Liana mencengkram pundak Jhon dan berbicara serius padanya untuk mencegahnya. "Jangan! Kalau kau lakukan itu maka Daniel akan semakin curiga padaku. Bawa saja aku kembali ke rumah. Aku tidak ingin membuat Rangga khawatir."Jhon membuang napasnya kuat ke udara. Dia dilema untuk sesaat."Baiklah, terserah padamu. Untuk sementara lebih baik berdiam di rumah saja dan jangan keluar. Kita tidak pernah tahu apa yang sedang menunggu kita di luar sana," kata Jhon menyarankan."Dan mungkin polisi juga pasti sedang menyelidiki masalah ini, setidaknya berada di rumah akan menjadi alibi yang baik untuk kita,"sambung Jhon."Hmm ...."Wajah tegang Liana perlahan memgendur.Dia menyandarkan tubuhnya di jok belakang dan mulai memejamkan matanya.Rasanya sia-sia saja dia melakukan perawatan mahal hari ini, jika masalah selalu datang bertubi-tubi dan membuatnya tegang seperti ini. Itu hanya akan membuat kerutan di wajahnya semakin bertambah.Mobil yang dikemudikan oleh Jhon akhirnya sampai di kediaman
"Jhon?" Alex memutar bola matanya, setelah itu dia mengangguk pelan.Dia kemudian berkata, "Dia adalah supir pribadi Nyonya Liana. Orang itu adalah seorang penjilat. Dia selalu berusaha untuk mendekati Nyonya Liana, bahkan jauh sebelum mereka berpisah seperti sekarang."Jakun Erlangga menggelinding turun di lehernya. Sesuatu yang baru saja dia dengar iitu adalah salah satu hal mengejutkan lainnya tentang keluarga Pamungkas.Dia menarik napasnya dalam-dalam. Pikirannya menerawang jauh.Erlangga coba mengaitkan setiap cerita yang dia dengar tentang keluarga barunya itu.Kematian Mama Olivia, lalu Daniel membawa dia masuk ke rumah besar ini.Namun, disaat yang bersamaan kasus tentang kematian mamanya ditutup ketika Prabujaya mengirimnya jauh ke luar negeri.Dan sekarang, dia diserang oleh orang tak dikenal yang mengaku dikirim oleh salah satu orang kepercayaan istri Prabujaya.Apa mungkin itu --?Erlangga tiba-tiba memutar tubuhnya dan melihat Alex dengan tajam."Apa kau bisa aku percay
Tatapan dingin serta raut wajahnya yang datar terlihat jelas ketika Erlangga meninggalkan ruangan pribadi asisten Prabujaya.Dia berjalan tegak dengan dagunya yang terangkat.Erlangga meletakkan gelas anggurnya di atas pantry, kemudian berbalik dan pergi menuju tangga.Matanya melirik ke sekeliling ruangan saat kakinya melangkah menyusuri anak tangga menuju lantai atas.Hanya ada beberapa lukisan mahal berukuran besar yang tergantung di dinding. Serta sebuah pigura berukuran besar yang cukup menarik perhatian."Anda memang orang yang egois Tuan Prabujaya. Sayangnya, anda adalah Papaku. Andai saja aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan sebagai putramu jika akhirnya aku harus kehilangan Mamaku."Erlangga mendengus pelan kemudian berpaling darinya.Dia melangkah naik menuju kamarnya. Tempat persembunyiannya dari dunia yang begitu kejam padanya.Namun, langkahnya tiba-tiba berhenti.Entah dapat dorongan darimana sehingga Erlangga berhenti tepat di depan ruangan kerja ayahnya.Napas
Pintu kamar itu didorong dengan kuat oleh sepasang tangan kekar Daniel.Dua orang wanita paruh baya berdiri di belakangnya saat mereka mencoba membuka paksa kamar Erlangga.Raut wajah ketiganya langsung berubah saat tak menemukan seorangpun di dalam kamar.Nyonya Helen segera berlari ke kamar mandi untuk mencari anak asuhnya itu. Sementara kepala pelayan langsung berlari menuju balkon.Akan tetapi hasilnya nihil.Erlangga tidak berada dimanapun.Nyonya Helen berjalan lunglai saat kembali menemui Daniel."Dia tidak ada di kamar mandi." Wajah Nyonya Helen berkerut. Dia sangat mencemaskannya sekarang."Tuan Daniel, Tuan Muda Erlangga juga tidak ada di balkon," lapor kepala pelayan padanya.Kening Daniel langsung berkerut dalam. Dia menarik napasnya dalam-dalam sambil berpikir dimana keberadaan Erlangga.Daniel menjadi gelisah saat mengingat percakapan antara dirinya dan Erlangga kemarin malam.Dia akhirnya menyadari sesuatu. Dengan tiba-tiba Daniel berlari keluar kamar dan pergi ke ruang
"Tuan Muda, kita harus --"Alex langsung bungkam saat Erlangga mengangkat tangannya."Aku tahu. Bawa aku ke kantor redaksi majalah sekarang!" titahnya.Mendengar permintaannya, Alex langsung mengendarai mobilnya dan pergi dari sana.Mereka tiba setelah satu jam perjalanan. Letak gedung redaksi majalah mode itu berada cukup jauh dari gedung kantor Prabujaya Industry.Hari masih pagi dan mereka memiliki cukup waktu untuk sarapan sebelum Erlangga bekerja. Karena itu, Alex mengajak Er menuju kantin perusahaan. Wajah pucatnya membuat Alex cukup khawatir padanya."Antriannya cukup panjang, sebaiknya kita langsung ke atas saja," keluh Erlangga."Jangan begitu, Tuan. Wajah anda begitu pucat, saya takut anda akan jatuh nanti," timpal Alex saat berusaha menghentikan niat Erlangga untuk keluar dari kantin.Dia kemudian berkata lagi dengan wajah memohon, "Sebaiknya anda duduk di sana saja dan saya akan mengambilkan makanan untuk anda. Ini tidak akan lama.""Baiklah, terserah kau saja." Erlangga l
Tuan Prabujaya langsung berdiri dan bertanya dengan tidak sabar saat melihat Daniel masuk ke dalam rumah."Apa kau berhasil menemukannya? Dimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja? Dengar, kau akan menerima hukuman dari ku kalau kau gagal melindunginya kali ini!" Kata-kata Tuan Prabujaya membuat Daniel terdiam. Dia tahu lelaki tua itu tidak sedang bermain-main dengannya."Kami sudah menemukannya. Tuan Muda berada di kantor redaksi majalah mode. Saya dengar ini adalah hari terakhir mereka bekerja sama. Anda jangan khawatir, Alex ada bersamanya." Suara Daniel begitu tenang dengan sorot matanya yang teduh.Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menenangkan hati lelaki paruh baya itu saat ini. Selain itu, dia harus segera membawa Erlangga kembali ke River Villa sebelum pemuda itu menyeret dirinya dalam masalah besar.Prabujaya menarik napasnya dalam-dalam. Dia terlalu mencemaskan keselamatan Erlangga."Apa menurutmu aku harus segera menetapkannya sebagai pewaris utama Prabujaya Industr
Komplek River Villa.Tuan Prabujaya duduk bersandar di ruang tamu. Urat di wajahnya terlihat tegang.Asistennya, Daniel, duduk tak jauh darinya dengan suasana hati yang suram.Hari ini mereka hanya berdiam diri di rumah menanti kepulangan Erlangga.Berita tentang pertemuan para petinggi Prabujaya Industry yang akan berlangsung dalam beberapa hari lagi telah tersiar di seluruh kantor, membuat Daniel tak berhenti melayani panggilan telepon masuk. Termasuk panggilan dari Rangga.Daniel harus mencari alasan yang tepat untuk membuat Rangga bungkam dan berhenti bertanya padanya.Ini jelas-jelas bukan rencananya. Tetapi dia terpaksa harus menerima keluhan putus asa dari putra sulung Prabujaya itu.Bukan hanya Rangga, mantan istri Prabujaya juga ikut serta menyalahkan dirinya, meski mereka belum mengetahui dengan pasti tujuan dari pertemuan itu.Nyonya Helen dan kepala pelayan segera berlari menuju pintu depan saat sebuah mobil terdengar berhenti di depan pelataran rumah.Sementara Prabujaya
Erlangga mematung, berdiri tegak tanpa menoleh.Ingin rasanya menghiraukan wanita itu demi menjaga harga dirinya dan mendiang mamanya.Namun, sulit rasanya melupakan kenyataan bahwa merekalah yang telah membuatnya terpisah dari Mama Olivia.Wajah Er memerah. Entah karena marah atau karena menahan kesedihan di hatinya.Dia mengepal tangannya dengan kuat.Hatinya kembali bergemuruh saat perkataan tajam Liana kembali menggema di ruang tamu."Dasar anak haram! Kau tidak punya hak apapun di rumah ini. Semua harta Prabujaya adalah milik putraku. Pergi kau dari sini!" Liana berteriak lantang."Diam! Jaga mulutmu!"Suara Prabujaya langsung membuat Liana terkejut. Kedua mata lentiknya membelslak lebar. "Usir mereka keluar!"Liana berkedip tak percaya saat mendengar Prabujaya mengusir mereka dari rumah itu."Apa-apaan ini, Pa? Kenapa Papa malah mengusir kami? Secara hukum aku dan Mama berhak ada di rumah ini." Rsngga berteriak tidak terima saat Daniel maju untuk mengusir mereka.Prabujaya mend