa berusaha untuk menerangkan sesederhana mungkin agar Kazumi paham dengan apa yang dikatakannya."Ah, begitu, baiklah. Terima kasih kamu memiliki pikiran seperti itu."Kazumi hanya patuh dengan apa yang diucapkan oleh Moa. Dibantu Moa yang memapahnya, Kazumi masuk ke dalam dan segera bersembunyi di da
"Aku tidak tahu, tiba-tiba saja, ada bayangan seorang wanita di benakku, tapi aku tidak tahu siapa dia."Wanita itu pasti istri Kazumi, tapi dia tidak ingat, sedangkan istrinya pasti sedang menanti Kazumi kembali....Hati Moa bicara demikian sambil terus menatap ke arah Kazumi yang benar-benar terlihat menahan rasa sakit sambil terus memijit pelipisnya. "Sudahlah, tidak perlu memaksakan diri, tidurlah lagi, mungkin nanti setelah pulih kamu akan ingat semuanya, aku akan membuat makan malam untuk kita."Moa akhirnya meninggalkan Kazumi agar pria itu kembali istirahat setelah bicara seperti itu pada Kazumi. Perasaannya tidak menentu. Rasanya, ia tidak ingin melihat Kazumi ingat semuanya, tapi apakah ia akan tega melakukan hal itu karena artinya sama saja mencegah Kazumi kembali pada keluarga dan para istrinya?***"Rachel, apa yang kamu lakukan?" tanya Syena ketika suatu malam ia terjaga dan melihat Rachel memakai gaun pengantin menaiki anak tangga menuju lantai atas. Syena buru-buru m
Syena ingin menjawab pertanyaan Kazaya, tapi niatnya tertahan ketika tiba-tiba saja, Alex berdiri di ambang pintu kamar Kazumi hingga ia buru-buru bangkit, khawatir asisten pribadi Kazumi itu mengira ia kurang ajar ikut masuk ke kamar milik Kazumi saat yang punya kamar tidak ada di tempat."Saya pikir siapa yang ada di kamar Tuan Kazumi, ternyata kalian, apa ada yang kalian cari? Saya bisa membantu jika memang butuh bantuan."Alex memandang Syena dan juga Kazaya bergantian sambil menahan Syena yang ingin pergi dari kamar itu dengan cara berdiri di depan pintu kamar tersebut."Gue cuma mau melihat kamarnya doang, kagak ada yang dicari."Kazaya menjawab pertanyaan Alex sambil ikut bangkit dari tempat duduknya seperti halnya Syena. "Besok ada pertemuan dengan salah satu klien di jam makan malam, mereka meminta Tuan datang dengan istri Tuan, tadi saya menemui Nona Rachel, keadaannya tidak memungkinkan untuk ikut ke perjamuan, mungkin Tuan Kazaya harus didampingi oleh Nona Syena."Mendeng
"Kenapa Nona tidak bisa menjawab pertanyaan saya? Apakah, Nona tidak berani untuk menjawabnya?" Suara Alex terdengar, membuat rasa gugup Syena semakin menjadi-jadi."Aku, aku tidak menyukai siapapun, karena mereka tidak bisa disukai oleh wanita dari kalangan biasa seperti aku."Syena akhirnya mampu melontarkan kalimat seperti itu pada Alex meskipun ia tidak jujur saat menjawabnya tapi setidaknya perasaan tidak pantas itu memang kerap hadir ketika Syena merasa ia semakin yakin bahwa ia menyukai Kazaya. Perasaan tidak pantas itu mampu membuat Syena berpikir jernih hingga ia tidak mau larut dalam perasaan tersebut karena ia sangat tahu itu tidak akan pernah terjadi dalam kehidupannya."Baguslah. Jika Nona tidak menyukai Tuan Kazumi, Nona juga harus tidak menyukai Tuan Kazaya, karena jika Nona ternyata menyukai Tuan Kazaya, Nona sama saja memancing permusuhan di dalam hubungan persaudaraan mereka.""Aku paham, Alex. Aku tidak akan bermain main dengan perasaan pada mereka karena aku cuk
Kazaya berusaha untuk membuat Lee melepaskan cengkraman tangannya di lehernya agar kedua kakinya menapak lantai lift kembali, tapi kekuatan Lee seolah-olah membuat ia tidak bisa melakukan apapun."Lepasin gue! Lu mau ada wartawan yang melihat apa yang lu lakuin sama gue!" bentak Kazaya dengan napas tersendat. BRUKK!!Tubuh Kazaya meluncur ke lantai ketika Lee spontan melepaskan cengkraman tangannya di leher dan dada Kazaya hingga Kazaya mengernyit menahan sakit karena hal itu. Tetapi, sebelum ada yang masuk ke dalam lift yang sekarang mereka tumpangi, ia buru-buru bangkit berdiri. Setengah mati, Kazaya menahan diri untuk tidak marah, meskipun sebenarnya kemarahannya sekarang seolah sudah sampai di ubun-ubun."Brengsek, lu!" makinya, tapi Lee hanya melirik tanpa menanggapi apa yang dikatakan Kazaya pada pemuda cantik tersebut. "Bang Andreas pengen ketemu lu, kalo lu menolak itu urusan lu, tapi lu harus datang sendiri untuk mengatakannya itu lebih beretika."Kazaya akhirnya mengatak
"Kenapa kamu ingin tahu soal itu?" "Tidak, aku hanya penasaran saja, apakah aku tidak boleh tahu?"Vivian tersenyum mendengar pertanyaan Zill sampai kemudian perempuan berambut panjang itu mengiyakan tebakan Zill tentang kepeduliannya pada Kazaya. "Baiklah, aku akan mempertemukan kamu dengan asisten pribadi Kazumi, mungkin kamu bisa bicara banyak tentang apa yang ada di otak kamu sekarang, dan, bisa mengorek informasi lebih terpercaya dengan dia, kan?""Terima kasih, Zill. Aku tunggu kabar darimu."Zill hanya mengangguk sebelum akhirnya pamit untuk pulang. Sebagai seseorang yang pernah aktif di perguruan milik Vivian dan ayahnya, Zill tetap merasa terpanggil jika Vivian dan ayahnya butuh bantuan. Walaupun ia tidak lagi menjadi anggota aktif, tapi Zill tetap bersedia jika diminta untuk membetulkan sesuatu yang rusak di perguruan itu untuk keperluan para murid yang berlatih."Zill!"Panggilan Vivian membuat langkah Zill terhenti seketika. Pria itu membalikkan tubuhnya, ingin tahu apa
"Aku tidak tahu soal itu karena aku tidak begitu memperhatikan, tapi aku yakin dia tidak ada kaitannya dengan komunitas seperti itu.""Zill, sekarang ini sangat banyak organisasi yang terlihat mata seperti organisasi yang sibuk dengan bisnis yang tidak berbahaya, padahal sebenarnya, mereka itu jaringan berbahaya, kamu tahu itukan?""Kamu khawatir kalau aku mempermalukan perguruan ini? Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan perguruan ini tercoreng nama baiknya jadi kamu tidak usah khawatir dengan hal-hal seperti itu." Setelah meyakinkan Vivian bahwa tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, Zill akhirnya pamit. Vivian hanya memandang punggung Zill sembari geleng-geleng kepala karena masih tidak percaya dengan perempuan bernama Mitha itu tidak ada kaitannya dengan komunitas yang ia maksud meskipun Zill sudah berusaha keras untuk meyakinkan diri tetap saja Vivian masih ragu dengan hal itu. ***Syena masuk ke mobil di mana Kazaya sudah menunggu. Mereka akan ke lokasi di mana mereka ha
Mendengar apa yang diucapkan oleh Radit, semua yang ada di situ terkejut, tapi Kazaya tidak. Seolah ia sudah terbiasa dengan sikap Radit yang memang selalu berusaha untuk mencari masalah dengannya."Apakah sopan kamu bicara seperti itu pada istriku?" tanya Kazaya pada Radit, membuat Radit tersenyum masam."Tuan Kazumi, aku minta maaf, kamu tidak melihat wajah istrimu seperti orang yang sedang terangsang? Hal seperti itu Anda tidak tahu? Pantas saja istri pertama Anda tidak hamil juga, Anda tidak tahu letak sensitif tubuh wanita."Kazaya tertawa mendengar apa yang diucapkan oleh Radit padanya sementara Syena benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa khawatir ia justru hilang kendali lalu merusak segalanya."Apakah Anda ini sedang buta? Dia seperti itu karena bibirku menyentuh telinganya, artinya aku tahu letak sensitif tubuhnya, duduklah, jika Anda memang ingin ikut bergabung, bersikaplah sedikit sopan, Anda bersikap seperti itu benar-benar tidak sopan Tuan Radit."Kenapa dia t
"Ya, Kazumi memutuskan untuk tidak mau melukis lagi, karena itu ada hubungannya dengan kematian ibunya, untuk lebih detailnya aku tidak terlalu tahu, tapi yang aku tahu, itulah alasannya.""Jadi, apakah kemungkinan karena itu, Kazumi selalu mengatakan dia bukan pembunuh? Kematian ibunya ada hubungannya dengan dia dan lukisannya, apakah benar begitu?""Mungkin....""Apakah menurut Bang Andreas, Kazumi memang membunuh ibunya?""Kurasa tidak, tapi untuk kecelakaan yang disebabkan olehnya bisa saja seperti itu.""Jadi, Kazumi menyimpan perasaan bersalah, hingga ia tidak mau melukis lagi?""Sepertinya begitu.""Terima kasih, Bang Andreas mau mengatakan hal ini padaku.""Lalu, apa yang kamu maksud dengan hal yang rahasia itu?"Syena menarik napas panjang mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Andreas."Pernikahan antara aku dan Kazumi itu hanya pernikahan kontrak, Bang. Aku menikah dengan Kazumi untuk menepis kabar buruk bahwa Kazumi datang ke tempat hiburan malam karena ingin memburu Rac
"Darimana Bang Andreas membuat kesimpulan kalau aku menyukai Kazaya?" tanya Syena setelah beberapa saat ia terdiam."Sejak aku melihat kalian kerap tampil bersama, aku sudah tahu ada yang aneh dari sikapmu padanya.""Bagaimana kau tahu bahwa itu Kazaya?" tanya Syena sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Andreas."Aku sangat tahu Kazumi, jadi aku bisa membedakan antara Kazumi dengan Kazaya.""Jadi, saat aku dan Kazaya tampil bersama untuk kepentingan kantor, Bang Andreas sudah tahu bahwa itu bukan Kazumi?""Ya!""Kenapa Bang Andreas tidak membocorkan kebohongan kami?""Kau pikir aku sepicik itu? Aku tidak membocorkan karena kebohongan kalian pasti ada alasannya, saat itu Kazumi belum ditemukan, untuk membuat rekan bisnis Kazumi tenang, kalian meminta Kazaya untuk menyamar jadi Kazumi, bukan?"Andreas memang bukan orang yang sederhana, dia tahu sejak awal bahwa Kazaya menyamar menjadi Kazumi, artinya dia memang benar-benar paham perbedaan Kazumi dengan Kazaya, berarti, dia mem
Syena menarik napas mendengar beberapa pertanyaan yang diucapkan oleh Andreas. Hingga akhirnya...."Ya. Aku pernah menanyakan masalah ini pada Alex, tapi, Alex tidak mau menjawab. Aku tidak tahu pasti mengapa ia tidak mau menjawab pertanyaanku mengenai hal itu, yang jelas, aku sudah pernah melakukannya."Andreas menatap wajah Syena untuk sesaat setelah perempuan itu menuntaskan ucapannya."Kazumi dulu senang melukis, lukisannya sangat bagus dan bernilai seni tinggi, almarhum ibunya memang sangat menyukai lukisan, karena itulah Kazumi berusaha untuk membuat ibunya senang dengan terus melukis apapun yang diinginkan oleh ibunya."Perlahan, Andreas mulai bercerita, Syena memasang telinga dengan baik, tidak mau terlewat sedikitpun untuk mendengarkan hal yang diceritakan oleh Andreas."Apakah selain melukis, Kazumi juga berniat untuk menjadi penerus ayahnya?""Sebenarnya tidak.""Abang tau darimana?""Aku pernah mendengar Kazumi bergumam pada dirinya sendiri waktu itu, bahwa sebenarnya ia
"Banyak keuntungan yang akan kau dapatkan, jika kau bergabung dengan kami, Kazumi, terutama untuk perusahaanmu, akan berkembang pesat sampai ke luar negeri jika kau mau patuh dengan apa yang dikatakan oleh bos kami.""Jadi, bebaskan Rachel dan keluargaku, jangan sentuh mereka, apakah kau bisa memastikan hal itu?""Asalkan kau mau menuruti apa kata bos kami, apapun yang kau inginkan, bisa dipertimbangkan.""Jadi, tunggu apalagi? Aku setuju untuk bergabung dengan kalian, tapi bebaskan Rachel, kembalikan dia ke rumah, setelah kalian mengembalikan dia ke rumah, aku baru bisa menyetujui keinginan kalian."Michael membalikkan tubuhnya dan menatap Kazumi dengan tatapan mata serius. "Kau tidak main-main dengan hal ini, bukan?""Bukankah syarat dari kalian hanya dengan cara aku bergabung dengan kalian? Jika aku bergabung, biarkan keluargaku bebas, jangan sentuh mereka!""Baiklah. Aku akan berkomunikasi dengan Tuan Ernesto dulu, kau bisa memastikan bahwa istrimu kembali ke rumah telpon saja di
"Maaf, tapi itulah yang aku rasakan."Moa menarik napas panjang. Ingin membantah, tapi ia tidak bisa. Karena apa yang dipikirkan oleh Zill sebenarnya juga tengah ia pikirkan, hanya saja, Moa tidak mau mengiyakan karena ia merasa itu hanya pikirannya saja."Jadi, apakah kau punya saran?" tanyanya pada Zill."Kau yakin akan bertahan dengan pernikahan yang seperti itu?""Apa maksudmu?""Maksudku, kau yakin, akan bertahan hidup dengan Kazumi sementara pernikahan kamu dan dia bisa dikatakan tidak sah?""Tidak sah bagaimana? Aku dan Kazumi benar-benar dinikahkan oleh penghulu, bagaimana mungkin kau mengatakan bahwa pernikahan kami tidak sah?""Dia hilang ingatan, apakah layak kau menikah dengan seseorang yang sedang amnesia?"Telapak tangan Moa mengepal mendengar apa yang dikatakan oleh Zill. "Kita pernah membahas masalah ini, tapi kamu tetap tidak peduli, sekarang aku kembali membahasnya agar aku yakin, kamu memang benar-benar tidak peduli.""Sudahlah. Itu masalahku, kau tidak perlu ikut
"Tunggu! Apa yang akan kau lakukan?!" tahan Kazumi dengan suara yang meninggi hingga pergerakan Rachel ke arah pintu terhenti seketika."Aku sudah mengatakannya dengan jelas padamu, itulah yang akan aku lakukan!""Tidak bisakah kamu diam saja di sana? Aku berusaha untuk tidak membuat Yurata marah, kenapa kau justru bersikap seperti ini?""Karena aku tidak suka kamu memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan!""Memangnya kau tahu aku tidak mau melakukan itu? Aku hanya sedikit canggung karena lama tidak melukis. Bukan tidak mau melukis!""Benarkah? Berarti, kau mengakui bahwa kau memang pandai melukis?""Melukis itu semua orang bisa, Rachel, kalau dia mau.""Tidak. Buktinya aku tidak bisa melukis."Kazumi ingin menanggapi apa yang dikatakan oleh Rachel, tapi tiba-tiba saja pintu dibuka dari luar dan beberapa pria masuk ke dalam hingga membuat Rachel dan Kazumi mengira mereka adalah orang-orang Yurata. Namun, ketika mereka tanpa bicara mencekal pergelangan tang
Pertanyaan Rachel dibarengi dengan tatapan mata Rachel pada mata Kazumi yang saat itu mau tidak mau juga menatap istrinya. Kazumi ingin mengatakan tidak, tapi sentuhan jemari tangan Rachel pada rahangnya membuat ia sulit untuk bicara. Sementara itu, jantungnya berdebar kencang, seiring napas Rachel yang menyapa wajahnya disertai sentuhan jemari tangan perempuan itu pada rahangnya. "Aku...."Ucapan Kazumi terhenti ketika tiba-tiba saja, Rachel mencium bibirnya. Satu tangan perempuan itu menarik tengkuk Kazumi agar posisi bibir mereka tetap bertahan seperti itu tanpa terlepaskan. Kazumi merasa sekujur tubuhnya mendadak kaku. Sementara itu, Rachel yang sudah mendaratkan ciumannya pada bibir Kazumi perlahan bergerak mencium lebih dalam lagi. Rachel tidak tahu, sejak kapan ia seperti itu, mampu mengabaikan perasaan malunya untuk menyentuh laki-laki terlebih dahulu, tapi yang jelas yang ada di otaknya hanya satu, ia melakukan itu karena Kazumi ingin mengakhiri pernikahan mereka. Meskip
"Lu, mau ikut? Apa yang bisa lu lakukan kalau lu ikut?" kata Kazaya dengan nada suara yang datar, dan Syena tahu ia sedang diremehkan oleh Kazaya. Namun, ia tetap tidak mau peduli dengan sikap Kazaya yang seperti itu padanya."Mungkin aku tidak bisa banyak membantu, tapi, aku akan-""Lupakan! Bawa cewek bikin gue susah bergerak, lu di rumah aja, jaga situasi di rumah tetap stabil, karena bukan kagak mungkin, relasi bisnis bokap gue akan bereaksi."Setelah bicara seperti itu pada Syena, Kazaya beranjak tanpa peduli Alex dan Syena yang sebenarnya masih tak setuju dengan apa yang dikatakannya tadi.Pria itu tidak bisa ditahan oleh Syena maupun Alex dan beberapa saat kemudian, ia sudah pergi meninggalkan rumah dengan motornya.Sepeninggal Kazaya, Alex segera menegaskan pada Syena untuk melakukan hal yang dikatakan oleh Kazaya tadi padanya. Sementara ia sendiri juga mulai melakukan pelacakan, siapa orang-orang yang membawa Kazumi, apakah benar Kazumi dan Rachel sedang dibawa oleh orang-ora
Melihat perubahan yang terjadi pada wajah Kazumi, Rachel buru-buru mendekati sang suami dan ingin tahu kertas apa yang diberikan oleh Yurata pada Kazumi.Tetapi, saat Rachel ingin melihat, Kazumi segera menyembunyikan kertas itu agar Rachel tidak bisa melihatnya. "Apa yang diperintahkan orang itu padamu?" tanya Rachel sambil menatap lurus ke arah suaminya tersebut."Kau tidak perlu tahu.""Kamu sekarang benar-benar sudah menjadi budak dia?""Aku tidak punya pilihan lain, Rachel!""Punya! Aku sudah bilang, aku tidak masalah dijual pada pria bernama Ernesto itu, asalkan mereka tidak menekan kamu!""Untuk apa kamu mengorbankan diri seperti itu?""Ke satu, karena aku tidak mau berutang budi padamu, yang kedua karena aku mencintaimu dengan tulus.""Tidak perlu repot-repot."Kazumi bangkit dan melangkah ke arah pintu di mana anak buah Yurata membuka kembali pintu tersebut untuk memberikan peralatan melukis.Ia menerima peralatan itu dan melangkah ke arah sudut kamar untuk mulai melakukan p