"Tenanglah, Nyonya. Mereka tidak akan melukaimu. Prabujaya tidak akan tega padamu." Jhon berkata dengan datar. Setelah itu dia kembali melanjutkan, "Tidak ada bukti yang memberatkanmu sampai hari ini. Tenang saja! Jika mereka menangkapnya, pasti mereka akan datang ke rumah mencari kita."Dada Liana terasa sesak. Dia setuju dengan ucapan Jhon, tetapi hatinya masih merasa tidak tenang."Cepatlah kembali setelah menyelesaikan urusanmu. Aku benci menunggu!""Aku tahu. Jaga dirimu!"Pembicaraan di antara mereka berakhir. Liana melempar ponselnya di atas sofa karena kesal."Ya, Tuhan ... pikiranku jadi tidak tenang. Pasti banyak kerutan halus yang muncul karena aku terlalu stres." Liana mengeluh, tangannya meraba kulit tebal di wajahnya yang terawat dengan baik."Aku benci terlihat tua! Aku akan membuat janji temu dengan Dokter Anna. Aku harap besok dia tidak terlalu sibuk," gumam Liana.***Di tempat lain, seorang laki-laki dengan stelan hitam serta memakai topeng keluar dari mobil bersama
"Terima kasih, Pa, udah mau mengerti aku. Oya, jangan terlalu keras pada diri sendiri, setidaknya perhatikan kesehatan Papa. Jangan memaksakan diri! Ingat, Papa masih punya Rangga yang bisa diandalkan untuk membantu Papa.""Hah ... jangan pikirkan dia! Pikirkan saja dirimu sendiri dan bersenang-senanglah. Saat kamu sudah bosan mengejar mimpimu, kamu bisa datang pada Papa. Paman Daniel akan mengajarkan banyak hal padamu."Erlangga langsung mengangguk sambil tersenyum penuh arti. Dia memang harus bersiap saat dirinya berhasil mengungkapkan semua kejahatan mereka.Hanya tinggal sedikit lagi, batin Erlangga.Jika itu berhasil, hal pertama yang akan dia lakukan adalah menyingkirkan Rangga dari hadapannya. Dan membuat dirinya diakui oleh semua orang.Erlangga membersihkan bibirnya dan bangkit berdiri setelah sup di mangkuknya telah habis.Dia baru akan meninggalkan meja makan saat Prabujaya kembali berbicara padanya."Er, mulai hari kamu akan ditemani oleh pengawal baru yang Papa rekrut un
"Ya. Kami menahannya untuk sementara. Sangat berbahaya jika melepaskannya, dia bisa saja membuka mulut dan melaporkannya pada polisi. Atau ... kemungkinan terburuknya adalah pelaku utama dibalik serangan itu bisa jadi sedang mencarinya sekarang." Asisten baru Erlangga berbicara dengan suara pelan.Mata obsidian Erlangga berputar.Dia menelan salivanya, membuat jakunnya bergerak turun."Bawa aku ke sana. Aku ingin bertemu dengannya secara langsung!""Baik."***Pukul sebelas pagi, Erlangga tiba di kantor majalah mode.Dia mengetuk pintu lalu masuk ke dalam.Erlangga akhirnya bertemu dengan Ibu Maya, Manager redaksi majalah mode milik orangtua Sylvia, setelah satu minggu penuh menjalani masa pemulihan sejak dia terbaring di rumah sakit."Selamat siang, Bu Maya." Erlangga menyapanya sambil tersenyum ramah.Wanita itu mengangkat wajahnya. Dia tersenyum lebar saat melihat Erlangga berdiri di depannya."Hai, selamat seiang juga, Tuan Er. Bagaimana kabar anda? Apa anda sudah benar-benar puli
"Orang itu adalah Jhon ..."Kalimat itu terus menggema di kepala Erlangga. Nama yang membuat hatinya terasa mendidih."Urus laki-laki ini!" Erlangga berkata dengan keras."Hei, Tuan ... jangan tinggalkan aku sendiri! Kau sudah berjanji akan melindungiku. Tuan, Tuan ... jangan pergi!"Pria tambun itu segera berteriak memanggilnya berulang kali.Dia takut pengawal itu akan melukai dirinya saat Erlangga meninggalkannya.Erlangga mengacuhkannya.Kakinya yang panjang melangkah dengan cepat meninggalkan bangunan villa.Asistennya, Alex, masih mengikutinya dari belakang.Dia berlari untuk membukakan pintu belakang mobil saat Erlangga mencapai taksi."Kembali ke kota, Pak," ucap Alex kemudian memasang sabuk pengamannya.Mobil taksi itu mulai bergerak meninggalkan villa. Satu jam kemudian mereka telah meninggalkan daerah itu dan kembali ke kota.Supir taksi membawa mobilnya kembali ke gedung perusahaan dimana dia menjemput mereka.Erlangga tercengang saat melihat mobilnya tidak berada di area
"Nyonya Liana ada di ruangan mana? Bisa tunjukkan dimana ruangannya?" Jhon berbicara pada staf resepsionis setelah masuk dengan tergesa-gesa ke dalam klinik kecantikan.Staf wanita itu langsung memeriksa catatan di layar komputernya.Beberapa saat kemudian menjawab, "Nyonya Liana ada di lantai dua. Saat ini sedang melakukan perawatan wajah dan akan selesai sekitar dua puluh menit lagi. Untuk sementara Bapak bisa menunggu di loby depan."Staf wanita itu menunjuk ke arah sepasang sofa berwarna hitam di dekat pintu masuk.Jhon merasa tidak puas dengan jawabannya, jadi dia memutuskan untuk langsung berlari naik ke lantai dua.Jhon memeriksa setiap ruangan yang dia lewati. Wajahnya terlihat berkerut seperti sedang mencemaskan sesuatu.Saat dirinya hendak menuju ke ujung lorong, Jhon bertabrakan dengan seorang perawat yang keluar dari salah satu ruangan."Bapak sedang apa di sini?" tanya wanita itu. Dia menatap Jhon dengan penuh curiga."Saya mencari Nyonya Liana. Apa dia ada di ruangan ini
Liana mencengkram pundak Jhon dan berbicara serius padanya untuk mencegahnya. "Jangan! Kalau kau lakukan itu maka Daniel akan semakin curiga padaku. Bawa saja aku kembali ke rumah. Aku tidak ingin membuat Rangga khawatir."Jhon membuang napasnya kuat ke udara. Dia dilema untuk sesaat."Baiklah, terserah padamu. Untuk sementara lebih baik berdiam di rumah saja dan jangan keluar. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang menunggu kita di luar sana," kata Jhon menyarankan."Dan mungkin polisi juga pasti sedang menyelidiki masalah ini, setidaknya berada di rumah akan menjadi alibi yang baik untuk kita,"sambung Jhon."Hmm ...."Wajah tegang Liana perlahan memgendur.Dia menyandarkan tubuhnya di jok belakang dan mulai memejamkan matanya.Rasanya sia-sia saja dia melakukan perawatan mahal hari ini, jika masalah selalu datang bertubi-tubi dan membuatnya tegang seperti ini. Itu hanya akan membuat kerutan di wajahnya semakin bertambah.Mobil yang dikemudikan oleh Jhon akhirnya sampai di kediaman
"Jhon?" Alex memutar bola matanya, setelah itu dia mengangguk pelan.Dia kemudian berkata, "Dia adalah supir pribadi Nyonya Liana. Orang itu adalah seorang penjilat. Dia selalu berusaha untuk mendekati Nyonya Liana, bahkan jauh sebelum mereka berpisah seperti sekarang."Jakun Erlangga menggelinding turun di lehernya. Sesuatu yang baru saja dia dengar iitu adalah salah satu hal mengejutkan lainnya tentang keluarga Pamungkas.Dia menarik napasnya dalam-dalam. Pikirannya menerawang jauh.Erlangga coba mengaitkan setiap cerita yang dia dengar tentang keluarga barunya itu.Kematian Mama Olivia, lalu Daniel membawa dia masuk ke rumah besar ini.Namun, disaat yang bersamaan kasus tentang kematian mamanya ditutup ketika Prabujaya mengirimnya jauh ke luar negeri.Dan sekarang, dia diserang oleh orang tak dikenal yang mengaku dikirim oleh salah satu orang kepercayaan istri Prabujaya.Apa mungkin itu --?Erlangga tiba-tiba memutar tubuhnya dan melihat Alex dengan tajam."Apa kau bisa aku percay
Tatapan dingin serta raut wajahnya yang datar terlihat jelas ketika Erlangga meninggalkan ruangan pribadi asisten Prabujaya.Dia berjalan tegak dengan dagunya yang terangkat.Erlangga meletakkan gelas anggurnya di atas pantry, kemudian berbalik dan pergi menuju tangga.Matanya melirik ke sekeliling ruangan saat kakinya melangkah menyusuri anak tangga menuju lantai atas.Hanya ada beberapa lukisan mahal berukuran besar yang tergantung di dinding. Serta sebuah pigura berukuran besar yang cukup menarik perhatian."Anda memang orang yang egois Tuan Prabujaya. Sayangnya, anda adalah Papaku. Andai saja aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan sebagai putramu jika akhirnya aku harus kehilangan Mamaku."Erlangga mendengus pelan kemudian berpaling darinya.Dia melangkah naik menuju kamarnya. Tempat persembunyiannya dari dunia yang begitu kejam padanya.Namun, langkahnya tiba-tiba berhenti.Entah dapat dorongan darimana sehingga Erlangga berhenti tepat di depan ruangan kerja ayahnya.Napas
"Apa kau sudah dapatkan apa yang aku perintahkan padamu?" Prabujaya bertanya tanpa menoleh. Pria paruh baya itu terus berjalan menuju meja kerjanya.Asistennya, Daniel, mengikutinya dan berhenti tepat di depan meja kerja Prabujaya."Putri Ilham Samudera datang untuk mendengar hasil putusan pengadilan. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahui kabar itu, tapi seseorang pasti telah memberi gadis itu informasi. Dan saya yakin ini adalah ulah Tuan Muda Erlangga," jawab Daniel tegas."Apa kau telah memeriksanya dengan jelas?" Ada tekanan di dalam suara Prabujaya."Tentu saja, Tuan. Saya bisa memastikan semua itu benar," jawab Daniel tegas. "Tapi ada hal yang lebih penting yang harus saya sampaikan. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi anda harus mengetahuinya." Daniel berusaha memperjelas situasinya."Hal penting apa?" Raut wajah Prabujaya langsung berubah. Matanya menyipit tajam."Ternyata Tuan Muda telah beberapa kali bertemu dengan putri Ilham Samudera dan berusaha untuk mendekat
Pukul tujuh tiga puluh pagi, Komplek River Villa.Erlangga terlihat turun dari kamarnya dengan pakaian rapi. Senyum di wajahnya mengembang, membuatnya terlihat menawan pagi ini.Hari ini sudah diputuskan bahwa Erlangga akan kembali ke perusahaan, melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Tetapi haris ditinggalkan dengan setumpuk alasan yang cukup masuk akal.Er sudah bertekad untuk melupakan semua yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir. Namun, bukan berarti dia telah melupakan obsesinya untuk mendapatkan Viona. Gadis itu tetaplah menjadi maskot kemenangannya."Selamat pagi semuanya." Er menyapa semua orang di ruang makan. Wajahnya sangat cerah pagi ini, membuat Prabujaya berdehem pelan karenanya.Nyonya Helen yang berdiri tak jauh dari Prabujaya juga menatapnya heran penuh curiga. Rasanya sangat aneh dan sulit untuk dipercaya bahwa anak asuhnya akan berubah hanya dalam satu malam. Seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi kepadanya."Ehem ... sepertin
"Bukankah Erlangga pergi ke persidangan hari ini? Untuk apa gadis itu mencarinya? Sejak kapan mereka dekat? Apa kau mengetahui sesuatu?"Nyonya Helen tidak berharap Prabujaya akan bertanya tentang hal itu padanyaMeski pria tua itu memaksanya untuk bicara, Nyonya Helen juga tidak tahu harus menjawab apa padanya."Saya juga tidak tahu, Tuan. Nona Viona hanya mengatakan ingin bicara dengan Tuan Muda. Tapi dia tidak menjelaskan alasannya. Bahkan saat saya memintanya pulang, dia menolaknya.""Apa mereka sudah bertemu tadi? Apa yang mereka bicarakan?""Maaf, Tuan ... saya tidak mendengarnya karena saat itu Tuan Muda minta untuk dibuatkan minuman hangat. Dan saat saya kembali, Nona Viona sudah pergi."Suara helaan napas panjang terdengar dari mulut pria tua itu.Prabujaya tidak percaya sepenuhnya pada wanita itu, tetapi dia juga tidak dapat memaksanya untuk bicara sekarang."Apa Elangga ada di kamarnya?"Wanita itu mengangguk. "Ya, Tuan. Tuan Muda ada di kamarnya."Prabuajaya berdiri. Dia me
"Tuan Muda, boleh saya masuk?"Suara panggilan Nyonya Helen bergema diikuti oleh suara ketukan di pintu kamar Erlangga. Namun, tidak ada jawaban.Wanita paruh baya itu mendorong pintu kamarnya dengan lembut lalu masuk ke dalam kamar dengan hati-hati.Saat ini, Erlangga baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Cuaca dingin ditambah suhu kamarnya yang dingin sama sekali tidak berpengaruh padanya.Dia mengeringkan rambutnya kemudian melempar handuk berwarna putih itu dengan asal di atas ranjang. Dan ketika Erlangga berbalik, dia terkesiap ketika melihat Nyonya Helen sedang berdiri menatapnya. Kehadiran Nyonya Helen di kamarnya membuat jantungnya berdegup kencang."Kapan ibu masuk? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" "Saya sudah mengetuk tapi tidak ada jawaban. Karena khawatir, saya masuk untuk memeriksa," jawab Nyonya Helen.Er mengusap dadanya seraya menyentak napasnya kuat."Ada apa?" tanya Erlangga kesal."Saya hanya ingin bertanya untuk memastikan sesuatu. Apa and
"Apa kau melihat gadis tadi? Bukankah itu Viona, tunangan Rangga?" tanya Prabujaya. "Kenapa dia lari terburu-buru?"Daniel langsung menoleh ke belakang dan melihat gadis yang dimaksud oleh Prabujaya sedang berlari keluar rumah sambil menangis.Dia langsung mengenali gadis itu sebagai putri dari Ilham Samudera dan Delia."Itu memang Nona Viona, putri dari Tuan Ilham. Tapi untuk apa dia datang ke sini?" ucap Daniel. Dia mencoba menebak-nebak apa yang baru saja terjadi ketika mereka sedang tidak berada di rumah.Prabujaya menoleh pada asistennya sambil berkata, "Itu adalah tugas untukmu. Cari tahu apa yang terjadi pada gadis itu!""Baik, Tuan," jawab Daniel.Tanpa membuang waktu, Daniel segera meninggalkan rumah itu. Dia segera masuk ke dalam mobil dan mulai mengejar Viona yang telah berada cukup jauh di depan.Hujan lebat tak membatasi gadis itu untuk mengemudikan mobilnya. Suasana hatinya yang buruk telah menyulapnya menjadi raja jalanan secara mendadak.Viona dengan sengaja menyeret d
Ada apa? Untuk apa Ibu Helen menelponmu?""Ada wanita yang datang ke rumah mencari anda?""Wanita? Siapa?" Sepasang alis hitam milik Erlangga tertarik ketika keningnya berkerut."Entahlah, saya juga tidak tahu. Nyonya Helen tidak mengatakan apapun tadi."Erlangga memutar matanya, menebak-nebak sosok wanita yang sedang menunggu kedatangannya.Sejauh ini, Er hanya mengenal dua orang wanita saja sejak dirinya kembali ke negaranya."Sylvia? Tidak mungkin! Dia sama sekali belum mengetahui siapa aku sebenarnya. Bagaimana mungkin dia tahu aku tinggal di sana?" Erlangga berbicara pada dirinya sendiri."Apa mungkin wanita itu adalah Nona Viona?" celetuk Alex dari kursi depan.Pikiran Erlangga langsung teralihkan.Ketika mendengar Alex menyebut nama gadis itu, Erlangga teringat kembali pada percakapan antara dirinya dan Viona sehari sebelumnya.Er tidak menyangka, hati gadis itu akan tergerak karena perkataannya."Ayo, buruan! Kita harus tiba lebih dulu dari mereka. Aku tidak ingin Papa bertemu
"Siapa?""Pak Hamdan. Apa anda mengenalnya, Pak?" Pak Hasan balik bertanya. Matanya menelusuri setiap perubahan raut di wajah Alex ketika keningnya mulai berkerut."Pak Hamdan? Tentu saja saya kenal dengannya. Dia adalah orang yang telah membantu Tuan Muda kami, tanpa dia mungkin kasus ini akan tetap tersimpan rapat-rapat. Tidak perduli meskipun kami memiliki banyak bukti untuk membuat mereka mendekam di penjara, tanpa bantuannya semua akan sia-sia." Alex berbicara dengan suara rendah untuk menghindari orang yang ingin mencuri dengar.Dia lantas menghembuskan napasnya kuat ke udara, sementara pikirannya melayang membayangkan saat-saat dimana dirinya melakukan banyak hal bersama tuannya untuk mendapatkan semua bukti yang mereka miliki sekarang."Akhirnya ... Tuan Muda Erlangga bisa lebih tenang menjalani hidupnya sekarang," ucap Alex dengan perasaan lega."Syukurlah. Tidak disangka Erlangga mampu melewati semuanya dengan sabar ya, Pak. Jika saja Olivia masih hidup, dia pasti akan sanga
Kemunculan keluarga Pak Hasan bersama beberapa warga desa berhasil mencuri perhatian beberapa pencari berita yang telah menunggu di depan pintu ruang sidang.Rombongan warga desa itu terlihat turun dari sebuah mobil keluaran lama dan berdiri menunggu di depan pintu untuk dipersilahkan masuk.Akan tetapi, tak seorang pun dari wartawan itu bergerak untuk mengejar mereka karena berpikir bahwa keluarga Pak Hasan hanyalah warga biasa seperti yang lainnya.Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Pak Hasan. Laki-laki itu dan istrinya pelan-pelan berpisah dari rombongan untuk mencari Erlangga."Permisi, Pak. Kapan sidangnya akan dimulai, ya?"Pak Hasan mendekati seorang petugas berseragam coklat yang baru saja keluar dari sebuah ruangan di samping ruang sidang untuk bertanya padanya."Mungkim sekitar satu jam lagi," jawab petugas itu.Saat dia akan pergi, Pak Hasan menahannya dan kembali bertanya padanya."Tunggu, Pak. Apa Erlangga sudah tiba di sini?""Erlangga? Maaf, Pak ... saya tidak kenal.
Daniel mencoba mengabaikan wajah sendu Vionaà sebelum suasana di ruangan itu terkena imbasnya.Dengan suara tegas, Daniel kembali bertanya pada gadis itu. "Bisa beri tahu saya lebih detail apa yang dia katakan pada anda, Nona?"Mata VIona melebar.Entah mengapa Viona merasa bahwa asisten Tuan Prabujaya tidak mempercayai ucapannya.Karena itu, Viona melempar ponselnya dengan kesal di atas meja."Kau bisa baca sepuasnya!"ucap gadis itu lantang, kemudian berlalu dari ruangan itu untuk bersembunyi di kamarnya yang tenang.Semua orang di ruangan itu tercengang dengan aksi Viona yang tiba-tiba.Mereka menatap kepergiannya hingga tubuh Viona perlahan menjauh dan menghilang dari pandangan."Saya minta maaf, Tuan Ilham. Saya harus lakukan ini demi kebaikan Nona Viona." Daniel segera mencari alasan sebelum kedua orang tua gadis itu mulai menyalahkannya."Jangan diambil hati. Putriku sangat sensitif akhir-akhir ini. Lakukan saja apa yang harus kau lakukan."Daniel mengangguk.Dengan perasaan be