Perasaan Nino semakin kesal, dia sangat menyesal harus berurusan dengan wanita ular itu.
“Aku mengajaknya ketemu, dia bilang akan menghubungiku ketika senggang,” jawab Nino apa adanya. Memang itulah kenyataannya.
“Ketika senggang? Coba pastikan lagi No, itu hanya alasan halus perempuan tak tau diri itu untuk menolakmu. Ternyata dia benar-benar licik.” Icha mengepalkan tangannya dengan erat.
“Ya,” jawab lelaki itu malas.
“Cepat selesaikan pekerjaanmu, rumah tangga adikmu sedang dipertaruhkan sekarang,” ancam Icha pada partnernya.
“Ya. Pulanglah sekarang, sudah mau magrib,” usir Nino.
Tanpa merasa tersinggung Icha menuruti perkataan Nino dan langsung keluar dari rumah itu. Mendengar ada usaha yang dilakukan temannya sudah membuat Icha sedikit lega, meskipun hatinya masih kesal karena Dea beberapa kali telah menghancurkan keharmonisan rumah tangganya.
Namun, sebentar lagi perempuan licik itu akan mendapat balasan yang setimpal dar
Mendengar namanya dipanggil, Dea pun membuka matanya. “Hm? Ada apa?” tanya Dea melirik suaminya. Kevin menggaruk kepalanya yang tak gatal. Hatinya benar-benar merasa gelisah, namun segan untuk mengungkapkan keinginannya pada istrinya. “Emm... I-itu,” ujar Kevin gelagapan. “Apa? Adek sudah ngantuk Mas,” rengek Dea. “Kepalaku juga sakit, tadi habis dijambak istri sirimu itu!” gerutunya yang emosi mengingat kejadian sore tadi. Kalimat ini sudah berulang-ulang dia katakan pada suaminya sejak tiba di rumah. Kevin hanya mencebikkan mulutnya mendengar penuturan Dea. Dia pun ikut kesal pada Icha, karena sudah membuatnya malu bahkan berani berbuat kasar pada istri sahnya. “Iya, iya. Yaudah cepat tidur, tutup mata sekarang,” perintah Kevin. Ia enggan mengatakan maksudnya pada Dea. Ditambah istrinya mengeluh seperti itu, tak tega hatinya. “Good night Honey,” ucap Dea dan mengecup kecil bibir suaminya. Kevin langsung tersenyum mendapat sikap manis
Kevin terdiam sejenak, ia sangat bingung harus menjawab apa. “Kamu akan undang dia kapan Dik?” tanya Kevin. “Emm... sepertinya nanti malam.” Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia tidak rela jika istrinya harus bertemu dengan Nino. Ditambah lelaki itu sudah terang-terangan mengatakan jika ingin merebut Dea darinya. Hati Kevin sangat gundah jika menolak permintaan istrinya. Beberapa hari ini Kevin bertekad untuk merebut kembali hati Dea yang ia sakiti berkali-kali. “Eh! Tidak jadi deh, aku masih ada banyak kerjaan,” tutur Dea. Kevin memandangi istrinya dengan mata yang berbinar, dia tak perlu repot-repot menolak izin wanita itu. Tanpa ada rasa curiga sedikitpun, keduanya menjalani aktivitas pagi hari seperti biasanya. Dea berkali-kali mengecek ponselnya apa programnya masih berjalan atau tidak. Perempuan itu ingin mengumpulkan banyak bukti agar rencananya dapat berjalan dengan mulus. Rasa sakitnya suda
Dea melangkahkan kakinya masuk ke ruangan itu. Hatinya berdesir tak karuan mengingat kemarin lusa dia menangis sesenggukan di pundak Andre. Andre memberikannya bingkisan kecil, perempuan itu langsung mengerutkan alisnya. “Coba buka dulu,” perintah lelaki itu yang duduk di depannya. Dengan gerakan gusar, Dea membuka bingkisan itu perlahan. ‘Kalung?’ batinnya terkejut. Ia langsung mendongakkan pandangannya pada lelaki di depannya. Andre tampak tersenyum lebar. “Ini hadiah buat kamu biar tidak sedih lagi. Maafkan Mas yang sudah memicu konflik di rumah tangga kamu. Mas benar-benar merasa bersalah,” jelas Andre. Lelaki itu benar-benar merasa bersalah pada Dea, tatapan sayu terlihat di wajah pria berjambang tipis. Dea menelan salivanya, ia paham jika Andre sedang salah paham sekarang. “Maaf Pak, tapi saya tidak bisa menerimanya,” tolak Dea halus. Mata lelaki itu melebar, ia selalu mendapat penolakan dari wani
“Astaghfirullahaladzim Bapak!?” pekik Dea pelan, ia sangat terkejut mendengar penuturan pria tua di sampingnya. Namun, wajah wakil kepala sekolah itu nampak sangat serius, tak seperti biasanya yang cengengesan.Dea terdiam cukup lama. Pikirannya tiba-tiba berhenti dan sulit diajak untuk bekerja sama.“Bapak serius?” balas Dea dengan berbisik. Dia tak ingin membuat kegaduhan di ruang kantor ini.“Serius Nak. Coba kamu lihat sendiri,” perintah teman Ayahnya. Dada Dea berdetak dengan kencang. Jika omongan Pak Jono benar, rasanya ia tak sanggup untuk berdiri.Dan dia tak pernah berpikir jika ayahnya akan memiliki anak selain ia dan Levi. Kalau memang benar, ini akan terasa sangat gila.“Temenin ya Pak,” pinta Dea melas. “Saya takut kalau dia bawa bom.”“Astaghfirullah Dea! Tidak mungkinlah,” balas lelaki itu dengan menggelengkan kepalanya. Semua orang menatap kedua orang itu
Keterkejutannya melihat tamu tak diundang itu menghadirkan emosi yang membuncah. Tanpa pikir panjang, Dea langsung membalikkan badannya dan menjauh dari tamu itu.“Mbak Dea! Tunggu! Kita harus bicara dulu,” cegah perempuan itu dan langsung mencengkram lengan Dea dengan sangat kuat.Dea langsung menoleh, memberikan tatapan tajam yang menusuk lawannya dengan keji.Dikibaskan tangan perempuan itu dengan kasar hingga terlempar ke belakang.Tubuhnya terasa jijik ketika disentuh oleh Icha.“Apa kau tak tahu malu?!” sengit Dea. Ia benar-benar kesal melihat wajah perempuan di depannya.“Aku datang kesini baik-baik Mbak!” jawab Icha dengan lantang. Ia langsung mengelus-elus tangannya yang terasa sakit setelah mendapat penolakan dari Dea.“Aku tidak menerima kedatanganmu, jadi pergilah sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu! Apa kamu ingin kejadian kemarin terulang kembali?” ejek Dea. Wajah
Dilayangkannya pada pipi kiri Dea. PLAKKK!!! Suara nyaring itu membuat mata Dea berair merasakan sensi panas yang menyebar di pipinya.“WANITA KURANG AJAR!!!” teriak wanita itu yang sudah kesetanan karena menerima berbagai ejekan dari Dea. Dirinya sudah tak bisa bersabar lagi menghadapi berbagai cacian dari mulut perempuan yang ada di depannya.Dea memegang pipinya yang terasa kebas, tatapan tajam diberikannya pada perempuan di depannya. Ia sudah menyangka jika Icha akan menamparnya. Seringaian jail diberikan pada pelakor itu, ini bisa menjadi bukti selanjutnya. Bahkan bukti ini ia dapatkan tanpa berusaha keras. Tanpa membuat taktik terlebih dahulu.‘Lucky!’batin Dea.Icha sudah menggali kuburannya sendiri.Pak Jono yang mendengar teriakan itu langsung menoleh ke arah Dea dan Icha. Matanya melotot, begitu pula Andre. Mereka keasikan mengobrol hingga tak sadar ada pertengkaran sengit di lobi.“ASTA
“Apa Mas Kevin kenal dengan perempuan ini?” tanya Andre yang berusaha menahan emosi. Meskipun mulutnya mencoba untuk mengeluarkan nada yang rendah, tetapi raut wajahnya tidak bisa diatur dengan baik. Alisnya berkerut, tatapan mata yang tajam, dan kulit yang terlihat kemerahan.Kevin melirik perempuan itu sekilas.“Ya, dia teman saya,” jawab Kevin pasrah. Dia sudah menebak jika istri sirinya telah membuat masalah hingga diseret oleh dua pria itu.“Mas! Tolong aku Mas!” teriak Icha yang sudah semakin menjauh dari tempat kejadian.“Tolong Mas urus wanita itu, dia baru saja menampar Bu Dea dan menimbulkan keributan di sekolah saya,” perintah Andre.Mata Kevin melebar ketika mendengar nama Dea.“Bagaimana keadaan istri saya?” tanya Kevin khawatir.“Saya yang akan mengurusnya, tolong Mas urus wanita itu terlebih dahulu,” cegah Andre. Dia tak rela jika Kevin harus membaw
Mata Kevin melotot mendengar ancaman Icha. Tangannya langsung mencengkram leher perempuan itu dengan kuat.“Jangan bicara sembarangan!” bentak Kevin.“Akhhh!!!” pekik Icha kesakitan, cengkraman lelaki itu membuat tubuhnya sulit bernapas. “S-Sakit! Lepaskan!” pinta Icha.Melihat wajah perempuan itu menjadi merah membuat Kevin tak tega dan langsung melepaskan cengkramannya.“Hahhh... hahh...” Icha mencoba menormalkan pernapasannya kembali. Cengkraman itu sempat membuatnya sulit menghirup oksigen.“Gila kamu Mas! Aku laporin Papaku!” ancam Icha.Mata Kevin melebar, ia baru teringat jika Papa Icha memiliki pengaruh cukup besar di daerahnya sehingga membuatnya segan.“Jangan bertingkah seperti anak kecil!” protes Kevin yang sudah kehabisan kata-kata menghadapi istri sirinya tersebut.“Aku tidak akan berhenti sampai kamu menuruti permintaanku!” tolak