"Jadi ini kediaman Tuan Ricky?" tanya Wolf kepada seseorang yang menuntunnya.Wolf terkejut dengan sesuatu yang dilihatnya. Kali ini ia benar-benar tak menyangka ternyata seseorang yang dicarinya adalah orang yang disegani di Negeri Narada.Kala ia berjalan di depan Istananya, Wolf tercengang kala puluhan pasukan melakukan penghormatan padanya."Selamat datang Tuan. Ini adalah istana Tuan Ricky Julian. Silahkan masuk untuk bertemu Tuan besar," ucap seorang yang tengah berdiri di depan rumah yang sungguh megah itu."Te–terima kasih Pak," ucap Wolf dengan sedikit terbata-bata.Lantas Wolf melangkah bersama seseorang yang menuntunnya itu melalui karpet merah ke sebuah singasana.Di atas singasananya, Ricky tengah duduk seraya mengangkat kedua kakinya di antara para wanita-wanita.Saat Wolf berada di hadapannya. Seorang pengawal memberikan isyarat untuk menundukkan kepala.Wolf menoleh ke arah seorang pengawal itu. Dan ia menuruti saja perintahnya.Lantas Ricky menurunkan kakinya dari ban
Namun Adam masih berdiri dengan menahan kedua kakinya. Lantas ia menatap tajam kedua mata Ricky."Rupanya kau ingin membuat masalah di kediamanku!"Ricky seketika menyeringai dan berkata, "Aku bukan hanya ingin membuat masalah. Tapi aku datang ke sini untuk menghabisi nyawamu!"Adam tak sama sekali terlihat gentar menanggapi ucapan itu."Kau ingin membunuhku? Apa urusanmu kepadaku?" tanya Adam. Ricky pun tersenyum mendengar ucapan Adam. "Kau tak sadar? Musuhmu sangatlah banyak di negeri ini. Sikapmu yang berlagak pahlawan itu membuatku terpanggil untuk datang ke sini dan menghabisimu!""Sudahlah, kau tak usah menampik jika dirimu hanyalah orang bayaran. Kau dibayar oleh Jendral Rio untuk menghabisiku, bukan?!" Adam, tersenyum kecut."Ya, siapa di dunia ini yang tidak tergiur dengan bayaran besar. Apalagi tugasku tak terlalu berat dengan melawanmu," ucap Ricky."Buktikan saja, seberapa besar kemampuanmu untuk menghabisiku!" seru Adam, menantang. Ricky melangkah santai ke hadapan Adam
Saat Adam berusaha berdiri, Ricky secara tiba-tiba muncul di hadapan dan menginjak kepalanya hingga membuat kepalanya terbentur tanah.Ricky kemudian menekan kepala Adam dengan keras dan meninjak-injak wajahnya bertubi-tubi.Para anak buah Adam tak terima melihat Sang Tuannya diperlakukan seperti itu. Mereka langsung berlarian dan menyerang Ricky.Namun, Ricky menghalau mereka hanya dengan satu peringatan.Kala belati dikeluarkan dari pinggangnya. Seketika sebuah belati dilemparkan ke arah salah satu pengawal Adam hingga menancap di kepalanya.Seorang pengawal itu seketika tewas di tengah kerumunan.Mereka pun mundur kala melihat seorang rekannya tewas bersimbah darah.Namun, salah satu pengawal itu menatap tajam ke arah Ricky."Kita tidak bisa tinggal diam. Dia adalah orang asing yang datang. tapi, tiba-tiba dengan beraninya melecehkan kita dan terutama Pak Adam!" Seru salah satu pengawal, dengan amarah dalam dada.Ucapan itu seketika mengobarkan semangat para pengawal.Tanpa rasa ra
Di ruangan pribadinya, Adam melakukan diskusi dengan para anak buahnya."Belakangan ini, penyerangan kian semakin gencar di rumah ini. Untuk itu aku berniat melatih kalian untuk menjadi lebih mahir dalam menguasai ilmu bela diri. Serta mengasah kemampuan kalian dalam menembak," ucap Adam, di hadapan para pasukannya."Kami setuju Pak, belakangan lawan kita semakin kuat saja. Apa lagi hari ini terdapat satu korban yang tewas akibat serangan musuh," ucap anak buahnya."Pasukan yang tewas akan saya berikan penghormatan yang sebesar-besarnya. Dan tunjangan pasti diberikan kepada keluarga yang bersangkutan. Lantas apakah dia sudah dibawa ke rumah sakit?" tanya Adam."Kami sudah membawanya Pak. Tapi nyawa dia tetap tak tertolong," Ucap salah satu anak buahnya."Baik kalau begitu, kita doakan semoga beliau damai di sisinya. Mulai sekarang kalian wajib melakukan latihan di pagi hari. Aku akan menyewakan ahli penembak dan ahli bela diri untuk melatih kalian semua. Mengerti?!""Siap mengerti Pak
Di Taman bermain Highfield, tempat Paul bermain dengan ditemani seorang Asisten.Para pengawal mencurigai adanya sebuah kerumunan yang tengah duduk di sebuah warung kopi sedari pagi.Dan beberapa jam kemudian para pengawal lain berdatangan ke lokasi."Selamat siang, apakah di sini masih kondusif?" tanya seorang pengawal yang baru saja datang."Kami sedang mencurigai adanya pihak yang tengah mengintai. Karena kerumunan di warung kopi itu sedari pagi masih juga di sana. Dan sesekali mereka memperhatikan kami," ujarnya.Sementara itu, di taman bermain tersebut. Anak-anak tampak tengah bermain riang."Lakukan penjagaan ketat di pintu gerbang, biarkan kami menjaga ke dekat warung kopi," ucap seorang pengawal yang baru datang."Siap," jawab pengawal itu. Lantas sebagian melangkah ke arah pintu gerbang.Saat pengawal lain menuju ke warung kopi. Tiba-tiba kerumunan itu berdiri dari bangku.Hal itu tentu saja membuat para pengawal merespon dengan bersiap memegang senjata.Namun kerumunan orang
Adam melangkah dengan gagah berani menuju keluar gerbang.Di depan gerbang, tiga orang bertubuh tegap tengah berdiri seraya menyilangkan kedua tangannya.Saat Adam keluar gerbang, mereka menoleh ke arah Adam dengan mata terbelalak."Kau yang bernama Adam Rudiant?!""Ya, kenapa?" tanya Adam, dengan mengangkat dagunya."Ini adalah saatnya kau mempertanggung jawabkan semua yang kau lakukan!" seru seseorang yang tengah berdiri di depan di antara tiga orang lainnya."Mempertanggung jawabkan apa maksud kamu? Semua yang saya lakukan adalah untuk menegakkan kebenaran. Jika kalian merasa dirugikan dengan apa yang saya lakukan tandanya kalian berjalan di jalan yang salah! itulah konsekuensi dari perbuatan kalian!" ucap Adam, tegas."Berani sekali anda berbicara seperti itu!"Seseorang tersebut tiba-tiba menepuk tangannya satu kali, dan seketika empat pria bertubuh kekar keluar dari mobil yang terparkir di sisi jalan."Siapa sebenarnya kalian?" tanya Adam."Kau tak perlu banyak bertanya. Kami ak
Wusss...Ricky mengelak dengan cepat lalu menangkap kaki Adam hanya dengan satu tangannya.Sebuah tendangan keras langsung mengarah ke perut Adam.Kaki baja Ricky telah membuat Adam terlempar.Di sudut sana, Ducky masih berusaha berdiri seraya memegangi perutnya yang terasa sakit. Matanya tampak menatap tajam ke arah Ricky.Ricky dengan tersenyum puas berkata. "Ternyata kekuatan kalian semua tak ada artinya di hadapanku!"Sekarang saatnya untuk menghabisi kalian!"Ricky berlari ke arah Ducky dengan mengepalkan kedua tangannya. Tatapan matanya bagaikan tatapan elang yang bersiap untuk mencengkram mangsa.Adam seketika bangkit dengan ancang-ancang sebuah serangan."Hey iblis! Berhenti menyerang dia!""Langkahi mayatku dulu jika kau ingin menghabisinya!" seru Adam.Ricky seketika berhenti melangkah, dan langsung menoleh ke arah Adam."Jadi kau menantangku untuk menghabisimu?!" seru Ricky, menyeringai."Ya, aku menantangmu binatang jalang!" seru Adam dengan lantang.Ricky pun naik pitam m
Di depan markas kemiliteran, suara tembakan terdengar bersautan.Gerombolan preman bersenjata melepaskan tembakan melalui balik mobil anti peluru.Letjen Charles yang tengah bersembunyi di balik dinding langsung menghubungi Adam."Selamat Sore Jendral," ucap Letjen Charles."Ya selamat sore, aku akan segera ke sana sekarang!" seru Adam melalui sambungan telepon."Baguslah jika Jendral sudah mengetahuinya. Kami dalam keadaan genting dan membutuhkan Jendral sekarang! Jumlah mereka terlampau banyak dibanding pasukan kami," ucap Letjen Charles."Apakah kamu sudah mengumpulkan seluruh pasukan?" tanya Adam."Sudah Jendral. Tapi tetap saja massa mereka terlampau banyak. Seluruh Pasukan di markas Kota Houston sedang dikerahkan untuk melakukan penyerbuan ke Hutan Terlarang hari ini. Di markas ini tersisa pasukan penjaga!""Baik, aku akan segera kesana," ucap Adam, lalu sambungan telepon diakhiri.Kemudian Charles kembali meletakkan ponselnya di saku celana. Lalu menghubungi pasukannya melalui