Di ruangan gelap itu, Jody hanya bisa pasrah. Jika dia berani melawan, maka konsekuensinya adalah mati."Sedikit lagi, kau akan diadili," ucap Adam. "Aku tidak takut dengan ancaman itu. Jika aku diadili. Maka Mafia lain akan mengincarmu dan keluargamu!" seru Jody, mengancam.Adam tersenyum kecut. lalu berkata, "Ya, itulah yang aku tunggu-tunggu selama ini. Yaitu kedatangan Para Mafia. Karena dengan begitu aku bisa dengan mudah membasmi mereka dari tanah Andalas."Jody tampak menyeringai, lalu ia berkata, "Kau pikir semudah itu membasmi Para Mafia? Mereka akan terus menjamur dimana-mana. Karena satu hal yang pasti, narkotika adalah barang yang sangat dicari dari berbagai kalangan."Adam langsung mengenggam kerah baju Jody, lalu mendekatkan pada wajahnya. "Tak akan! Suatu saat Mafia tak akan berani beraksi di negeri ini! Aku yang akan menjamin!""Hahaha! Bermimpilah saja kau Adam!" seru Jody.Adam mendorong Jody hingga terjungkal ke belakang bersama bangku yang didudukinya.Lalu Ia kem
"Pemuda itu lagi! tak jera juga mereka!" Adam kesal. "Memang mereka siapa Pak?" tanya seorang pengawalnya."Mereka adalah gerombolan yang merupakan seorang teman dari Wolf, anak semata wayang Jody," ujar Adam."Mereka harus diberikan tindakan Pak!" ucap pengawalnya."Ya, aku pasti akan memberikan mereka pelajaran. Dimana Si Paul dan Lusiana?" tanya Adam. "Mereka ada di dalam Pak, mereka tengah membuat kue Bolu," ucap ajudannya.Lantas Adam melangkah ke dalam rumah. Dan menuju ke arah dapur.Ia mendapati Lusiana tengah mengajari Paul membuat Kueh. Membuat Adam tersenyum memandang mereka.Adam melangkah menghampiri mereka. "Kalian sedang apa?" tanya Adam."Eh, ayah sudah pulang ya. Kami sedang membuat Kueh Bolu. Kamu mau?" tanya istrinya. Adam seketika menjawab, "Boleh, mau aku minta dong yang sudah jadi.""Paul, ayo kasih Ayah kuehnya," ucap Lusiana. Lalu Paul memotong Kueh Bolu itu dan memberikannya kepada Adam."Ini Ayah," ucap Paul.Adam langsung mencicipinya dengan sendok. "Hmm
Wolf mengambil sebatang rokok dari kantung jaketnya, lalu menyalakan rokok itu dan menghembuskannya ke wajah Adam.Wusss...Gumpalan asapnya tepat mengenai wajah."Kau ingin kami menurutimu, Jendral Besar?" ucap Wolf dengan tersenyum kecut.Adam yang duduk dengan menatap dingin. Masih bersikap tenang atas perlakuan itu."Aku adalah Tuan rumah. Apakah kau tidak diajarkan sopan santun saat bertamu?!" tanya Adam, menahan amarahnya."Heh, Apa kau tidak berkaca? Saat kau menarik paksa Ayahku dari rumahnya? Kau tak memandangnya sebagai tuan rumah!""Tapi sudahlah, sekarang Kami akan menyandra satu penjaga rumahmu itu sebagai jaminan kebebasan Jody," ucap Wolf.Lalu Wolf menoleh ke seorang temannya yang menodongkan senjata."Hey, jangan turunkan senjata itu. Yang lain, ikat kedua tangannya!" seru Wolf kepada teman-temannya.Dan seseorang yang tengah menodongkan senjatanya seketika mengunci leher sang penjaga. Dan yang lainnya melucuti senjata petugas itu lalu membelenggu kedua tangannya meng
"Jadi Jendral tidak menerima saya di kesatuan?!" tanya Wolf dengan sedikit nada tinggi.Kedua tangannya mengepal dan kedua matanya sedikit terbuka lebar.Para prajurit seketika mengokang senjatanya.Namun, Jendral Rio langsung mengangkat satu tangannya. Mengisyaratkan kepada para pasukannya untuk tidak bertindak lebih jauh."Kamu jangan marah dulu. Kamu masih bisa bergabung dengan pasukan. Tapi Aku akan memberimu syarat," ucap Jendral Rio.Lantas Wolf mengerutkan keningnya, lalu bertanya, "Apa syarat yang akan kau berikan?""Besok pagi, aku berencana akan mengirim opium ke kota Talacar untuk menawarkan kerja sama kepada Kartel Templar. Dan aku akan menugaskanmu untuk menawarkannya langsung kepada pemimpin Kartel. Jika dia menerima tawaran. Maka kau bisa bergabung dengan kesatuan kami," ucap Jendral Rio.Wolf pun seketika berpikir dan memegangi dagunya.Lalu ia menganggukkan kepala dan berkata, "Oke, aku terima tugas ini," ucapnya, singkat.Mereka pun saling berjabat tangan. Menandakan
Wolf pun tampak sumringah setelah dirinya diterima bergabung dalam kesatuan."Terima kasih Jendral Rio. Saya berjanji akan memegang tugas ini dengan baik," ucap Wolf, antusias.Jendral Rio menganggukkan kepala. "Aku percaya kaulah orang yang tepat untuk memegang tugas ini. Dan kini, kau bisa mulai bekerja."Lantas Jendral Rio memberikan satu stel pakaian militer kepada Wolf.Wolf tampak begitu senang menerimanya. Tugas ini akan menjadi tantangan baru baginya.***Di sore ini, Adam bersama keluarga kecilnya tengah menjenguk Irene di rumah sakit. Setelah Irene dikabarkan semakin melemah karena penyakit kronis yang semakin parah semenjak dia mengalami stress.Adam duduk di sebuah bangku lipat bersama Lusiana yang duduk tepat di samping Adam seraya memangku Paul.Penyakit kronis Itu seakan menggerogoti tubuhnya. Dan kini Irene hanya bisa terkapar di atas kasur dengan kondisi yang sangat lemah."Kak, sepertinya waktuku tak akan lama lagi. Aku akan menyusul ayah dan ibu. Maafkan jika aku me
Setelah Irene dimakamkan. Adam dan Lusiana masuk ke dalam rumah.Sementara di luar rumah. Para pengunjung dari berbagai kalangan masih berdatangan. Kematian Irene menjadi duka bagi semua orang.Karangan bunga memenuhi halaman rumah. Ucapan bela sungkawa berdatangan silih berganti.Di tengah kerumunan itu, seseorang tengah memperhatikan keadaan di dalam rumah.Memakai jaket hitam serta berkaca mata hitam.Di kesempatan ini, seseorang itu mengendap-endap masuk.Namun seketika seorang penjaga menghampirinya. "Hey kamu!"Sebuah senjata kedap suara sedikit dikeluarkan dari balik jaket.Syutt...Seketika satu buah peluru melesat dengan cepat mengenai perutnya.Dan penjaga itu pun tumbang tanpa suara. Sementara semua orang tak menyadari. Bahwa seseorang tengah mengendap masuk ke dalam rumah."Lihat itu, Ajudan Pak Adam!" Seorang warga terkejut memandang tubuh yang terkapar.Dan sontak saja seluruh pengunjung teralihkan perhatiannya. Begitu juga seluruh Ajudan langsung menghampiri tubuh penja
Seorang utusan itu bergidik ngeri membayangkan akan hukuman yang akan menimpanya.Jika saja ia ketahuan membocorkan rahasia William kepada Adam. Maka kepalanya terancam akan dipenggal.Dan akhirnya Sang utusan memilih kabur dari William dengan membawa 5000 Dollar yang dijanjikan."Ba–baik Pak, aku berjanji tidak akan kembali kepada Bosku," ucapnya.Adam menoleh kepada para pengawalnya. "Bawa dia keluar dari rumah ini dan tolong beri dia 5000 Dollar dari berangkasku! Cepat!""Siap Pak!" Jawab para anak buahnya."Terima kasih Pak Adam. Aku tak menyangka ternyata anda sebaik ini. Jika saja aku tau bapak seperti ini aku tak akan mau menuruti perintah Bosku itu," ucapnya, memelas."Ya sudah, sekarang silahkan kau pergi dari rumahku!" Seru Adam.Penyusup itu lantas digiring oleh para pengawalnya menuju ke luar ruangan.Di ruangan itu hanya tersisa Adam dan beberapa anak buahnya."Kita harus cepat beranjak ke kediaman William. Aku harus memberi peringatan keras atas apa yang diperbuatnya!""
Adam dengan cepatnya menundukkan kepala, mengelak dari dua kepalan tangan yang mengarah ke kepalanya.Wuss!Serangan itu pun meleset dari sasaran."Hey, hanya seperti itu serangan kalian?" ucap Adam, memancing amarah mereka.Dua manusia besar itu pun naik pitam. Mereka membuka bajunya hingga tampak tubuhnya yang begitu kekar."Ku habisi kau manusia tengik!" seru salah satunya.Seketika mereka menyerang Adam dengan melayangkan dua pukulan ke arah perut Adam.Bakk!Kali ini pukulan itu mengenai perutnya. Hingga ia terdorong ke belakang.Adam merasakan dua lawan kali ini memiliki kekuatan yang melebihi Rudolf yang pernah dilawannya.Ia memegangi perutnya seraya menahan sakit pada organ dalamnya."Akh! Ternyata benar. Mereka bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh. Pantas saja jika dapat membunuh seekor harimau," ucap Adam, dalam benaknya.Dua pria bertubuh 2 meter itu langsung berlari dan melayangkan sebuah pukulan membabi buta.Adam kali ini terdorong-dorong ke belakang karena kekuatan
Wanita itu tampak begitu agresif kepada Adam. Membuat Adam semakin geram kepadanya."Aku tidak mengenalmu!""Pergi Kamu!" Adam membentak wanita itu.Namun perempuan itu semakin tak terkendali layaknya seorang pemabuk."Sayang, jangan begitu dong. Kamu kan sudah menyewa jasaku. Harusnya kamu menerima aku untuk melayani kamu...""Pergi!" Tiba-tiba Adam mendorong wanita itu lalu melangkah pergi begitu saja.Ia meninggalkannya di luar gerbang seorang diri.Namun sebenarnya, wanita itu tidaklah datang seorang diri.Ia melirik sambil tersenyum seseorang di sisi jalanan yang tengah merekam video.Lalu ia memberikan sebuah jempolnya yang menandakan semua berjalan dengan lancar.***Adam kembali ke dalam pagar dan menghampiri Lusiana yang tengah berdiri menunggunya di pekarangan."Ada apa sih? Kenapa ada suara seorang wanita?" tanya Lusiana, khawatir."Orang gila baru saja datang di rumah kita. Abaikan, Kita masuk saja ke rumah," ucap Adam.Lusiana yang penasaran tiba-tiba melangkahkan kaki ke
Mendengar permintaan Any, Lusiana dan Adam saling bertatapan.Lalu Lusiana kembali menatap Any seraya menggelengkan kepala. "Aku gak tau lagi harus berbicara apa. Jumlah itu terlalu besar. Untuk apa uang sebanyak itu ma?"Any lantas menjawab, "Sejujurnya, mama terpaksa meminjam uang kepadamu. Dikarenakan Mama memiliki hutang pada bank dan harus diganti dalam satu bulan ini.""Astaga, hutang untuk apa ma?" tanya Lusiana."Mama baru saja membeli mobil baru. Mobil yang lama sudah reot. Mama malu membawanya," Ucap Any.Mengetahui hal itu, Lusiana semakin murka terhadap Any. Kehidupannya yang terlalu hedonis membuat Any terjebak ke dalam jeratan hutang."Mama sangat keterlaluan. Padahal mobil mama masih bagus dan layak pakai. Kenapa Mama mudah sekali membuang-buang uang untuk suatu hal yang kurang berguna!" Seru Lusiana."Mama malu, Teman-teman arisan Mama sudah memiliki mobil baru yang mewah. Tapi mama, selama 3 tahun ini belum mengganti mobil baru," Jawab Any.Mendengarnya ucapan Any, me
Setelah memakan waktu setengah jam perjalanan, mobil yang membawa Adam telah tiba di AR Hospital.Mereka keluar dari mobil lalu seorang penjaga keamanan seketika menghampiri."Selamat datang pak Adam dan ibu Lusiana," Ucap penjaga keamanan tersebut."Terima kasih, apakah semua sudah berkumpul di ruang rapat?" tanya Adam."Sudah pak. Silahkan bapak menuju ke sana. Karena seluruh petinggi sudah menunggu bapak," Ucap sang petugas keamanan.Lalu Adam berbalik badan dan menatap Lusiana yang tengah duduk di bangku tengah."Lusiana, kamu mau ikut denganku ke dalam?" tanya Adam.Lusiana tampak tengah memperhatikan ponselnya. Namun ia seketika berbalik arah memandang Adam dan berkata."Tidak, biar aku akan menunggumu saja. Aku sedang berkomunikasi dengan keluarga," Ucap Lusiana."Baik, tak apa. Kamu tunggu saja di sini. Aku akan kembali beberapa jam lagi," Jawab Adam."Aduh, apakah bisa sedikit dipercepat?""Aku harus ke rumah mama. Karena keadaan mama sedang tidak baik-baik saja," ucap Lusian
Setelah dua jam pertempuran berdarah. Suara sirine ambulance terdengar berdatangan. Untuk membawa jasad seluruh anggota mafia dan dua pemimpinnya untuk kemudian dibawa menuju ke rumah sakit kepolisian.Adam dan seluruh pasukannya kembali ke Kediamannya.Di istana Rudiant, Lusiana dan Paul menunggunya dengan harap-harap cemas.Kala mobil Pasukan telah tiba, raut wajah sumringah seketika terpancar dari wajah Lusiana.Adam keluar dari mobil langsung menghampiri Lusiana yang tengah menggendong Paul."Lusiana! Kamu sudah menungguku dari tadi?" tanya Adam, seraya melangkah mendekati istri dan anaknya."Aku sudah sangat mengkhawatirkanmu, kamu kenapa lama sekali pulangnya?" tanya Lusiana."Kami mendapat perlawanan sengit saat melakukan penyergapan. Beruntung seluruh pasukan selamat dalam bertugas," Ucap Adam."Bagus kalau begitu, aku pikir akan banyak memakan korban. Tapi ternyata semua baik-baik saja," Ucap Lusiana."Ya sudah, mari kita masuk rumah. Aku sudah sangat lelah dan lapar,"ucap Ad
Mendengar suara bising di ruangan parkir, membuat semua orang mengalihkan perhatiannya."Tolong periksa di ruangan parkir!" Seru Dasvanco kepada anak buahnya."Siap tuan!" Jawab salah satu anak buahnya.Lalu dua anak buah menuju ke ruangan parkir yang tak jauh dari ruangan tengah.Sesampainya di parkiran mobil, mereka terkejut melihat ban mobil yang telah kempes."Sungguh aneh! Bagaimana mungkin ban mobil ini bisa kempes dengan sendirinya," Ucap salah satu mafia, terlihat keheranan."Biar aku yang memeriksanya," Ucap rekannya.Lalu ia memeriksa ban mobil itu dengan seksama.Tiba-tiba sebuah peluru melesat menembus kepala dua mafia tersebut.Dua anggota mafia seketika tewas di tempat.Hingga 10 menit berselang, Dasvanco menunggu dua anak buahnya. Namun tak kunjung kembali ke hadapannya."Kenapa mereka berdua tidak kembali! Tolong periksa keadaan mereka!" Seru Dasvanco."Siap Tuan,"jawab salah satu anak buahnya.Lalu ia menuju ke ruangan parkir tersebut.Dan selang beberapa menit, satu
Saat malam mulai menjelang, sebuah mobil audy hitam telah tiba di depan istana Rudiant.Dua pengawal seketika menghampiri untuk menyambutnya."Selamat malam Tuan Jody, senang anda bersedia untuk datang memenuhi panggilan. Pak Adam sudah menunggu anda," Ucap Sang pengawal."Ya, di mana dia sekarang?" tanya Jody."Pak Adam sudah menunggu anda di ruang tamu. Silahkan masuk Tuan," Ucap sang pengawal."Baik, Terima kasih," Jawab Jody.Lalu ia melangkah menuju ke arah pintu rumah. Saat ia memasuki rumah bak istana tersebut.Adam langsung berdiri dari bangku sofa. Dan menyambut kedatangan Jody."Selamat datang Jody, bagaimana kabar anda sekarang?" tanya Adam, seketika menyodorkan tangan kepadanya."Aku baik-baik saja. Bagaimana juga dengan keadaan anda sekarang?" tanya Jody."Akhir-akhir ini, aku dibuat pusing oleh para mafia. Mereka sedang gencar-gencarnya melakukan serangan balas dendam. Tadi pagi, rumah sakit diserang oleh seseorang tak dikenal. Dan aku mengundang kamu kesini untuk menany
Sekelebat bayang seketika melesat dan secara mengejutkan, George telah menghilang dari hadapan Adam.Kecepatan gerakan George membuat seluruh mata yang melihatnya begitu terperangah.Kepalan tinju yang ia layangkan meleset dari sasaran. Dan tiba-tiba sebuah tendangan mengarah ke kepala Adam.Adam terdorong ke depan terkena tendangan yang mengenai belakang kepalanya.Namun tubuhnya yang besar dan kuat tak akan mudah ditumbangkan oleh kekuatan George. Bahkan jika sebuah mobil menabraknya dengan kecepatan tinggi.George bersiul, Adam langsung teralihkan oleh suara di belakangnya.Dan seketika, sebuah tinju melesat menghantam wajah Adam.Kecepatannya yang sangat tinggi membuat Adam kesulitan untuk menghindarinya.Adam kembali terdorong ke belakang dengan keadaan yang hampir terjungkal.George tertawa terpingkal-pingkal melihat Adam yang kewalahan."Hahaha! Jendral sampah!""Ternyata kekuatanmu tak seberapa bagiku!" Seru George, tertawa puas.Lantas Adam kembali menegakkan badannya. Lalu m
12 jam telah berlalu, namun tanda-tanda kedatangan kelompok Mafia belum juga terlihat.Kendaraan barakuda telah disiagakan di beberapa sudut kota.Sniper tentara Nasional bersembunyi di antara bangunan-bangunan di pusat kota.Di ruangan pribadi Jendral Adam. Letjen Charles tengah duduk di hadapannya."Aku rasa mereka sudah tau bahwa rencana mereka telah bocor," ucap Adam."Tapi tidak mungkin mereka takut walaupun pusat kota telah dijaga ketat oleh pasukan khusus. Mereka memiliki peralatan tempur yang mumpuni untuk melawan pasukan," ucap Letjen Charles."Berarti ini adalah bagian dari strategi mereka untuk mengelabuhi kita. Mereka pasti memiliki mata-mata yang tersebar di dalam kota. Dan untuk memancing kedatangan mereka. Tarik pasukan Barakuda. Jangan sampai terlihat mencolok. Cukup dengan pasukan-pasukan sniper dan Intel untuk menyebar di penjuru kota," ucap Adam."Baik, aku akan instruksikan aparat di lapangan untuk kembali ke markas. Sementara persenjataan akan dikirim melalui mobi
Sesampainya di Kota Wales. Pemandangan tak biasa menghiasi kota.Suara riuh warga begitu terdengar. Mereka berjalan beriringan dengan satu tuntutan. "Jendral Pelanggar HAM harus dihukum mati."Banyak warga yang terprovokasi dengan berita di media. Tanpa mengetahui kebenaran yang jelas dari sebuah informasi.Di sebuah jalanan yang dipenuhi oleh demonstran.Adam yang berada di dalam mobil dengan berani keluar menghampiri para demonstran.Sontak saja para warga berlarian lalu menyerang Adam."Itu dia pembunuhnya!""Orang seperti ini tidak pantas disebut Jendral!"Banyak para warga yang tersulut emosi."Tenanglah Masyarakat!""Saya akan bicara yang sebenarnya terjadi!""Semua masalah ini sudah selesai!"Namun para warga tak mengindahkan perkataan Adam.Hingga puluhan batu terlempar mengenai kepala Adam.Lalu seketika para pengawal dari tentara dan kepolisian membentuk barisan.Para demonstran begitu terkejut melihat Adam yang tak terdapat sedikitpun luka."Biarkan aku mendekati mereka! Ak