"Jadi Jendral tidak menerima saya di kesatuan?!" tanya Wolf dengan sedikit nada tinggi.Kedua tangannya mengepal dan kedua matanya sedikit terbuka lebar.Para prajurit seketika mengokang senjatanya.Namun, Jendral Rio langsung mengangkat satu tangannya. Mengisyaratkan kepada para pasukannya untuk tidak bertindak lebih jauh."Kamu jangan marah dulu. Kamu masih bisa bergabung dengan pasukan. Tapi Aku akan memberimu syarat," ucap Jendral Rio.Lantas Wolf mengerutkan keningnya, lalu bertanya, "Apa syarat yang akan kau berikan?""Besok pagi, aku berencana akan mengirim opium ke kota Talacar untuk menawarkan kerja sama kepada Kartel Templar. Dan aku akan menugaskanmu untuk menawarkannya langsung kepada pemimpin Kartel. Jika dia menerima tawaran. Maka kau bisa bergabung dengan kesatuan kami," ucap Jendral Rio.Wolf pun seketika berpikir dan memegangi dagunya.Lalu ia menganggukkan kepala dan berkata, "Oke, aku terima tugas ini," ucapnya, singkat.Mereka pun saling berjabat tangan. Menandakan
Wolf pun tampak sumringah setelah dirinya diterima bergabung dalam kesatuan."Terima kasih Jendral Rio. Saya berjanji akan memegang tugas ini dengan baik," ucap Wolf, antusias.Jendral Rio menganggukkan kepala. "Aku percaya kaulah orang yang tepat untuk memegang tugas ini. Dan kini, kau bisa mulai bekerja."Lantas Jendral Rio memberikan satu stel pakaian militer kepada Wolf.Wolf tampak begitu senang menerimanya. Tugas ini akan menjadi tantangan baru baginya.***Di sore ini, Adam bersama keluarga kecilnya tengah menjenguk Irene di rumah sakit. Setelah Irene dikabarkan semakin melemah karena penyakit kronis yang semakin parah semenjak dia mengalami stress.Adam duduk di sebuah bangku lipat bersama Lusiana yang duduk tepat di samping Adam seraya memangku Paul.Penyakit kronis Itu seakan menggerogoti tubuhnya. Dan kini Irene hanya bisa terkapar di atas kasur dengan kondisi yang sangat lemah."Kak, sepertinya waktuku tak akan lama lagi. Aku akan menyusul ayah dan ibu. Maafkan jika aku me
Setelah Irene dimakamkan. Adam dan Lusiana masuk ke dalam rumah.Sementara di luar rumah. Para pengunjung dari berbagai kalangan masih berdatangan. Kematian Irene menjadi duka bagi semua orang.Karangan bunga memenuhi halaman rumah. Ucapan bela sungkawa berdatangan silih berganti.Di tengah kerumunan itu, seseorang tengah memperhatikan keadaan di dalam rumah.Memakai jaket hitam serta berkaca mata hitam.Di kesempatan ini, seseorang itu mengendap-endap masuk.Namun seketika seorang penjaga menghampirinya. "Hey kamu!"Sebuah senjata kedap suara sedikit dikeluarkan dari balik jaket.Syutt...Seketika satu buah peluru melesat dengan cepat mengenai perutnya.Dan penjaga itu pun tumbang tanpa suara. Sementara semua orang tak menyadari. Bahwa seseorang tengah mengendap masuk ke dalam rumah."Lihat itu, Ajudan Pak Adam!" Seorang warga terkejut memandang tubuh yang terkapar.Dan sontak saja seluruh pengunjung teralihkan perhatiannya. Begitu juga seluruh Ajudan langsung menghampiri tubuh penja
Seorang utusan itu bergidik ngeri membayangkan akan hukuman yang akan menimpanya.Jika saja ia ketahuan membocorkan rahasia William kepada Adam. Maka kepalanya terancam akan dipenggal.Dan akhirnya Sang utusan memilih kabur dari William dengan membawa 5000 Dollar yang dijanjikan."Ba–baik Pak, aku berjanji tidak akan kembali kepada Bosku," ucapnya.Adam menoleh kepada para pengawalnya. "Bawa dia keluar dari rumah ini dan tolong beri dia 5000 Dollar dari berangkasku! Cepat!""Siap Pak!" Jawab para anak buahnya."Terima kasih Pak Adam. Aku tak menyangka ternyata anda sebaik ini. Jika saja aku tau bapak seperti ini aku tak akan mau menuruti perintah Bosku itu," ucapnya, memelas."Ya sudah, sekarang silahkan kau pergi dari rumahku!" Seru Adam.Penyusup itu lantas digiring oleh para pengawalnya menuju ke luar ruangan.Di ruangan itu hanya tersisa Adam dan beberapa anak buahnya."Kita harus cepat beranjak ke kediaman William. Aku harus memberi peringatan keras atas apa yang diperbuatnya!""
Adam dengan cepatnya menundukkan kepala, mengelak dari dua kepalan tangan yang mengarah ke kepalanya.Wuss!Serangan itu pun meleset dari sasaran."Hey, hanya seperti itu serangan kalian?" ucap Adam, memancing amarah mereka.Dua manusia besar itu pun naik pitam. Mereka membuka bajunya hingga tampak tubuhnya yang begitu kekar."Ku habisi kau manusia tengik!" seru salah satunya.Seketika mereka menyerang Adam dengan melayangkan dua pukulan ke arah perut Adam.Bakk!Kali ini pukulan itu mengenai perutnya. Hingga ia terdorong ke belakang.Adam merasakan dua lawan kali ini memiliki kekuatan yang melebihi Rudolf yang pernah dilawannya.Ia memegangi perutnya seraya menahan sakit pada organ dalamnya."Akh! Ternyata benar. Mereka bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh. Pantas saja jika dapat membunuh seekor harimau," ucap Adam, dalam benaknya.Dua pria bertubuh 2 meter itu langsung berlari dan melayangkan sebuah pukulan membabi buta.Adam kali ini terdorong-dorong ke belakang karena kekuatan
Sebuah firasat seketika muncul dari alam bawah sadar.Ia menoleh ke arah sebuah ruangan tengah. Seperti ada sesuatu yang menariknya untuk mencari tau.Di saat Adam melangkah di ruangan itu. tak sengaja ia menendang sebuah keset.Adam menoleh ke arah keset itu. Firasatnya semakin kuat terasa.Kemudian ia mengangkat keset itu perlahan-lahan. Dan ternyata, ada sebuah tombol di baliknya."Sudah ku duga," gumam Adam. Lantas para polisi berdatangan menghampiri Adam."Ada apa Pak Adam?" tanya seorang polisi yang penasaran.Adam menunjukkan sebuah tombol itu."Kalian lihat. Mungkin ini petunjuk kuat," ucap Adam. Seorang Polisi mencoba memencet tombol itu. Tiba-tiba, sebuah pintu rahasia dari balik lemari buku terbuka lebar.Sontak saja mereka terkejut memandang pintu itu."Ternyata ada sesuatu di sana!" Komjen Hady berlari ke arah pintu itu.Dan ternyata, di belakang pintu itu terhubung oleh sebuah sungai."Tak salah lagi, mereka keluar lewat jalan ini," ucap Komjen Hady.Adam melangkah ke
Tiga orang pengawalnya langsung mengarahkan sepucuk senjata ke arah Adam.Dengan cepatnya, Adam mengeluarkan sebuah pistol Revolver dari balik baju dan menembak tangan para pengawal itu hingga menjatuhkan senjatanya.Mereka merintih kesakitan dengan luka tembak di tangannya.Adam langsung mengejar William yang masuk ke dalam ruangan pribadinya.Saat Adam mendobrak pintu. William mengarahkan sebuah senjata Shotgun ke arahnya."Hey, binatang jalang. Mati kamu!"Darr!Adam melompat dengan cepat lalu hinggap di hadapan William.Sebuah Shotgun yang dipegangnya seketika dirampas oleh Adam lalu memukul kepala William menggunakan gagang senjata.Baakk!William langsung terkapar dengan luka di keningnya."Aksimu hanya sampai di sini William!"Adam mengarahkan Shotgun itu ke arah kepalanya.William pun mengangkat kedua tangannya. Menandakan atas penyerahan diri."Ampun! Saya menyerah!" Seru William, dengan begitu ketakutan."Berdiri kamu Babi rakus! Sedikit lagi perut buncitmu akan ku koyak!" A
Kabar kematian lima pemberontak itu telah terdengar di telinga Jendral Rio.Melalui berita media massa yang menyiarkan tentang penyerangan itu.Jendral Rio di ruangan pribadinya murka hingga menggebrak meja.Brakk!"Wolf!""Siap Jendral!" Jawab Wolf, yang kini menjadi asistennya."Cari orang yang terkuat di Negeri manapun untuk menghadapi Adam. Saya sudah sangat muak dengan keberadaannya!" seru Jendral Rio, dengan nada tinggi."Baik Jendral, tapi apakah memungkinkan untuk mencari manusia yang memiliki kemampuan yang bisa menandingi Adam?" tanya Wolf. "Sebenarnya, ada seseorang yang memiliki kemampuan seperti dia. Tapi manusia itu berada di Negeri seberang sana. Tepatnya di negeri Narada. Dia bernama Ricky, Kamu bisa mencari keberadaan dia? Aku akan membayar berapapun untuk jasanya," ucap Jendral Rio."Siap Jendral, aku akan mencoba mencari keberadaan Ricky. Tapi, bolehkah aku meminta sesuatu kepada Jendral?" tanya Wolf. "Apa yang kau minta?" tanya Jendral Rio."Aku hanya minta untuk