Hati Dea sangat senang membaca pesan itu. Sedangkan Icha yang ada di kediamannya langsung uring-uringan."Wanita murahan! Bagaimana bisa kamu mengkhianatiku!?" teriak wanita itu histeris. Bahkan ia sampai menjambak rambutnya agar tetap sadar."Aku harus memberikan pelajaran untuknya!"Kunci mobil yang sebelumnya tergantung kaku langsung diraihnya dengan bengis. Hati dan pikirannya sudah kalap memikirkan Dea dan Kevin bercumbu mesra. Meskipun ia sempat berniat berbagi suami dengan Dea, tapi pada kenyataannya itu sangat sulit. Sekarang ia kewalahan menaklukkan emosinya agar tetap tenang.Sebelumnya ia merasa Kevin tak diberi jatah oleh istri pertama, sehingga Icha merasa Dea sudah jijik dengan suaminya. Tapi sekarang wanita itu dengan lantang berkata akan memadu kasih dengan Kevin."Awas saja kamu De! Aku tidak akan memberi ampun!" teriaknya di tengah perjalanan. Napasnya terngah-engah menahan amarah.Di sisi lain, Dea mulai mendekati suaminya dengan lembut."Mas..." panggilnya pelan. K
Netra wanita itu sontak melebar melihat pemandangan di depannya. Sedangkan Kevin yang sedang berada di bawah Dea merasa terganggu dengan kehadiran Icha."Apa-apaan kalian!" histeris Icha dengan kaki yang langsung berlari ke arah mereka berdua. Matanya memanas melihat pemandangan di depannya. Sedangkan Dea terpaku tak berua apa-apa, hingga..."Akhh!!!" teriak Dea dengan tangan yang memegang rambutnya."Wanita murahan! Kau sudah menghianatiku De, rasakan ini!" bentak Icha dengan menyeret Dea menjauh dari suaminya. Kevin lamgsung beranjak dari ranjang berniat menolong Dea. Nahasnya ia terlambat karena Icha menghantamkan kepala istrinya ke meja rias."Icha!" teriak Kevin. Raut wajahnya langsung merah padam bahkan menyingkirkan wanita itu dengan kasar untuk menyelamatkan Dea yang sedang kesakitan sembari tangan yang menekan kepalanya."Astghfirullahaladzim!" pekik Kevin ketika mendapati darah bercucuran dari kepala istrinya."Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Kevin memastikan keadaan istri
Kevin mendekati istrinya dengan tatapan sendu, rasa bersalah menggerogoti hatinya. "Sayang..." lirihnya dengan tatapan penuh harap. Lastri yang sebelumnya menyeka kepala Dea langsung menjauh memberikan ruang kjepada majikan laki-lakinya."Maafkan aku," lanjut Kevin yang kini bersimpuh di hadapan istrinya. Kejadian hari ini tak terpikirkan di benaknya. Siapa sangka Icha merusak hari penuh kasihnya bersama Dea."Jangan seperti itu Mas. Sebentar lagi mama akan ke sini. Kamu pulanglah bersama istri barumu, biar mama yang mengobati lukaku."Kevin langsung menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia menolak perintah istrinya. Bagaimana bisa dia meninggalkan wanita yang dicintainya dalam keadaan terluka seperti ini?"Tidak Sayang. Ayo kita ke rumah sakit sekarang. Benturanmu tadi sangat keras, aku takut terjadi apa-apa denganmu." Ia langsung beranjak memakai pakaian yang terkesan sopan, tak lupa memberikan cardigan panjang untuk istrinya. Setidaknya outher itu mampu menyembunyikan baju dinas m
"Papa!" histeris Rita dalam rumah. Mendengar suara itu, Gito bergegas masuk dan diikuti oleh Lastri. Icha merasa kesal karena kesempatan emas untuk memperkenalkan diri sebagai istri Kevin gagal. Ia bahkan mematung dan tak tau harus melakukan apa."Astghfirullahaladzim!" pekik Gito saat melihat dahi menantunya penuh dengan darah. Dea sengaja membiarkan darah itu mengalir ke pelipisnya. Bahkan ketika Lastri mencoba membersihkan cairan itu, ia menolak karena ingin membuat kejadian sedramatis mungkin."Bagaimana ini bisa terjadi?!" murka Rita. Wanita itu sudah dibuat terkejut melihat keadaan menantunya yang terkulai lemas di tepi ranjang, ditambah Kevin terlihat tak becus mengurus istrinya. Dea meringis kesakitan, tapi hatinya sangat bahagia karena semua rencananya berhasil. 'Akhirnya Mama datang juga!' batin wanita itu.Rita dan Gitu mendekati mereka, Kevin sudah menutup tubuh istrinya menggunakan outher yang dari tadi ia siapkan. Istrinya pasrah menerima outher itu, karena bagaimanapun
Mobil berubah jadi hening ketika Gito menanyakan orang yang menyerang anak dan menantunya. Kevin yang sebelumnya melajukan mobil dengan cepat kini berangsur pelan karena tangannya tremor."Dea apa kamu masih mengingat siapa orang yang menyerangmu?" tanya Gito pada menantunya."Icha Pa."Alis lelaki paruh baya itu sontak mengerut, begitu pula Rita. Nama yang diucapkan Dea terasa tidak asing di telinga mereka."Icha? Siapa dia?" sahut Rita yang penasaran dengan nama yang disebutkan menantunya."Dia temanku," sahut Kevin takut pembahasan akan berlanjut kemana-mana."Dia wanita yang ada di depan gerbang Ma." Meskipun dalam keadaan lemas, Dea tak ingin kalah suara dengan suaminya. Dia sangat tau gerak-gerik Kevin yang mencoba menutupi fakta. "Icha adalah orang yang menyiram minuman ke bajuku saat acara syukuran usaha Mama Papa," jawab Dea sembari melirik tajam ke arah Kevin. Lelaki itu hanya bisa menelan salivanya."Oh! Anak Dewan Sony!" kejut Rita setelah memecahkan teka-teki dalam pikira
Sekitar 5 hari lalu, ketika Gito tengah menjaga toko, seseorang datang dengan memakai setelan dinas yang elok. "Selamat siang Pak Gito," sapa lelaki itu dengan senyum semringah. Wajah berkulit sawo matang dengan rambut yang bergaris putih membuat pemilik toko terkejut."Selamat siang Pak Sony," jawab Gito kaku. Setelah datang ke acara syukurannya, kini dewan itu berkunjung ke tokonya tanpa pemberitahuan. Biasanya para pejabat akan menghubungi admin jika akan melakukan kunjungan.'Kenapa dia ke sini?' tanya Gito dalam hati. Ada dua kemungkinan, lelaki itu datang membeli keperluan pribadi dan ingin bernegoisasi tentang bisnis. Gito sudah berkali-kali menjalankan kerja sama dengan pihak dinas yang ingin membangun infrastruktur pemerintah."Ada yang bisa saya bantu?" tanya Gito menelisik tujuan Sony."Ah iya begini..." Sony memberikan kode agar Gito mendekatkan diri padanya. Lelaki itu langsung membisikkan beberapat kalimat yang membuat alis Gito berkerut."Maaf Pak. Saya tidak bisa mene
Kondisi mobil dipenuhi dengan ketegangan, Gito tak henti-hentinya menggerutu ketika melihat rekaman video di ponsel Dea. Tak hanya itu, ada kumpulan foto saat kediaman Kevin dilumuri darah. Napas Dea yang terengah-engah terdengar jelas di sana. Nada bicara yang ketakutan menambah kemarahan Gito. "Kenapa dia bisa sekeji itu," geramnya sembari tangan memijat pelipis. Semua video-video itu dikirimkan ke ponsel pribadinya tanpa sisa. "Bukankah Icha temanmu?" "Iya Pa." "Kenapa dia menyerang Dea seperti itu?" tanya Gito. Ia tak sanggup melihat adegan video berkali-kali. Melihat Icha menghantam kepala menantunya ke meja rias sudah membuat badannya lemas. "A-aku tidak tau Pa," jawab Kevin dengan gelagapan. Ia memegang setir mobil dengan kuat. Rasa takut dan bersalah campur menjadi satu. "Lalu apa maksudnya Dea telah mengkhianati Icha? Bukankah tadi wanita itu bilang seperti itu?" Gito langsung mereply video. Dan ucapannya benar, di sana Icha berteriak Dea telah mengkhianatinya. "Aku
Sesuai yang Dea duga. Baru saja melangkah ke koridor sekolah, Andre menatapnya dengan mata lebar. Itu membuat tubuhnya membeku. Sorot khawatir, terkejut, sedih, dan tulus bercampur menjadi satu. Entahlah, Dea sendiri sulit mengartikan tatapan itu.Terpaksa ia menenggak salivanya lalu berjalan dengan enteng. "Selamat pagi Pak," sapa Dea kikuk. Mulut pria itu terbuka, "kepala Bu Dea kenapa?" Pertanyaan itu membuat Dea meringis, bukannya menjawab sapaannya. Andre justru balik bertanya. Dengan sebisanya ia menjawab, "terbentur meja Pak." Faktanya memang seperti itu, kepalanya terbentur ke meja rias saat Icha mendorongnya."Masa terbentur meja sampai diperban begitu." Andre mendekat ke arahnya, ingin mengecek luka itu. Namun wanita itu reflek menjauh. Pergerakannya membuat Andre terdiam, seperti merasa bersalah karena dia melihat ekspresi Dea penuh ketakutan. 'Apa setakut itu dia padaku?' batin Andre dengan ekspresi sedih. "S-saya..." Dea bingung harus berbuat apa, ia sudah yakin jika si