Selepas mandi, Dea langsung menghampiri Kevin yang tengah berada di ruang tengah. Televisi menampilkan berbagai adegan action yang sangat epik, tapi pandangan suaminya seakan kosong. Itu membuat dia bertanya-tanya apa yang dipikirkan manusia tersebut. "Mas..." panggil wanita itu lembut sembari telunjuk menoel pipi suaminya. Gangguan itu membuyarkan lamunan Kevin. "Iya." "Besok tidak ada acara kan?" Kevin nampak menimang-nimang jawaban. Pertengkarannya dengan Icha barusan membuat dia berpikir untuk segera menemui istri sirinya. Karena tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya Dea melanjutkan ucapannya. "Kamu tidak lupa kan kalau besok kita mau main. Menstruasi adik sudah selesai," ucap wanita itu malu-malu. Kevin langsung menenggakkan salivanya. Melihat tingkah istrinya yang tersipu membuat otaknya kosong dan hanya menganggukkan kepala. Mendapatkan respon itu, senyum manis mengembang di wajah Dea dengan berseri, ia langsung memeluk suaminya lembut. "Kita main seharian ya Mas? Kan sud
Ketika pertemuan Icha dan Dea beberapa waktu lalu di rumah makan LESTARI, ada negoisasi sengit di antara ke dua orang tersebut. Hati Dea sakit sedangkan Icha berusaha meraih keinginannya. Aduan mulut mereka terdengar sangat panas dan penuh dengan polemik."Apa kamu sudah tau tentang perjanjian pra-nikahku dengan Kevin?" tanya Dea setelah menyiram es teh pada madunya.Icha yang masih shock dengan mulut melongo, hanya bisa menatap Dea dengan penuh kebencian. Dari awal wanita itu berniat menyerang psikis istri pertama suaminya. Tapi siapa sangka lawan melakukan kekerasan secara fisik, meskipun hanya siraman air tapi itu menyulut emosinya."Tau, makanya bercerailah dengan suamiku!" sungutnya memandang Dea penuh amarah.Dea menaikan salah satu sudut bibirnya, "kalau aku tidak mau?" dia justru bertanya balik pada Icha."Jangan munafik! Aku tau kamu memiliki gengsi yang tinggi, gelar janda mungkin menghancurkan harga dirimu. Tapi bertahan di rumah tangga yang toxic bukankah menyulitkan?" Ich
Reaksi Icha membuat Dea senang. Istri siri suaminya itu terlihat senang."Apa?" tanya Icha dengan mata berbinar. 'Budak cinta,' batin Dea yang ingin tertawa melihat ketololan madunya."Aku ingin menghancurkan Kevin, Nina, dan Levi. Berikan bukti konkritnya."Dahi lawannya yang berkerut, "kamu gila mau menghancurkan Kevin?""Tidak. Akan lebih gila lagi kalau aku diam saja. Aku ingin memberi pelajaran untuk suamiku.""Aku tidak mau," tolak Icha."Kalau begitu aku tidak bisa melepaskan suamiku." Kalimat itu memprovokasi Icha. Wanita itu menghela napasnya kasar."Kamu ingin menghancurkan bagaimana?""Minimal Kevin dipecat secara tidak terhormat sebagai guru. Levi tau kebejatan Nina.""Bagaimana dengan cafe?""Ambil saja."Bibir Icha tersenyum, "yakin?""Ya." Wanita itu sangat yakin dengan jawabannya. Ditambah Dea berpikir jika cafe hanya mempersulit hidupnya. Rutinitasnya sebagai guru telah menyita banyak waktu, ia hanya ingin hidup santai."Oke. Aku akan memberikanmu bukti untuk menghanc
Hati Dea sangat senang membaca pesan itu. Sedangkan Icha yang ada di kediamannya langsung uring-uringan."Wanita murahan! Bagaimana bisa kamu mengkhianatiku!?" teriak wanita itu histeris. Bahkan ia sampai menjambak rambutnya agar tetap sadar."Aku harus memberikan pelajaran untuknya!"Kunci mobil yang sebelumnya tergantung kaku langsung diraihnya dengan bengis. Hati dan pikirannya sudah kalap memikirkan Dea dan Kevin bercumbu mesra. Meskipun ia sempat berniat berbagi suami dengan Dea, tapi pada kenyataannya itu sangat sulit. Sekarang ia kewalahan menaklukkan emosinya agar tetap tenang.Sebelumnya ia merasa Kevin tak diberi jatah oleh istri pertama, sehingga Icha merasa Dea sudah jijik dengan suaminya. Tapi sekarang wanita itu dengan lantang berkata akan memadu kasih dengan Kevin."Awas saja kamu De! Aku tidak akan memberi ampun!" teriaknya di tengah perjalanan. Napasnya terngah-engah menahan amarah.Di sisi lain, Dea mulai mendekati suaminya dengan lembut."Mas..." panggilnya pelan. K
Netra wanita itu sontak melebar melihat pemandangan di depannya. Sedangkan Kevin yang sedang berada di bawah Dea merasa terganggu dengan kehadiran Icha."Apa-apaan kalian!" histeris Icha dengan kaki yang langsung berlari ke arah mereka berdua. Matanya memanas melihat pemandangan di depannya. Sedangkan Dea terpaku tak berua apa-apa, hingga..."Akhh!!!" teriak Dea dengan tangan yang memegang rambutnya."Wanita murahan! Kau sudah menghianatiku De, rasakan ini!" bentak Icha dengan menyeret Dea menjauh dari suaminya. Kevin lamgsung beranjak dari ranjang berniat menolong Dea. Nahasnya ia terlambat karena Icha menghantamkan kepala istrinya ke meja rias."Icha!" teriak Kevin. Raut wajahnya langsung merah padam bahkan menyingkirkan wanita itu dengan kasar untuk menyelamatkan Dea yang sedang kesakitan sembari tangan yang menekan kepalanya."Astghfirullahaladzim!" pekik Kevin ketika mendapati darah bercucuran dari kepala istrinya."Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Kevin memastikan keadaan istri
Kevin mendekati istrinya dengan tatapan sendu, rasa bersalah menggerogoti hatinya. "Sayang..." lirihnya dengan tatapan penuh harap. Lastri yang sebelumnya menyeka kepala Dea langsung menjauh memberikan ruang kjepada majikan laki-lakinya."Maafkan aku," lanjut Kevin yang kini bersimpuh di hadapan istrinya. Kejadian hari ini tak terpikirkan di benaknya. Siapa sangka Icha merusak hari penuh kasihnya bersama Dea."Jangan seperti itu Mas. Sebentar lagi mama akan ke sini. Kamu pulanglah bersama istri barumu, biar mama yang mengobati lukaku."Kevin langsung menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia menolak perintah istrinya. Bagaimana bisa dia meninggalkan wanita yang dicintainya dalam keadaan terluka seperti ini?"Tidak Sayang. Ayo kita ke rumah sakit sekarang. Benturanmu tadi sangat keras, aku takut terjadi apa-apa denganmu." Ia langsung beranjak memakai pakaian yang terkesan sopan, tak lupa memberikan cardigan panjang untuk istrinya. Setidaknya outher itu mampu menyembunyikan baju dinas m
"Papa!" histeris Rita dalam rumah. Mendengar suara itu, Gito bergegas masuk dan diikuti oleh Lastri. Icha merasa kesal karena kesempatan emas untuk memperkenalkan diri sebagai istri Kevin gagal. Ia bahkan mematung dan tak tau harus melakukan apa."Astghfirullahaladzim!" pekik Gito saat melihat dahi menantunya penuh dengan darah. Dea sengaja membiarkan darah itu mengalir ke pelipisnya. Bahkan ketika Lastri mencoba membersihkan cairan itu, ia menolak karena ingin membuat kejadian sedramatis mungkin."Bagaimana ini bisa terjadi?!" murka Rita. Wanita itu sudah dibuat terkejut melihat keadaan menantunya yang terkulai lemas di tepi ranjang, ditambah Kevin terlihat tak becus mengurus istrinya. Dea meringis kesakitan, tapi hatinya sangat bahagia karena semua rencananya berhasil. 'Akhirnya Mama datang juga!' batin wanita itu.Rita dan Gitu mendekati mereka, Kevin sudah menutup tubuh istrinya menggunakan outher yang dari tadi ia siapkan. Istrinya pasrah menerima outher itu, karena bagaimanapun
Mobil berubah jadi hening ketika Gito menanyakan orang yang menyerang anak dan menantunya. Kevin yang sebelumnya melajukan mobil dengan cepat kini berangsur pelan karena tangannya tremor."Dea apa kamu masih mengingat siapa orang yang menyerangmu?" tanya Gito pada menantunya."Icha Pa."Alis lelaki paruh baya itu sontak mengerut, begitu pula Rita. Nama yang diucapkan Dea terasa tidak asing di telinga mereka."Icha? Siapa dia?" sahut Rita yang penasaran dengan nama yang disebutkan menantunya."Dia temanku," sahut Kevin takut pembahasan akan berlanjut kemana-mana."Dia wanita yang ada di depan gerbang Ma." Meskipun dalam keadaan lemas, Dea tak ingin kalah suara dengan suaminya. Dia sangat tau gerak-gerik Kevin yang mencoba menutupi fakta. "Icha adalah orang yang menyiram minuman ke bajuku saat acara syukuran usaha Mama Papa," jawab Dea sembari melirik tajam ke arah Kevin. Lelaki itu hanya bisa menelan salivanya."Oh! Anak Dewan Sony!" kejut Rita setelah memecahkan teka-teki dalam pikira