“Hai cantik, siapa namamu?” Gamma berjongkok dan menghulurkan tangan pada bocah perempuan manis di hadapannya. Mata bulat bocah itu entah kenapa tiba-tiba membuat kerinduannya pada seseorang kembali menyesakkan dada. Sejak pesta dimulai, gadis mungil ini sudah menarik perhatiannya, karena berlarian di antara para tamu tanpa merasa malu atau takut layaknya gadis seusianya.“Jelow,” jawab gadis kecil itu dengan suara menggemaskan. Mata bulatnya berkali-kali berkedip terganggu oleh poninya yang terlalu panjang. Dia mengenakan pakaian seperti para pelayan pesta, membuatnya terlihat sangat menggemaskan.Gamma menyibak poni Jelow, membuat gadis manis itu tersenyum. Senyumannya membuat dada Gamma menghangat, terlebih Jelow tanpa ragu menyambut tangannya.“Aku Gamma Moreano. Kau … Jelow siapa?”“Jelow … saja.”Keduanya tersenyum serempak. “Just Jelow?”Jelow mengangguk sambil memiringkan kepala. Gamma merasakan dadanya kembali menyentak hangat. Kenapa gadis ini begitu mirip gaya tersenyum dan
Empat tahun sebelumnya …“Bila kita punya anak, akan kita beri nama apa?”Gamma membuka mata dan mendapati seraut wajah manis dengan rambut acak-acakan menatapnya hangat. Gamma merapikan anak rambut wanita di hadapannya lalu mengangkat dagu lancipnya dengan telunjuk. Sudah dua puluh hari mereka berbulan madu, rasanya dia tak pernah puas memainkan dagu lancip Mala, menggelitik lehernya dan mengecup tahi lalat di pangkal leher. Ada tato berbentuk mawar tepat di bawah rahang. Gamma yang menyuruh Mala mentato bagian itu, sehari setelah menikah.Karena di tato Mawar itulah, Gamma menandai titik paling sensitif istrinya.“Aku belum berencana punya anak,” ucap Gamma lembut. “Aku ingin kita berdua saja beberapa lama, mungkin lima atau sepuluh tahun lagi. Bagaimana menurutmu, sayang?”“Aku tidak mau menunggu selama itu,” ucap wanita yang dipanggil sayang sembari mengecup ujung hidung Gamma dan menggigitnya lembut. “Aku akan kesepian.”“Kau tidak akan kesepian. Kita akan berbulan madu selama se
Vicky membawa Gamma ke rumah yang sudah disiapkannya. Mala berulang kali menelpon Vicky karena Gamma mematikan ponselnya. Gamma tidak mengijinkan Vicky menerima telepon dari Mala.Tidak untuk saat ini.“Dia pasti panik. Aku khawatir dia nekad menuju rumahmu.”Gamma menggeleng. Dia yakin Mala akan patuh padanya. Tidak akan meninggalkan hotel sebagaimana pesannya sampai dengan Gamma kembali pulang ke hotel. “Kirim saja pesan padanya, aku akan menyelesaikan semuanya malam ini.”Vicky menatap Gamma yang sedang merebahkan diri di sofa ruang tamu. Rumah pengungsian yang disiapkan Vicky adalah rumah mendiang nenek Gamma. Tidak ada yang menempati rumah ini sejak nenek Gamma meninggal sepuluh tahun yang lalu. Sedianya rumah ini akan diberikan Gamma untuk Mala sebagai hadiah pernikahan mereka. Sepulang dari bulan madu, Gamma berencana memberikan surprise pada Mala. Namun semuanya menguap begitu saja.“Aku belum membersihkan kamar utama, karena baru tadi pagi berhasil menemukan kunci rumah ini.
Vicky tak hendak menulikan telinga. Sepanjang perjalanan mengantar Mala menuju hotel, wanita itu menangis tanpa henti. Gamma tak mau membersamai istrinya. Dia akan mengurus banyak hal malam ini juga. Mendengar tangis Mala yang memilukan, Vicky yakin, Mala sama sekali tidak mengira bila Gamma bisa berubah seratus delapan puluh derajat jika sudah tersakiti. Jangankan Mala yang baru mengenal Gamma karena dijodohkan. Vicky yang sudah sepuluh tahun bekerja pada keluarga Moreano masih sering merasa kesulitan memahami Gamma–terutama bila sedang marah atau tersinggung.Mala baru mengetahui sisi manis dan romantis Gamma.“Vicky, antarkan aku pada suamiku, please.” Mala memohon di sela isak tangisnya. Namun Vicky bergeming, meski status Mala saat ini adalah majikannya, tapi situasi dan kondisi sama sekali tidak mendukung.“Anda akan lebih aman bila menjauh dari Tuan Gamma saat ini.”“Tidak, Vicky. Gamma membutuhkan aku. Aku istrinya. Aku akan menenangkannya, please,” ucap Mala memelas sembari
Atas perintah Gamma, Vicky mendapat ijin untuk mengikuti interogasi Jeff Hopkins–dari balik dinding kaca satu arah.Selama interogasi, Jeff menyangkal dia melakukan pembunuhan sahabatnya sendiri. Malam itu, dia memang berjanji untuk minum dengan Moreano. Moreano yang mengundangnya saat mereka bertemu di taman. Hampir setiap pagi, mereka memang bertemu di taman. Jeff jogging dan Moreano mengajak jalan-jalan anjingnya.Semenjak Mala dan Gama menikah, mereka memang lebih sering bertemu. Tidak hanya di taman, kadang Jeff makan siang di rumah Moreano. Rekaman CCTV sebelum kejadian pembunuhan membenarkan penjelasan Jeff. Namun rekaman CCTV di hari Moreano terbunuh tidak ditemukan. Seseorang telah menghapusnya. “Aku tidak membunuh Lowkey, percayalah padaku!” Jeff yang didampingi pengacaranya sama sekali tidak menunjukkan wajah bersalah.Vicky yang berada di balik kaca satu arah mengamati perilaku Jeff selama interogasi. Dia tidak percaya begitu saja pada Jeff. Jeff Hopkins seorang pensiunan
“Kau tidak apa-apa?”Mala menepis tangan Vicky yang menyentuh bahunya. Pengawal pribadi Gamma adalah orang yang akan membela kepentingan Gamma–bukan dirinya. Perhatian dari Vicky sejak lelaki itu membawanya tergesa meninggalkan rumah nenek Gamma hanya sekedar agar Gamma tidak mencelakainya.“Untung saja koper itu tidak mengenaimu tadi,” ucap Vicky sembari memindai wajah Mala. Mata bengkak dan sembab, tanpa make up dan rambut berantakan–tidak membuat Mala kehilangan kecantikannya. Vicky hanya bisa mengaguminya dalam hati. Meski majikannya sudah mengusir dan meneriaki Mala bukan istrinya lagi, dia tetap harus memperlakukan Mala sebagai istri majikannya.“Aku tidak menginginkan warisan apapun,” sergah Mala, beringsut pelan menjauhi Vicky. Vicky mengangguk, lalu mengambil jarak dari Mala. Sopir yang membawa mereka kembali ke rumah Mala, memberi kode kalau sebentar lagi mereka sampai.“Aku akan menempatkan beberapa pengawal di rumahmu.”“Tidak usah! Kau dengar sendiri apa kata Gamma tadi.
Mala membuka mata ketika sayup-sayup mendengar suara sirene polisi di kejauhan. Dia terdiam beberapa lama, berusaha mengumpulkan ingatan. Sejurus kemudian air mukanya berubah murung. Teringat kembali dengan permasalahan besar yang kini sedang dialaminya.Dia duduk perlahan dan melihat alarm. Rupanya dia terlelap cukup lama, sekarang sudah pukul dua dini hari–dan perutnya mulai bersuara minta diisi. Namun Mala tak segera turun dari tempat tidur, tapi menajamkan telinga–sebagaimana kebiasaannya saat masih bersama ayahnya.Waspada adalah sikap yang menjadi aturan ayahnya. Sikap yang semenjak dia bersama Gamma perlahan menghilang–apalagi dengan adanya Vicky yang selalu siap sedia melindungi–sejak dia dan Gamma belum menikah. Lelaki itu benar-benar pengawal yang sempurna.Samar-samar telinga Mala
“Pergilah dari Nashville, sayang. Please …”Jeff menggenggam jemari putri semata wayangnya dari balik jeruji besi. Jemari itu begitu dingin dan gemetar. Jeff tak kuasa membendung air mata–padahal dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak meneteskan air mata di hadapan Mala.“Aku tidak akan meninggalkan Ayah!” bisik Mala gemetar. Dadanya bergemuruh, antara marah, duka dan putus asa.“Kau tidak akan sanggup melawan Moreano dan anak buahnya. Apalagi mereka sekarang di bawah kendali Gamma. Pergilah sayang, Papa tidak ingin melihat kamu menderita.”Mala menggeleng kuat. Memasukkan tangan ke dalam jeruji hingga bisa merengkuh badan gempal ayahnya yang terlihat kurus hanya dalam beberapa hari saja. Dia tidak akan mening
Dengan dalih kasih sayang pada keponakan semata wayang dari sepupunya, Bibi Laela bersedia mengumpulkan data seakurat mungkin. Data yang tak pernah terpikir oleh Gamma sebelumnya. Yaitu daftar selingkuhan Papanya. Dan yang membuat jantung Gamma menjengit nyeri ketika Bibi Laela menyampaikan bahwa Papanya sudah terbiasa melakukan itu sejak Mama masih hidup. Bahkan di tahun pertama pernikahan mereka. “Entahlah, apakah mendiang Mamamu mengetahui atau tidak kelakuan suaminya. Yang jelas, dia wanita yang sangat setia. Percayalah padaku soal itu. Kami sama-sama wanita, jadi aku bisa melihat betapa dia selalu berusaha untuk menjadi ibu yang baik. Tapi, Lowkey … ah, laki-laki kukira di mana-mana sama saja. Dia begitu manis di rumah, tapi menjadi liar begitu melangkah keluar pintu rumah.” Gamma tidak hendak merespon apapun. Bagaimanapun juga, dia sangat menghormati Papa yang sudah membesarkannya. Di matanya selama Mama masih hidup, mereka berdua adalah orang tua yang hangat dan sangat menya
"Nyonya Laela menelpon, Tuan."Gamma yang sedang menghadap televisi, menerima telepon yang dihulurkan oleh pelayanannya. Sepasang matanya tidak beralih dari televisi yang sedang menayangkan ulasan kematian Papanya. Dua jam lagi, pemakaman Lowkey Moerano akan dilaksanakan. Semua televisi, radio dan media lainnya sibuk memberitakan kembali kasus pembunuhan Moreano–bahkan lebih menghebohkan dari berita saat kematian di hari pertamanya. Karena kali ini disertai berbagai ulasan dan kemungkinan siapa pembunuh Moreano yang sebenarnya.Vicky mengabarkan, kalau Jeff Hopkins kini ditempatkan di penjara isolasi, guna menghindarkannya dari serangan tahanan lain di Riverbend. Hal yang cukup menenangkan Gamma–karena yakin bisa mempertahankan Hopkins tetap hidup hingga penyelidikan tuntas dan menyeret mantan Kepala Polisi sekaligus mantan mertuanya itu ke pengadil
Detektif Taylor menemukan bukti bahwa Mala terlibat dalam pembunuhan Notaris Rayyes. Bukti yang cukup mengejutkan bagi Gamma."Katakan, kenapa kau bisa menyebutkan Mala terlibat?" Gamma tampak gusar. Antara marah, kecewa dan tidak percaya. Perkara wasiat dan warisan yang ditangani Notaris Rayyes saja sudah membuatnya murka, ditambah bukti bahwa Mala terlibat pembunuhan Rayyes. Semakin menguatkan dugaan Gamma bahwa Mala memang sudah membuat skenario sedemikian rapi dan terencana. Bahkan mungkin sebelum mereka menikah."Kami menemukan pistol berperedam yang digunakan untuk membunuh Rayyes. Tidak jauh dari rumah Jeff Hopkins.""Siapapun bisa melakukannya," tukas Vicky. "Hanya pembunuh bodoh yang membuang senjatanya di dekat lokasi perkara."Gamma terdiam. Vicky benar. "Bisa kukatakan, bila Mala merencanakan semuanya sejak awal, dia tidak akan sebodoh itu. Tapi, bila Rayyes mati, maka sudah tertutup pintu untuk membuktikan kebenaran surat wasiat Papa."Detektif Taylor mengamati sekilas du
“Kurasa kau sudah tahu apa yang sedang terjadi di luar sana, Jeff Hopkins.”Vicky menatap mertua majikannya dengan tatapan penuh tuduhan, namun yang ditatap tidak merespon apapun. Hanya duduk tenang menikmati salad yang dibawa oleh Vicky. “Kau bahkan tidak takut keracunan lagi seperti saat di Kantor Polisi.”Jeff menghentikan suapan, melirik Vicky tanpa ekspresi, lalu melanjutkan santapannya. Jarang-jarang dia bisa menikmati salad buah di dalam penjara. Apalagi dikirim oleh menantu yang menjebloskannya ke penjara. Entah apa yang ada dalam pikiran si menantu, tapi setidaknya dia telah berbuat baik dengan mengirim salad tanpa selai kacang.“Setidaknya, tidak ada yang meracuniku di dalam penjara dengan keamanan maksimum seperti saat ini.” Jeff tersenyum sembari mengunyah.
Detektif Taylor baru saja tiba di rumah Gamma. Dilihatnya lelaki itu berdiri di balkon, menatap jauh ke depan. Mungkin dia sedang menanti istrinya kembali–yang tentu saja itu mustahil. Detektif Taylor sudah mendapatkan laporan tentang Mala yang sudah meninggalkan Nashville pasca peristiwa pembunuhan di rumah ayahnya. Membuat semakin menguatkan dugaan bahwa Mala terlibat dalam pembunuhan Notaris Rayyes.Vicky mengantar Detektif Taylor menemui Gamma di balkon. Sebelumnya dia berpesan, kondisi emosi Gamma sedang tidak baik. Pemakaman Lowkey Moreano akan digelar dua hari lagi setelah proses otopsi selesai. Vicky sudah mempersiapkan semuanya–tinggal Gamma yang tampak kurang siap.“Kuharap anda membawa kabar baik buat Gamma Moreano,” ucap Vicky sebelum mereka menaiki anak tangga. “Perusahaan Moreano harus segera dipikirkan kelanjutannya.
“Kau tidak selincah dulu lagi dengan perut gendutmu, Jim.”Jimmy meraba perut gendutnya. “Kalian yang membuatku seperti ini.”Temannya yang lebih muda dan berbadan atletis hanya mencibir. “Kau memang seharusnya sudah istirahat, atau besi di kakimu akan mencuat lagi seperti dulu. Salah sendiri, kenapa istirahat kau artikan dengan minum dan duduk manis di kandangmu itu.”Jimmy mendengus. “Besi di kakiku sudah lama berkarat, jadi sebaiknya dibilas dengan alkohol.”Jimmy menarik celananya hingga setinggi lutut. Terlihat bekas luka jahitan memanjang, pintu masuk besi panjang penunjang langkahnya. Sejak besi bersemayam di dalam kakinya, dia tidak lagi berada di jalanan, dan itu membuatnya depresi.
Sepanjang Vicky menjadi pengawal pribadi Gamma, baru kali ini dia melihat lelaki itu begitu kacau. Meski baju mahal dan makanan lezat mengelilinginya, tapi ternyata kehilangan seorang wanita membuat semuanya tidak berarti. Ditambah kini beban perusahaan Moreano ada padanya. Beberapa dewan direksi yang berusaha menghadap untuk memberikan laporan, harus menerima nasib malang karena dilempar botol minuman atau perabot. Bahkan, ada salah seorang sopir yang terpaksa masuk rumah sakit karena luka di kepala karena dilempar vas. “Bila kau terus-terusan seperti ini, aku akan berhenti dan mencari kerja di tempat lain.” Vicky sebenarnya hanya menggertak–dia tidak akan melakukan hal itu karena bagaimanapun juga, dia sudah terikat dengan keluarga Moreano. Bahkan bisa dikatakan, dia sudah sangat mengenal keluarga ini dari A sampai Z. Sampai ke lobang-lobang semut di
Jeff Hopkins duduk tepekur di sudut sel. Sebagai pensiunan polisi, seharusnya dia mengistirahatkan badan dan isi kepalanya–tidak lagi memikirkan kasus-kasus yang sudah membuat rambutnya memutih.Namun nasibnya kini adalah, dia harus memikirkan kasusnya sendiri.“Apa yang kau rencanakan, Lowkey?”Jeff mendesah panjang. Dia yakin Lowkey punya rencana besar sebelum kematiannya, kalau tidak, dia tidak akan membuat janji untuk bertemu di malam nahas itu. Saat Mala dan Gamma berbulan madu, saat tidak ada satu pun pengawal di dalam rumah.Lowkey mengadakan pesta kebun kecil-kecilan untuk pengawalnya–tanpa memperingati apapun. Dia memang sering mengadakan acara seperti itu untuk beberapa teman dekatnya. Semua sedang menikmati minuman ketika pelayan
Mala tidak tahu kenapa pondok di tepi danau ini dinamai Pearl House. Mungkin karena di malam hari, dia seperti mutiara dalam kegelapan. Benderang dibandingkan sekelilingnya. Sampai dengan radius satu kilometer, tidak ada satu pun rumah. Tidak jauh berbeda dengan kondisi ketika Mala masih kecil.Yang jelas, papan nama bertuliskan Pearl House menempel di dindingnya yang berdebu.Jeff Hopkins tinggal di Pearl House sejak menikah dengan mendiang Ibu Mala. Hingga Mala lahir dan bersekolah, mereka masih tinggal di sana. Namun kemudian memutuskan untuk pindah ke Tennessee setelah Jeff mendapat tawaran di Kantor Polisi Nashville.Menjadi polisi di kota kecil memang sudah dijalaninya sejak sebelum menikah. Demi pendidikan Mala yang kerap tidak masuk sekolah karena menempuh jarak terlalu jauh–membuat keluarga Hopk