Erlangga mematung, berdiri tegak tanpa menoleh.Ingin rasanya menghiraukan wanita itu demi menjaga harga dirinya dan mendiang mamanya.Namun, sulit rasanya melupakan kenyataan bahwa merekalah yang telah membuatnya terpisah dari Mama Olivia.Wajah Er memerah. Entah karena marah atau karena menahan kesedihan di hatinya.Dia mengepal tangannya dengan kuat.Hatinya kembali bergemuruh saat perkataan tajam Liana kembali menggema di ruang tamu."Dasar anak haram! Kau tidak punya hak apapun di rumah ini. Semua harta Prabujaya adalah milik putraku. Pergi kau dari sini!" Liana berteriak lantang."Diam! Jaga mulutmu!"Suara Prabujaya langsung membuat Liana terkejut. Kedua mata lentiknya membelslak lebar. "Usir mereka keluar!"Liana berkedip tak percaya saat mendengar Prabujaya mengusir mereka dari rumah itu."Apa-apaan ini, Pa? Kenapa Papa malah mengusir kami? Secara hukum aku dan Mama berhak ada di rumah ini." Rsngga berteriak tidak terima saat Daniel maju untuk mengusir mereka.Prabujaya mend
"Ada apa? Apa telah terjadi sesuatu pada Nyonya Liana?"Jhon datang dari arah dapur dan langsung menyela keduanya tepat ketika Liana hendak meraih botol anggurnya kembali."Aku juga tidak mengerti. Mama tiba-tiba berubah setelah bertemu dengan Erlangga," keluh Rangga sambil membuang napasnya. "Entah apa yang dibisikkan hingga Mama seperti ini."Jhon langsung menegang. "Erlangga?" gumamnya pelan.Dia langsung berpaling pada Liana, tetapi wanita itu hanya menggeleng pelan.Mendengar ucapan putranya, Liana berusaha berkelit. Liana takut Rangga akan membencinya jika sampai rahasia mereka terbongkar."Dia tidak mengatakan apapun. Berhentilah mengadu seperti bayi. Jhon tidak ada hubungannya dengan semua ini." Wajah Liana berkerut masam."Jangan berbohong padaku karena aku bukan anak kecil lagi! Aku melihat semuanya dan aku bisa menilainya. Aku yakin Erlangga mengatakan sesuatu pada Mama tadi." Rangga meninggikan suaranya saat mereka kembali berdebat hingga membuat Liana terkejut.Selama i
"Menurut Papa? Apakah aku tidak pantas untuk marah padanya? Dia menghinaku di depan kalian dan kalian hanya diam saja. Lalu ... untuk apa bertanya padaku lagi?" Erlangga berkata dengan dingin. Prabujaya terpaku. Kata-kata Erlangga memberikan pukulan yang hebat untuknya."Papa minta maaf, Er. Papa tidak bisa menahannya.""Tentu saja! Itu karena aku memang bukan siapa-siapa buat Papa. Aku memang anak haram! Ya, aku ini anak haram! Aku sudah dengar itu sejak dulu." Erlangga tiba-tiba meledak. Dia tidak mampu untuk menahan rasa sakit di hatinya.Dulu dia tidak perduli dengan kalimat itu karena tidak memahami artinya.Kini, saat dirinya sudah mengetahui segalanya dengan jelas, kalimat itu adalah sebuah penghinaan baginya.Wajah jika dia marah!Hati Prabujaya teriris mendengar kata--katanya."Maafkan Papa, Er. Papa akan menebus semua kesalahan Papa padamu," ucap Prabujaya dengan tulus. "Katakan saja apa yang harus Papa lakukan untuk menebusnya."Erlangga memutar bola matanya sambil terseny
"Siapa yang datang bersama Tuan Prabujaya itu? Apa kalian pernah melihat dia sebelumnya?""Aku pikir itu adalah putranya.""Apa itu mungkin? Apakah dia yang dikatakan putra kedua dari keluarga Pamungkas?""Aku pikir begitu. Jika tidak, bagaimana mungkin mereka bisa datang bersama. Lihatlah, anak itu terlihat lebih tampan dari Pak Rangga?""Yang anda katakan benar. Aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Sayangnya aku tidak mengingatnya."Orang-orang itu saling menimpali. Mereka berdecak kagum, sekaligus mengatakan hal-hal yang tidak enak didengar."Apa kalian pikir mereka bersaudara? Mereka sama sekali tidak mirip.""Benar kah? Tapi dia sangat mirip dengan Tuan Prabujaya.""Aku pikir akan ada perebutan kekuasaan di perusahaan ini. Lihat saja Nyonya Liana, dia bahkan tidak memperdulikan mereka berdua.""Ya, aku pikir juga seperti itu."Suara-suara sumbang masih terus terdengar di ruang pertemuan.Daniel menghela napasnya panjang karena merasa terganggu. Dia ingin menghentikan me
"Apakah kau ingin pergi juga? Pergilah sekarang jika kau tidak ingin tetap berada di sini!" ucap Prabujaya dengan dingin pada Rangga.Alih-alih mengikuti Liana, Rangga memilih untuk tetap duduk di kursinya meski harus menahan malu.Dia mengatur napasnya dan berusaha untuk tetap tenang.Dia tidak ingin Prabujaya sampai mengusirnya keluar dan berakhir dengan tidak mendapatkan apa-apa."Aku tetap di sini," kata Rangga datar. "Karena aku masih memiliki tanggung jawab atas perusahaan ini." Dia melanjutkan.Prabujaya kemudian menjawab, "Baiklah, terserah padamu."Pria paruh baya itu memandang semua orang, kemudian kembali berbicara, "Mulai hari ini aku memerintahkan Rangga untuk membantu Erlangga. Dia akan mempelajari semuanya darimu, karena itu bekerja samalah dengan baik. Daniel akan ikut mengawasi untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan Erlangga.""Oke, terserah Papa saja." Rangga menghela napas dengan pelan."Sementara itu, semua manager di perusahaan cabang akan tetap bekerja
"Dimana Erlangga? Apa kau melihatnya?" Prabujaya bertanya pada Daniel saat menyadari putranya belum terlihat sejak mereka meninggalkannya di depan pintu ruang pertemuan pagi tadi.Daniel menggeleng pelan sambil berkata, "Tidak. Mungkin Tuan Muda sedang bersama Tuan Rangga di ruangannya. Atau bisa saja dia sedang duduk di kantin untuk makan siang."Prabujaya meletakkan laporan itu di atas meja. Sambil menghela napas, dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya"Aku ingin kau mengawasi Erlangga secara langsung. Aku sangat berharap agar dia bisa segera mengelola perusahaan ini bersama Rangga. Aku sudah cukup berjuang membangun perusahaan ini dari nol, dan sekarang aku ingin beristirahat dan menikmati masa tuaku."Kening Daniel berkerut.Dia jelas-jelas mengenal seperti apa watak kedua putra Prabujaya. Dan dia pesimis bahwa mereka dapat bekerja sama."Saya pikir, ini terlalu terburu-buru. Tuan Rangga bahkan belum mampu menyelesaikan masalah gagal produksi dan gagal kirim tahun ini. Belum
Alex segera mengunci pintu kamar untuk mencegah siapa saja untuk masuk.Dia menarik kursi dan duduk di samping ranjang sesuai perintah Erlangga.Er bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidurnya."Apa kau sudah berhasil menemukan mobil itu?" Erlangga mulai bertanya dengan suara rendah.Alex mendekatkan tubuhnya sambil berkata, "Kami masih belum menemukannya. Tapi kami sudah dapatkan informasi pemilik dari plat nomor itu."Wajah Erlangga langsung berkerut. Ini bukan kabar baik untuknya karena petugas polisi itu juga pasti telah mengetahui hal itu sebelum mereka."Itu tidak ada artinya. Kau harus temukan dimana mereka menyimpannya. Itu akan jadi salah satu bukti kuat yang kita miliki," tegas Erlangga. "Karena kita tidak mungkin temukan benda yang mereka gunakan saat itu. Itu sudah lama sekali dan mereka pasti telah membuangnya entah dimana," sambung Erlangga lagi. Wajahnya terlihat murung."Jangan khawatir. Kami pasti akan bisa menemukannya. Saya sudah membuat rencana lain agar m
"Apa kau sudah tahu? Anak sial itu kini sudah berani menantangku."Nyonya Liana melempar tasnya dengan asal di atas meja lalu menjatuhkan badannya di sofa.Wajahnya berkerut, jelas terlihat kesal pada seseorang."Benarkah? Bagaimana bisa? Apa kau bertemu dengannya lagi?""Tentu saja, dia sangat berani karena pria tua itu ada bersamanya tadi. Dia bahkan berani berbicara dengan angkuh dan mencoba mempermalukanku di hadapan semua orang."Liana mendengus. Rasanya dia ingin berteriak kencang untuk meluapkan emosinya.Mendengar kata-katanya, Jhon maju mendekat dan berdiri di belakangnya.Dia memberikan pijatan lembut di pundak Liana yang tegang."Sudah aku katakan, jauhi dia! Kenapa kau tidak mendengarkanku? Dia sedang menggiringmu untuk menjebakmu, Liana Sayang. Kenapa kau masih tidak mengerti juga? Kau seharusnya sembunyi darinya," jawab Jhon.Liana membelalak."Apa? Sembunyi? Dan membiarkan dia menyingkirkan putraku dari sana? Jhon, apa kau sudah gila?"Liana segera kehilangan kehangatan
"Apa kau sudah dapatkan apa yang aku perintahkan padamu?" Prabujaya bertanya tanpa menoleh. Pria paruh baya itu terus berjalan menuju meja kerjanya.Asistennya, Daniel, mengikutinya dan berhenti tepat di depan meja kerja Prabujaya."Putri Ilham Samudera datang untuk mendengar hasil putusan pengadilan. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahui kabar itu, tapi seseorang pasti telah memberi gadis itu informasi. Dan saya yakin ini adalah ulah Tuan Muda Erlangga," jawab Daniel tegas."Apa kau telah memeriksanya dengan jelas?" Ada tekanan di dalam suara Prabujaya."Tentu saja, Tuan. Saya bisa memastikan semua itu benar," jawab Daniel tegas. "Tapi ada hal yang lebih penting yang harus saya sampaikan. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi anda harus mengetahuinya." Daniel berusaha memperjelas situasinya."Hal penting apa?" Raut wajah Prabujaya langsung berubah. Matanya menyipit tajam."Ternyata Tuan Muda telah beberapa kali bertemu dengan putri Ilham Samudera dan berusaha untuk mendekat
Pukul tujuh tiga puluh pagi, Komplek River Villa.Erlangga terlihat turun dari kamarnya dengan pakaian rapi. Senyum di wajahnya mengembang, membuatnya terlihat menawan pagi ini.Hari ini sudah diputuskan bahwa Erlangga akan kembali ke perusahaan, melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Tetapi haris ditinggalkan dengan setumpuk alasan yang cukup masuk akal.Er sudah bertekad untuk melupakan semua yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir. Namun, bukan berarti dia telah melupakan obsesinya untuk mendapatkan Viona. Gadis itu tetaplah menjadi maskot kemenangannya."Selamat pagi semuanya." Er menyapa semua orang di ruang makan. Wajahnya sangat cerah pagi ini, membuat Prabujaya berdehem pelan karenanya.Nyonya Helen yang berdiri tak jauh dari Prabujaya juga menatapnya heran penuh curiga. Rasanya sangat aneh dan sulit untuk dipercaya bahwa anak asuhnya akan berubah hanya dalam satu malam. Seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi kepadanya."Ehem ... sepertin
"Bukankah Erlangga pergi ke persidangan hari ini? Untuk apa gadis itu mencarinya? Sejak kapan mereka dekat? Apa kau mengetahui sesuatu?"Nyonya Helen tidak berharap Prabujaya akan bertanya tentang hal itu padanyaMeski pria tua itu memaksanya untuk bicara, Nyonya Helen juga tidak tahu harus menjawab apa padanya."Saya juga tidak tahu, Tuan. Nona Viona hanya mengatakan ingin bicara dengan Tuan Muda. Tapi dia tidak menjelaskan alasannya. Bahkan saat saya memintanya pulang, dia menolaknya.""Apa mereka sudah bertemu tadi? Apa yang mereka bicarakan?""Maaf, Tuan ... saya tidak mendengarnya karena saat itu Tuan Muda minta untuk dibuatkan minuman hangat. Dan saat saya kembali, Nona Viona sudah pergi."Suara helaan napas panjang terdengar dari mulut pria tua itu.Prabujaya tidak percaya sepenuhnya pada wanita itu, tetapi dia juga tidak dapat memaksanya untuk bicara sekarang."Apa Elangga ada di kamarnya?"Wanita itu mengangguk. "Ya, Tuan. Tuan Muda ada di kamarnya."Prabuajaya berdiri. Dia me
"Tuan Muda, boleh saya masuk?"Suara panggilan Nyonya Helen bergema diikuti oleh suara ketukan di pintu kamar Erlangga. Namun, tidak ada jawaban.Wanita paruh baya itu mendorong pintu kamarnya dengan lembut lalu masuk ke dalam kamar dengan hati-hati.Saat ini, Erlangga baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Cuaca dingin ditambah suhu kamarnya yang dingin sama sekali tidak berpengaruh padanya.Dia mengeringkan rambutnya kemudian melempar handuk berwarna putih itu dengan asal di atas ranjang. Dan ketika Erlangga berbalik, dia terkesiap ketika melihat Nyonya Helen sedang berdiri menatapnya. Kehadiran Nyonya Helen di kamarnya membuat jantungnya berdegup kencang."Kapan ibu masuk? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" "Saya sudah mengetuk tapi tidak ada jawaban. Karena khawatir, saya masuk untuk memeriksa," jawab Nyonya Helen.Er mengusap dadanya seraya menyentak napasnya kuat."Ada apa?" tanya Erlangga kesal."Saya hanya ingin bertanya untuk memastikan sesuatu. Apa and
"Apa kau melihat gadis tadi? Bukankah itu Viona, tunangan Rangga?" tanya Prabujaya. "Kenapa dia lari terburu-buru?"Daniel langsung menoleh ke belakang dan melihat gadis yang dimaksud oleh Prabujaya sedang berlari keluar rumah sambil menangis.Dia langsung mengenali gadis itu sebagai putri dari Ilham Samudera dan Delia."Itu memang Nona Viona, putri dari Tuan Ilham. Tapi untuk apa dia datang ke sini?" ucap Daniel. Dia mencoba menebak-nebak apa yang baru saja terjadi ketika mereka sedang tidak berada di rumah.Prabujaya menoleh pada asistennya sambil berkata, "Itu adalah tugas untukmu. Cari tahu apa yang terjadi pada gadis itu!""Baik, Tuan," jawab Daniel.Tanpa membuang waktu, Daniel segera meninggalkan rumah itu. Dia segera masuk ke dalam mobil dan mulai mengejar Viona yang telah berada cukup jauh di depan.Hujan lebat tak membatasi gadis itu untuk mengemudikan mobilnya. Suasana hatinya yang buruk telah menyulapnya menjadi raja jalanan secara mendadak.Viona dengan sengaja menyeret d
Ada apa? Untuk apa Ibu Helen menelponmu?""Ada wanita yang datang ke rumah mencari anda?""Wanita? Siapa?" Sepasang alis hitam milik Erlangga tertarik ketika keningnya berkerut."Entahlah, saya juga tidak tahu. Nyonya Helen tidak mengatakan apapun tadi."Erlangga memutar matanya, menebak-nebak sosok wanita yang sedang menunggu kedatangannya.Sejauh ini, Er hanya mengenal dua orang wanita saja sejak dirinya kembali ke negaranya."Sylvia? Tidak mungkin! Dia sama sekali belum mengetahui siapa aku sebenarnya. Bagaimana mungkin dia tahu aku tinggal di sana?" Erlangga berbicara pada dirinya sendiri."Apa mungkin wanita itu adalah Nona Viona?" celetuk Alex dari kursi depan.Pikiran Erlangga langsung teralihkan.Ketika mendengar Alex menyebut nama gadis itu, Erlangga teringat kembali pada percakapan antara dirinya dan Viona sehari sebelumnya.Er tidak menyangka, hati gadis itu akan tergerak karena perkataannya."Ayo, buruan! Kita harus tiba lebih dulu dari mereka. Aku tidak ingin Papa bertemu
"Siapa?""Pak Hamdan. Apa anda mengenalnya, Pak?" Pak Hasan balik bertanya. Matanya menelusuri setiap perubahan raut di wajah Alex ketika keningnya mulai berkerut."Pak Hamdan? Tentu saja saya kenal dengannya. Dia adalah orang yang telah membantu Tuan Muda kami, tanpa dia mungkin kasus ini akan tetap tersimpan rapat-rapat. Tidak perduli meskipun kami memiliki banyak bukti untuk membuat mereka mendekam di penjara, tanpa bantuannya semua akan sia-sia." Alex berbicara dengan suara rendah untuk menghindari orang yang ingin mencuri dengar.Dia lantas menghembuskan napasnya kuat ke udara, sementara pikirannya melayang membayangkan saat-saat dimana dirinya melakukan banyak hal bersama tuannya untuk mendapatkan semua bukti yang mereka miliki sekarang."Akhirnya ... Tuan Muda Erlangga bisa lebih tenang menjalani hidupnya sekarang," ucap Alex dengan perasaan lega."Syukurlah. Tidak disangka Erlangga mampu melewati semuanya dengan sabar ya, Pak. Jika saja Olivia masih hidup, dia pasti akan sanga
Kemunculan keluarga Pak Hasan bersama beberapa warga desa berhasil mencuri perhatian beberapa pencari berita yang telah menunggu di depan pintu ruang sidang.Rombongan warga desa itu terlihat turun dari sebuah mobil keluaran lama dan berdiri menunggu di depan pintu untuk dipersilahkan masuk.Akan tetapi, tak seorang pun dari wartawan itu bergerak untuk mengejar mereka karena berpikir bahwa keluarga Pak Hasan hanyalah warga biasa seperti yang lainnya.Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Pak Hasan. Laki-laki itu dan istrinya pelan-pelan berpisah dari rombongan untuk mencari Erlangga."Permisi, Pak. Kapan sidangnya akan dimulai, ya?"Pak Hasan mendekati seorang petugas berseragam coklat yang baru saja keluar dari sebuah ruangan di samping ruang sidang untuk bertanya padanya."Mungkim sekitar satu jam lagi," jawab petugas itu.Saat dia akan pergi, Pak Hasan menahannya dan kembali bertanya padanya."Tunggu, Pak. Apa Erlangga sudah tiba di sini?""Erlangga? Maaf, Pak ... saya tidak kenal.
Daniel mencoba mengabaikan wajah sendu Vionaà sebelum suasana di ruangan itu terkena imbasnya.Dengan suara tegas, Daniel kembali bertanya pada gadis itu. "Bisa beri tahu saya lebih detail apa yang dia katakan pada anda, Nona?"Mata VIona melebar.Entah mengapa Viona merasa bahwa asisten Tuan Prabujaya tidak mempercayai ucapannya.Karena itu, Viona melempar ponselnya dengan kesal di atas meja."Kau bisa baca sepuasnya!"ucap gadis itu lantang, kemudian berlalu dari ruangan itu untuk bersembunyi di kamarnya yang tenang.Semua orang di ruangan itu tercengang dengan aksi Viona yang tiba-tiba.Mereka menatap kepergiannya hingga tubuh Viona perlahan menjauh dan menghilang dari pandangan."Saya minta maaf, Tuan Ilham. Saya harus lakukan ini demi kebaikan Nona Viona." Daniel segera mencari alasan sebelum kedua orang tua gadis itu mulai menyalahkannya."Jangan diambil hati. Putriku sangat sensitif akhir-akhir ini. Lakukan saja apa yang harus kau lakukan."Daniel mengangguk.Dengan perasaan be