Lagi-lagi Icha menuntutnya untuk segera menceraikan Dea. Kevin hanya memejamkan matanya, menahan emosi yang terasa ingin meletus. Jika tidak berada di sekolahan mungkin ia akan membabi buta, ditambah baru saja Kevin mendapatkan Surat Peringatan.
“Aku tutup teleponnya dulu, jangan menghubungiku beberapa hari ini,” perintah Kevin dan langsung memutuskan sambungan telepon itu.
Dia sangat lelah mendengar omelan dari beberapa orang hari ini. Tanpa Kevin sadari ada seseorang yang memperhatikannya dalam diam. Orang itu adalah Nino.
Nino segera menjauh dan mencari nomor Dea di benda pipih miliknya.
“Hallo Assalamualaikum,” salam Dea di seberang.
“Waalaikumsalam.” Nino menelan salivanya.
“Ada apa?” tanya Dea yang penasaran dengan lelaki yang tiba-tiba menelponnya.
“Em... I-itu, aku dan Kevin mendapat Surat Peringatan,” jelas Nino gelagapan.
“Oh, lalu?” tanya Dea tak
Perempuan itu menghentak-hentakkann kakinya dengan kesal ketika melihat Dea yang semakin menempel pada suaminya.“Apa-apaan kamu!” kesal Icha yang langsung mendorong tubuh Dea ke belakang. Tubuh musuhnya langsung terhuyung dan akan jatuh. Untungnya Kevin dengan sigap menarik tubuh istrinya agar tidak tersungkur ke lantai. Alis lelaki itu langsung tertaut rapat, merasa kesal pada Icha.Melihat Kevin yang membantu Dea, membuat Icha semakin murka.“Kamu tidak apa-apa Sayang?” tanya Kevin pada Dea. Perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya, memberikan ekspresi melas dan mata sayu. Hal itu membuat hati Kevin terenyuh karena lagi-lagi dia menyakiti hati istrinya.Icha semakin murka melihatnya, ia segera merampas tangan lelaki itu agar mendekat kepadanya. Icha tak suka melihat pemandangan yang ada di depannya, hatinya merasa cemburu karena tatapan Kevin yang begitu dalam pada istri pertamanya dan perilakunya yang lembut.Sayangny
“Mas!” panggilnya, dia benar-benar tak terima dengan perlakuan Kevin yang pilih kasih dengan kedua istrinya. Namun, dengan sigap security itu langsung mencengkram lengannya dengan kuat lalu menyeret tubuhnya keluar dari toko. Dea sangat malu atas kejadian ini. Kevin memintanya untuk segera menjauh dari perempuan gila yang mengganggu quality time mereka. “Mas! Mas Kevin! Jahat kamu Mas!!?” teriak Icha di belakang mereka. Dea sempat menoleh ke arah perempuan itu. Ternyata ia sedang diseret paksa oleh security. “Sudah Sayang, jangan dilihat,” ucap Kevin dengan tangan yang memalingkan wajahnya agar tidak melihat kejadian memalukan di belakang. Dea tersenyum tipis, mendengar ucapan Kevin. “Maafin Mas ya. Lagi-lagi aku buat kamu sakit,” harap Kevin. Mata lelaki itu nampak sangat menyesali peristiwa buruk yang baru saja terjadi. “Kamu tidak mau maafin Dik?” tanya Kevin karena istrinya tak kunjung merespon perkataannya. “Iya Mas,” jawab Dea de
Perasaan Nino semakin kesal, dia sangat menyesal harus berurusan dengan wanita ular itu. “Aku mengajaknya ketemu, dia bilang akan menghubungiku ketika senggang,” jawab Nino apa adanya. Memang itulah kenyataannya. “Ketika senggang? Coba pastikan lagi No, itu hanya alasan halus perempuan tak tau diri itu untuk menolakmu. Ternyata dia benar-benar licik.” Icha mengepalkan tangannya dengan erat. “Ya,” jawab lelaki itu malas. “Cepat selesaikan pekerjaanmu, rumah tangga adikmu sedang dipertaruhkan sekarang,” ancam Icha pada partnernya. “Ya. Pulanglah sekarang, sudah mau magrib,” usir Nino. Tanpa merasa tersinggung Icha menuruti perkataan Nino dan langsung keluar dari rumah itu. Mendengar ada usaha yang dilakukan temannya sudah membuat Icha sedikit lega, meskipun hatinya masih kesal karena Dea beberapa kali telah menghancurkan keharmonisan rumah tangganya. Namun, sebentar lagi perempuan licik itu akan mendapat balasan yang setimpal dar
Mendengar namanya dipanggil, Dea pun membuka matanya. “Hm? Ada apa?” tanya Dea melirik suaminya. Kevin menggaruk kepalanya yang tak gatal. Hatinya benar-benar merasa gelisah, namun segan untuk mengungkapkan keinginannya pada istrinya. “Emm... I-itu,” ujar Kevin gelagapan. “Apa? Adek sudah ngantuk Mas,” rengek Dea. “Kepalaku juga sakit, tadi habis dijambak istri sirimu itu!” gerutunya yang emosi mengingat kejadian sore tadi. Kalimat ini sudah berulang-ulang dia katakan pada suaminya sejak tiba di rumah. Kevin hanya mencebikkan mulutnya mendengar penuturan Dea. Dia pun ikut kesal pada Icha, karena sudah membuatnya malu bahkan berani berbuat kasar pada istri sahnya. “Iya, iya. Yaudah cepat tidur, tutup mata sekarang,” perintah Kevin. Ia enggan mengatakan maksudnya pada Dea. Ditambah istrinya mengeluh seperti itu, tak tega hatinya. “Good night Honey,” ucap Dea dan mengecup kecil bibir suaminya. Kevin langsung tersenyum mendapat sikap manis
Kevin terdiam sejenak, ia sangat bingung harus menjawab apa. “Kamu akan undang dia kapan Dik?” tanya Kevin. “Emm... sepertinya nanti malam.” Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia tidak rela jika istrinya harus bertemu dengan Nino. Ditambah lelaki itu sudah terang-terangan mengatakan jika ingin merebut Dea darinya. Hati Kevin sangat gundah jika menolak permintaan istrinya. Beberapa hari ini Kevin bertekad untuk merebut kembali hati Dea yang ia sakiti berkali-kali. “Eh! Tidak jadi deh, aku masih ada banyak kerjaan,” tutur Dea. Kevin memandangi istrinya dengan mata yang berbinar, dia tak perlu repot-repot menolak izin wanita itu. Tanpa ada rasa curiga sedikitpun, keduanya menjalani aktivitas pagi hari seperti biasanya. Dea berkali-kali mengecek ponselnya apa programnya masih berjalan atau tidak. Perempuan itu ingin mengumpulkan banyak bukti agar rencananya dapat berjalan dengan mulus. Rasa sakitnya suda
Dea melangkahkan kakinya masuk ke ruangan itu. Hatinya berdesir tak karuan mengingat kemarin lusa dia menangis sesenggukan di pundak Andre. Andre memberikannya bingkisan kecil, perempuan itu langsung mengerutkan alisnya. “Coba buka dulu,” perintah lelaki itu yang duduk di depannya. Dengan gerakan gusar, Dea membuka bingkisan itu perlahan. ‘Kalung?’ batinnya terkejut. Ia langsung mendongakkan pandangannya pada lelaki di depannya. Andre tampak tersenyum lebar. “Ini hadiah buat kamu biar tidak sedih lagi. Maafkan Mas yang sudah memicu konflik di rumah tangga kamu. Mas benar-benar merasa bersalah,” jelas Andre. Lelaki itu benar-benar merasa bersalah pada Dea, tatapan sayu terlihat di wajah pria berjambang tipis. Dea menelan salivanya, ia paham jika Andre sedang salah paham sekarang. “Maaf Pak, tapi saya tidak bisa menerimanya,” tolak Dea halus. Mata lelaki itu melebar, ia selalu mendapat penolakan dari wani
“Astaghfirullahaladzim Bapak!?” pekik Dea pelan, ia sangat terkejut mendengar penuturan pria tua di sampingnya. Namun, wajah wakil kepala sekolah itu nampak sangat serius, tak seperti biasanya yang cengengesan.Dea terdiam cukup lama. Pikirannya tiba-tiba berhenti dan sulit diajak untuk bekerja sama.“Bapak serius?” balas Dea dengan berbisik. Dia tak ingin membuat kegaduhan di ruang kantor ini.“Serius Nak. Coba kamu lihat sendiri,” perintah teman Ayahnya. Dada Dea berdetak dengan kencang. Jika omongan Pak Jono benar, rasanya ia tak sanggup untuk berdiri.Dan dia tak pernah berpikir jika ayahnya akan memiliki anak selain ia dan Levi. Kalau memang benar, ini akan terasa sangat gila.“Temenin ya Pak,” pinta Dea melas. “Saya takut kalau dia bawa bom.”“Astaghfirullah Dea! Tidak mungkinlah,” balas lelaki itu dengan menggelengkan kepalanya. Semua orang menatap kedua orang itu
Keterkejutannya melihat tamu tak diundang itu menghadirkan emosi yang membuncah. Tanpa pikir panjang, Dea langsung membalikkan badannya dan menjauh dari tamu itu.“Mbak Dea! Tunggu! Kita harus bicara dulu,” cegah perempuan itu dan langsung mencengkram lengan Dea dengan sangat kuat.Dea langsung menoleh, memberikan tatapan tajam yang menusuk lawannya dengan keji.Dikibaskan tangan perempuan itu dengan kasar hingga terlempar ke belakang.Tubuhnya terasa jijik ketika disentuh oleh Icha.“Apa kau tak tahu malu?!” sengit Dea. Ia benar-benar kesal melihat wajah perempuan di depannya.“Aku datang kesini baik-baik Mbak!” jawab Icha dengan lantang. Ia langsung mengelus-elus tangannya yang terasa sakit setelah mendapat penolakan dari Dea.“Aku tidak menerima kedatanganmu, jadi pergilah sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu! Apa kamu ingin kejadian kemarin terulang kembali?” ejek Dea. Wajah