Sesampainya di restoran, Adam mendapati beberapa preman telah berdiri di depan kasir."Saya tak mau tau, serahkan seluruh uang di brangkas. Ini adalah wilayah teritorial kami!" seru seorang preman, memalak sang kasir."Kami tidak berani untuk memberikan apapun kepada orang lain tanpa sepengetahuan bos kami Tuan," ucap kasir itu."Hakkh! Cepat serahkan 500 Dollar untuk uang keamanan! Jika tidak, restoran ini akan kami tutup!" seru preman itu, mengancam.Mereka tak mengetahui siapa yang memiliki restoran itu. Jika saja mereka mengetahuinya, tak mungkin para preman itu berani berbuat onar di restoran milik Adam.Tak berselang lama, seseorang bertubuh tegap dengan seragam militer memasuki restoran dengan gagahnya.Para preman tak menyadari kedatangannya. Mereka terus melakukan intimidasi kepada seorang kasir untuk menyerahkan sejumlah uang.Banyaknya karyawan pun tak berkutik di hadapan para preman itu. Karena mereka memegang senjata.Tiba-tiba, dari belakang preman itu. Adam menarik kera
Sesampainya di istana Rudiant. Adam memasuki gerbang rumahnya dan mendapati Lusiana yang tengah duduk di depan pintu.Adam memarkirkan mobilnya, lalu keluar dari mobil dan menghampiri Lusiana."Lusiana, kamu kenapa belum tidur?" tanya Adam."Aku sedang menunggumu. Bagaimana kabarnya restoran anda?" tanya Lusiana."Lusiana, aku harus membertanya padamu. Kamu tau dimana Jhony dan Any sekarang tinggal?" tanya Adam."Tidak, aku tak pernah menghubunginya lagi setelah aku pergi dari rumah itu," ucap Lusiana.Adam lantas mengerutkan keningnya tengah berfikir."Jadi kamu pun tidak mengetahuinya. Bahwa rumah itu sekarang kosong?" tanya Adam."Kosong? Yang benar kamu. Lalu kemana ya mereka?" tanya Lusiana."Aku saja tidak tau. Kenapa kamu malah bertanya padaku Lusiana," ucap Adam.Lusiana lantas mengambil ponsel dari atas meja. Lalu menghubungi Jhony dan Any melalui sambungan telepon.Namun, belum juga ada jawaban dari mereka berdua.Lusiana tampak semakin khawatir dengan mereka. Bagaimana pun
"Kau tak perlu mengetahui siapa aku. Satu yang pasti. Lusiana akan menjadi target berikutnya," ucap seseorang itu dengan suaranya yang serak.Adam seketika membentaknya. "Apa maksud semua ini?!""Pengecut! Tampakkan wujud aslimu!" Seru Adam, dengan nada tinggi."Nanti kau akan tau siapa aku. Tunggulah saatnya tiba..."Tut...Sambungan telepon diakhiri begitu saja.Adam berniat menghubunginya kembali. Namun tiba-tiba nomor penelepon itu sudah tidak aktif.Adam tampak terdiam seribu bahasa."Adam, kenapa?" tanya Lusiana, penasaran."Baru saja ada yang meneleponku. Dia..."Tiba-tiba Adam berhenti berbicara."Ya, ada apa Adam? Katakan padaku!" ucap Lusiana."Dia sepertinya mengincarmu Lusiana," ucap Adam menatap wajah Lusiana."Mengincarku? Memangnya apa urusanku dengan dia?" tanya Lusiana."Mungkin saja dia adalah musuhku. Namun karena tak bisa menaklukkanku. Dia mengincar orang-orang yang dekat dengan ku dan kamu," ucap Adam.Namun Lusiana tampak tak merasa gentar sedikitpun mendengarny
Adam lantas kembali memilah pakaian. Dan baju kemeja motif diganti menjadi pakaian dinas militer.Paul keluar dari ruangan kamar mandi. Dan mendapati ayahnya yang telah berganti pakaian."Loh, ayah kenapa pakai baju militer? Kan kita mau ke mall!"Adam menoleh ke arah Paul. Lalu menghampirinya."Paul, maaf ya. Pagi ini ayah harus pimpin rapat sebelum melepas tugas prajurit ke Medan perang. Mungkin kita bisa ke mall setelah tugas ini," ucap Adam.Paul seketika menundukkan kepalanya dengan wajah yang masam.Adam menghampiri anak itu lalu menyentuh kepalanya."Paul, sabar ya...""Ayah harus menundanya demi tugas mulia. Kamu bisa mengerti kan?" tanya Adam, seraya mengelus rambutnya.Paul menganggukkan kepala. Dan tampak adanya kepasrahan di wajahnya."Yaudah deh gapapa yah," ucap Paul.Setelah itu, Adam berdiri dari hadapan Paul."Lusiana, Paul. Aku berangkat ya. Jaga diri kalian baik-baik," ucap Adam."Iya Ayah. Cepat pulang ya setelah bertugas," ucap Paul.Adam pun tersenyum memandang a
Tembakan balasan dilancarkan pasukan republik.Pasukan pemberontak yang bersembunyi semakin terdesak dengan serangan yang dilancarkan.Mereka pun lari tunggang langgang ke dalam hutan."Kejar mereka!"Teriak Letnan Tukman kepada para prajurit.Pasukan berlari mengejar para pasukan musuh hingga ke dalam hutan lebat.Tiba-tiba, Adam berteriak."Berhenti! Di sana banyak jebakan!"Para prajurit menghentikan langkahnya mengikuti perintah.Adam dapat membaca strategi para pasukan musuh.Operasi yang telah bocor tentu saja membuat musuh telah mengantisipasi segala kemungkinan.Letnan Tukman menghampiri Adam, "Mohon izin bertanya Jendral. Bagaimana anda mengetahui di hutan itu telah terpasang jebakan?" tanya Letnan Tukman."Kamu apakah memperhatikan? Mengapa Para pasukan musuh berlari dengan cara zig zag? Seperti menghindari sesuatu?" tanya Adam.Letnan Tukman terdiam. Lantas Adam menepuk pundaknya."Kali ini pasukan musuh telah mengantisipasi serangan ini. Untuk itu, aku perintahkan kepada k
Akhirnya para prajurit telah sampai di sisi gerbang pos 2.Penyamaran mereka menggunakan pakaian yang menyaru dengan pepohonan berhasil mengecoh Pasukan penjaga."Penembak jitu, bidik senjata ke arah atas menara. Segera lakukan tembakan tepat di kepala," ucap Adam melalui HT kepada 4 penembak jitu."Siap Jendral," ucap para penembak dengan nada pelan.Lalu senjata kedap suara diarahkan ke para penjaga yang berada di atas menara.Mereka tak menyadari adanya penembak yang membidik dari arah gerbang.Zuupp...Satu tembakan tepat mengenai kepala sang penjaga.Lalu ia jatuh seketika. Dan tembakan berikutnya dilontarkan dari senjata sang penembak jitu.Tembakan mereka sama sekali tak meleset dari sasaran.Setidaknya 5 penjaga di atas menara telah gugur tanpa perlawanan.Adam menyoroti para penjaga yang berada di depan pintu pos."Penjaga di atas menara sudah habis. Sekarang bidik ke arah penjaga yang berada di depan pintu markas," perintah Adam kepada para penembak jitu."Siap laksanakan Je
"Itu dia makhluk terkutuk Adam Rudiant! Tembak dia!" seru Seorang komandan pemberontak saat melihat Adam melangkah dengan gagahnya.Para pemberontak bersenjata seketika melepaskan tembakan ke arah Adam.Suara tembakan menggelegar memecah keheningan hutan. Puluhan peluru tak sama sekali menembus kulit sang Jendral.Hal itu tentu membuat para pasukan berfikir kembali untuk melumpuhkan Adam.Namun tak butuh waktu lama, Adam hampir berada dekat dengan keberadaan mereka.Para pemberontak begitu ketakutan lalu lari tunggang langgang. Begitu juga sang komandan melarikan diri bak seorang pecundangAdam mengeluarkan senjata Revolver dan membidik ke kepala sang komandan.Darr!Satu peluru menembus tempurung kepala sang komandan hingga ia jatuh terkapar di atas tanah.Para prajurit pemberontak memandangnya dengan terbelalak."Komandan!""Bertahanlah komandan!"Seorang prajuritnya menghampiri dan mencoba menyelamatkan.Namun apalah daya, nyawa komandan tinggal di ujung tanduk.Tampak Adam terus m
Seseorang tersebut enggan untuk membuka penutup kepalanya.Adam begitu geram lalu membuka penutup kepala itu dengan paksa.Zuupp...Saat penutup kepala terbuka, Adam seketika terkejut memandang wajah seseorang tersebut."Kau! Kenapa?!""Maafkan aku Jendral. Aku harus melakukan ini demi keluargaku. Setelah Jendral memecatku dari kesatuan. Aku terpaksa bekerja untuk pasukan pemberontak demi menghidupi keluarga," ucap seseorang tersebut yang merupakan mantan bagian dari kesatuan Pasukan Republik."Kenapa kau tak memberitahukan ku jika kau sedang kesusahan?!""Kau tak perlu menjadi pengkhianat demi menghidupi keluarga! Jika kau bicara padaku. Aku bisa menjadikan kamu menjadi bagian dari kesatuan pengawal," ucap Adam.Seseorang itu menundukkan kepalanya, terlihat adanya penyesalan dari wajahnya."Maafkan aku Jendral, aku tidak berbikir seperti jernih di saat melihat keluargaku kelaparan," ucap seseorang tersebut."Baik, kalau begitu. Mulai detik ini kamu bisa menjadi bagian dari kesatuan p