Meyra masih menegaskan tatapannya pada sosok yang masih bergelar suami baginya itu. Sosok yang kini sedang mengunggah kemarahan dengan sangat nyata."Mau tidak mau kamu harus menerima keadaan kita yang seperti ini."Meyra menggeleng sarkas menampakkan kekecewaannya dengan sangat nyata."Tapi keadaan ini sudah sangat menyiksaku Mas. Bahkan saat aku melihatmu menghabiskan waktu bersama Sekar dan anak-anak kalian, aku merasa sangat tersisih. Kalian sudah tampak begitu bahagia dan aku yakin saat bersama mereka aku pasti tak ada dalam pikiran kamu Mas. Kamu jelas terlihat bahagia dengan kehamilan Sekar yang sekarang."Meyra mulai tak bisa menahan kesedihannya membayangkan keharmonisan sang suami dengan sang istri kedua.Beberapa tetes bening mulai jatuh, meski kemudian Meyra susut dengan cepat."Jadi sekarang aku mohon biarkan aku mencari kebahagiaanku sendiri." Tatapan tampak begitu luruh. Dengan sangat gamblang Meyra memampang jiwanya yang lelah.Nehan menggeleng tegas, menampik dengan l
"Tamu siapa ya Bun?" tanya Meyra mengulangi lagi pertanyaannya.Meyra menyergap pada sosok yang masih membelakanginya.Sementara Rida mengunggah gurat di gundah di wajahnya yang kian menyeret Meyra dalam rasa penasaran.Meyra kemudian mendekat perlahan walau agak digayuti ragu saat mendapati tatapan sang bunda yang resah.Ketika akhirnya ia bisa melihat dengan jelas sosok yang bertamu di rumah mereka sore ini, sontak Meyra tak dapat menahan rasa kagetnya. Ada rasa marah yang kemudian turut menyeruak, hingga mengubah wajah datarnya menjadi tegas penuh emosi."Untuk apa kamu datang?" sergah Meyra pada sosok yang kini tampil dengan hijab lebarnya.Sosok itu perlahan bangkit, mulai mengurai pelukannya pada Nana yang sejak tadi duduk dekat dan bercengkerama akrab.Meyra menggeleng, mengingkari keberadaan sosok itu, yang kini bahkan mulai berjalan menghampiri."Mey, ibu kangen sekali sama kamu Nak," gumam wanita itu dengan tatapan puas.Benar, memang wanita itu adalah sosok yang sudah meng
"Jangan jadikan bencimu pada masa lalu menutupi nurani. Ibumu datang membawa niat baik. Dia ingin meminta maaf. Tidakkah kamu lihat kalau sekarang dia sudah berubah?" Rida berusaha memberi pengertian pada Meyra.Meyra yang sudah merasakan hidupnya hancur, masih enggan untuk membuka hati. Benci di hatinya yang telah berubah menjadi dendam membuat Meyra menutup sanubari, mengabaikan perubahan dari sosok sang ibu, yang kini terlihat lebih religius."Tak pernah ada maaf untuk dia Bun, bahkan sekarang pernikahanku tak berjalan semestinya semua karena trauma masa lalu itu. Saat melihat dia datang lagi, bayangan buruk itu kembali datang. Selama bertahun-tahun Bunda mendampingiku untuk melawan trauma ini. Tapi barangkali aku harus mengulangi segalanya dari awal lagi karena kemunculannya yang tak pernah aku inginkan."Dahlia memandang sedih pada wajah pias putri sulungnya. Air mata penyesalan terus jatuh tanpa henti. Sangat sulit baginya untuk menyatukan kembali kepingan hati yang telah remuk.
"Katakan apa yang kamu inginkan?" tanya Meyra penasaran.Kenrich malah menyunggingkan senyuman saat melihat raut ingin tahu di wajah Meyra yang tampak menggemaskan di matanya. Ingin rasanya Kenrich menyentuh wajah cantik itu dan menciuminya.Tapi lelaki itu harus selalu mengendalikan hasratnya karena Meyra adalah wanita berbeda yang tak boleh sembarangan untuk ia sentuh."Beberapa hari yang lalu kamu tiba-tiba membatalkan rencana kita untuk makan malam berdua. Sekarang kalau aku mengajakmu untuk datang ke sebuah event apa kamu bisa mengabulkannya?" Kenrich tampak meminta dengan sungguh-sungguh.Meyra tercenung sesaat, sembari ia mengingat pertengkarannya yang terakhir dengan Nehan, dimana pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu mengungkapkan amarahnya dengan sangat lugas kala mendapati Meyra menjalin kedekatan dengan Kenrich yang bahkan masih saudara sepupu Nehan itu."Kenapa kamu diam? Apa kamu takut Nehan akan memarahi kamu seperti yang sudah aku dengar saat aku mencoba mengh
Meyra sontak menoleh pada asal suara. Wanita cantik itu segera berubah menjadi canggung saat mendapati sosok Kenrich sudah berada di belakangnya.Tapi perhatian Kenrich kemudian malah terarah pada sosok Dahlia yang tampak memberikan seulas senyum padanya.Kenrich membalasnya dengan lebih ramah."Ibu Dahlia," gumam Kenrich sembari mengembangkan senyumnya. Tentu saja Kenrich menyuguhkan keramahnnya karena Dahlia adalah salah satu rekan bisnisnya yang sangat potensial, mereka sama-sama menggeluti bidang bisnis perhiasan batu mulia.Dahlia memberikan sambutan yang kalah ramah."Tuan Mcdewey, jadi Anda datang bersama putri saya?" sambung Dahlia kemudian sembari memberikan lirikan penuh arti pada Meyra yang sedang mengunggah wajah jengahnya.Ucapan Dahlia sontak membuat Kenrich kaget, yang membuatnya mengarahkan tatapan penuh rasa ingin tahu pada Meyra, yang bahkan memalingkan wajahnya ke arah lain."Apa Ibu Dahlia ini Ibu kamu Mey?" tanya Kenrich ingin memastikan.Tapi Meyra bergeming engg
"Katakan Sekar apa sekarang kamu sudah menjadi istri kedua dari suaminya putriku, Meyra?" Dahlia kembali mencecar.Sekar tercekat diam gurat di wajahnya menampakkan kegelisahan.Dahlia sendiri semakin terseret dengan rasa bersalahnya. Kesalahannya benar-benar begitu besar pada putri sulungnya. Bahkan kebahagian Meyra terenggut karena pernikahannya telah berjalan tak sebagaimana mestinya."Atau kamu memang sengaja ingin merebut suami anakku?!" sergah Dahlia yang sudah tak bisa menahan gejolak emosinya."Aku pikir kamu adalah sahabat Meyra, bukankah waktu itu kamu pernah menolong Meyra tapi kenapa sekarang kamu malah mengkhianati sahabat kamu sendiri?" Dahlia meluapkan semua kegelisahannya dengan nada protes.Tapi nyatanya Sekar bergeming malah menentang tatapan Dahlia dengan sorot tegas, menampik dengan lugas kata-kata ibu dari Meyra yang terkesan menyudutkan dirinya."Jadi Ibu pikir aku sudah merebut suami Meyra? Bagaimana kalau aku katakan jika justru Meyralah yang sudah merebut Mas
Dengan tatapan nyalang Nehan memandang Dahlia penuh aura kebencian. Lelaki itu malah menyalahkan wanita yang sudah melahirkan istri pertamanya, atas kepelikan pernikahannya bersama Meyra saat ini. Nehan menganggap Dahlia terlalu pantas disalahkan atas apa yang telah terjadi sekarang. "Kamu lihat apa akibatnya dari perbuatan kamu pada Meyra. Bahkan dia dipaksa untuk menerima keadaan bahwa suaminya harus menikahi wanita lain yang bisa memberikan anak. Kamu sendiri yang sudah menghancurkan hidup Meyra. Jadi kurasa sangat pantas kalau Meyra tak memaafkan kamu." Nehan mulai mengeluarkan isi hatinya. Dahlia kian terpuruk, tenggelam dalam rasa sesal yang tak berkesudahan. "Jadi kamu sangat tak layak kalau menyebutku sebagai perebut suami sahabatku sendiri. Karena nyatanya keadaan telah memaksa Mas Nehan untuk menikah denganku," ucap Sekar mulai menyahut dengan sinis. Nehan sedikit tersentak ketika mendengar kata-kata Sekar yang masih saja ketus. Tapi Nehan tetap tak kuasa untuk melerai
“Kamu tahu Mey, aku sanggup melakukan apapun untuk bisa membuatmu bahagia. Kalau saja kamu bisa membuka hatimu untukku, aku berjanji akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu.”Untuk ke sekian kalinya, Kenrich mengungkapkan perasaannya.Meyra hanya memandang luruh pada pria yang sudah sejak lama memberikan perhatian istimewa untuknya.Wanita cantik itu kemudian menarik nafas panjang.“Jangan kamu sia-siakan hidup kamu untuk wanita seperti aku. Kamu berhak untuk mendapatkan yang terbaik.”Meyra semakin lekat memandang Kenrich yang masih saja menelisiknya.“Bagiku kamu yang terbaik untukku.” Kenrich kian lugas mengungkapkan perasaannya.Meyra segera menggeleng sedih.“Tidak, ini tetap tidak benar bagaimanapun aku adalah wanita bersuami, semua ini tetap tidak dibenarkan.”“Kenapa mesti mempedulikan salah dan benar? Bukankah sejak lama Nehan bahkan sudah mengabaikan hal itu?”Meyra segera mendesah sedih kembali menggeleng pelan.“Nyatanya pernikahan Mas Nehan tetap dibenarka
Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew
“Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau
“Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s
Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika
Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda
“Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.
“Ayah Hilman!” seru Kenrich spontan sembari segera mempersilakan pria paruh baya itu segera masuk ke dalam apartemennya.Kenrich sempat terlupa jika ia memiliki janji dengan Hilman, ayah tiri Meyra yang memang sudah ia ijinkan untuk membantunya saat ia usai menjalani proses khitan.Bahkan seharusnya pria itu juga ikut mendampinginya saat masih di klinik tadi.“Maaf tadi mendadak aku ada urusan yang tak bisa ditunda jadi aku tak bisa memenuhi janjiku untuk menemani kamu di klinik.”Hilman kemudian mulai memindai seluruh detail diri Kenrich dengan lebih lekat.“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Hilman mengunggah rasa khawatirnya.“Aku baik-baik saja.”Kenrich menjawab dengan sedikit canggung, karena ia ragu dengan respon yang akan ditunjukkan Hilman saat lelaki itu tahu jika saat ini ia sedang be
“Menurutmu dokter itu melarang kita melakukan apa?”Mendengar pertanyaan Kenrich yang ambigu segera membuat wajah Meyra bersemu merah.“Aku tak perlu menerjemahkannya untukmu,” sergah Meyra kesal sembari memalingkan mukanya yang sudah seperti kepiting rebus.“Untuk sementara, selama satu hari ini sebaiknya Anda beristirahat di rumah, jangan terlalu banyak bergerak dulu.”Dokter paruh baya yang menangani Kenrich kembali memberikan pengarahan.“Tolong diperhatikan kesehatan suaminya dengan baik, saya akan resepkan obat-obatan untuk mempercepat kesembuhan lukanya.”Setelah menerima resep obat itu, Meyra kemudian segera membantu Kenrich untuk melangkah keluar dari ruang praktek dokter.Langkah Kenrich agak tertatih yang membuat mereka segera menjadi pusat perhatian pada pasien yang sedang menung
Pagi-pagi sekali ketika Meyra sedang asyik berkebun di taman depan, mendadak ia melihat mobil Kenrich memasuki halaman rumah.Meyra meletakkan sejenak pekerjaannya dan mengarahkan tatapannya pada sosok tampan yang kini sudah keluar dari dalam mobil dengan melemparkan pandangan pada dirinya.Ketika akhirnya Kenrich mulai melangkah mendekat, Meyra perlahan mulai berdiri sembari menarik sarung tangannya yang kotor penuh tanah.Kenrich melontarkan senyum terbaiknya ketika melihat tatapan Meyra yang terlihat intens.“Kurasa kamu sudah melupakan janji kamu semalam.”Meyra mengernyit tak paham sembari menautkan kedua alis indahnya.“Janji apa?”Kenrich tersenyum santai sembari ia melepaskan kacamata hitamnya hingga menampakkan dengan lugas gurat ketampanan dari sepasang matanya bercahaya.“Aku d