Share

Kau Tidak Boleh Bahagia!

Author: Hanagara Siro
last update Last Updated: 2023-08-05 15:19:41

"Ada apa, Eduardo? Apa yang terjadi?" Isabell yang sudah bangkit dari duduknya lantas hendak mendekati suaminya itu.

"Berhenti di sana!" Eduardo tanpa sadar membentak. Meminta Isabell untuk tidak menghampirinya, atau jalang yang tengah bersembunyi di kolong meja itu akan ketahuan.

Bianca tersenyum congkak di bawah sana kala mendapati Isabell mendapat bentakan dari suaminya sendiri. Ingin sekali ia keluar dari sana dan menunjukkan diri pada Isabell, serta sangat ingin melemparkan senyum mengejeknya.

Namun, tidak sekarang. Ia harus benar-benar berhasil menjerat Eduardo dengan tubuhnya dulu, hingga jika nanti ia menunjukkan diri, ia tidak akan kalah dengan orang yang sangat ia benci itu.

Tunggu. Ia akan menunggu sampai saat Eduardo jatuh terlalu dalam pada tubuhnya, menghancurkan hubungan Isabell dengan suami tercintanya itu, lalu menendang keduanya setelah berhasil membuat mereka lebur berkeping-keping seperti dirinya dulu.

"Maaf, aku hanya terlalu pusing," ralat Eduardo cepat melihat wajah istrinya yang mulai berkaca karena dibentak sedemikian rupa untuk pertama kalinya.

Isabell akhirnya menghela napas lega. Eduardo tidak benar-benar membentaknya.

"Kau masih harus bekerja, 'kan? Aku sudah selesai makan. Kau bisa kembali ke rumah sakit sekarang," ucap Eduardo lembut.

***

"Kau sangat pandai menyembunyikan jalang sepertiku, Eduardo. Apa kau sudah terbiasa sebelum ini?" tanya Bianca sembari bertepuk tangan ketika sudah keluar dari persembunyiannya.

Isabell baru saja angkat kaki dari sana satu menit yang lalu.

"Pergilah! Dan jangan menemuiku lagi! Juga, jangan kirimkan foto-foto murahanmu padaku lagi!" bentak Eduardo pada Bianca sembari mengancingkan kembali resleting celananya.

Bianca menaikkan sebelah alis, tangannya dengan sigap meraih ponsel Eduardo di atas meja dan meraih jari Eduardo untuk membuka screen touch id pada ponsel pria itu dengan lihai.

Eduardo bahkan belum sempat meraih ponselnya dari Bianca.

Bianca mencari-cari sesuatu dan terkekeh sinis ketika menemukan yang ia cari.

"Foto-foto murahan? Tapi kau masih menyimpannya dengan baik di ponselmu, Eduardo. Kau menikmati foto murahan ini, bukan?" ejek Bianca mencemooh, tangannya dengan santai mengscroll-scroll layar melihat berbagai gambar dengan bermacam-macam pose yang ia kirimkan.

"Sebenarnya apa maksudmu mengirim foto-foto itu? Kita bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya! Katakan apa tujuanmu sebenarnya," tekan Eduardo tajam, tangannya segera merampas ponselnya yang sibuk diinvasi oleh wanita itu.

Bianca menatap Eduardo dengan bersedekap dada. Tatapan yang tadinya menggoda kini berubah nyalang. Matanya tampak berapi-api menatap pria di hadapannya.

Bianca maju selangkah. Menumpukan kedua tangannya pada pundak Eduardo.

"Aku membenci istrimu! Sangat membencinya, sampai aku bahkan akan mengorbankan apapun untuk melihat kehancurannya. Dan kehancurannya adalah dirimu, Eduardo. Jadi ... bersiap-siaplah menjadi alasan kesakitan istri tercintamu itu."

"Tidak akan!"--bantah Eduardo cepat--"Itu tidak akan terjadi! Kau tidak akan ku biarkan menang. Apapun alasanmu membenci Isabell, aku akan tetap berada di pihaknya. Aku mencintainya," tegas Eduardo menatap tajam pada Bianca.

Mendengar kalimat pria itu, Bianca dibuat mengeluarkan kekehan sumbangnya, "Tapi kau juga mencintai tubuhku, Eduardo. Mari kita lihat, kau akan lebih memilih cintamu yang membosankan itu ... atau tubuhku yang menggairahkan dan selalu bisa membuatmu mengerang kenikmatan. Bahkan, hanya dengan melihat fotoku saja," bisik Bianca skeptis.

Mengusap pelan dada Eduardo sebelum berbalik pergi dari sana tanpa berbalik lagi pada pria itu.

Eduardo menatap kepergian wanita yang baru kali ini setelah sekian lama tidak ia temui di dunia nyata itu. Bianca Ruiz. Wanita penggoda yang berencana membuatnya dan Isabell hancur? Eduardo tidak akan membiarkannya.

Tapi, apa dia bisa menolak pesona menggairahkan Bianca?

***

Bianca memasuki rumah yang baru saja ia beli di salah satu sudut kota di Barcelona. Besar dan cukup mewah. Beberapa pelayan tampak sibuk mengurus barang-barang Bianca yang dibawa dari Los Angeles.

"Apa kau sudah mengetahui siapa yang menghuninya saat ini?" tanya Bianca pada Luke tanpa menatap pria di belakangnya itu. Mata wanita itu malah fokus menatap hamparan laut buatan dari balik jendela kaca besar di hadapannya. Laut buatan yang tepat berada di sisi kanan rumahnya itu.

"Hanya sepasang paruh baya yang sudah renta, Nona."

Bianca menarik sedikit sudut bibirnya, "Itu lebih bagus, bukan? Kau bisa lebih mudah meminta mereka untuk pergi dari sana dan memberi uang kompensasi yang setara," katanya.

"Seharusnya seperti itu, Nona. Tapi mereka sama sekali tidak berniat meninggalkan rumah itu. Bahkan saya sudah menawarkan harga yang lebih dari harga rumah itu," jelas Luke pada sang majikan.

"Tua renta tidak berguna!" umpat Bianca kesal.

"Aku tidak peduli, Luke! Apapun yang terjadi, kau harus bisa mengambil rumah itu dari mereka," tegas Bianca tidak mau tahu. Ia berbalik, menatap Luke tajam sebelum berjalan anggun meninggalkan asisten pribadinya yang sibuk berkelit dengan pikirannya sendiri. Memikirkan titah majikannya itu.

***

Bianca menjelajah kamar barunya. Tidak terlalu luas, tepat seperti apa yang ia inginkan. Tataan kamarnya pun persis seperti apa yang ia perintahkan. Namun, saat menyadari suatu hal yang berbeda, ia segera menghentikan langkah.

Bianca memejamkan mata, menghela napas dalam sebelum membuangnya kasar.

"Pelayan! Pelayan!" panggilnya dengan teriakan yang mampu menembus atmosfer sedemikian rupa.

Dua orang pelayan wanita yang tadinya ia tugaskan untuk membereskan kamarnya kini sudah berada di depan pintu dengan kepala tertunduk takut. Mereka tahu, mereka pasti berbuat kesalahan hingga membuat majikan baru mereka itu berteriak seperti ini.

"Kalian berdua membersihkan kamarku? Aku memerintahkan kalian untuk menyemprotkan aroma citrus di kamar ini! Bukan aroma musk! Apa kalian tidak bisa membedakan wewangian, huh?" cecar Bianca emosi.

Wanita itu membentak kasar. Berubah menjadi singa yang sedang mengamuk.

"Maaf, Nona. Tadi saya salah membeli wewangiannya," sesal salah satu dari mereka.

Bianca menghela napas, berusaha meredam emosinya yang selalu terpancing jika sesuatu yang ia inginkan tidak berjalan sesuai yang ia harapkan. Terutama wewangian ini. Hal yang tidak pernah bisa ia lepas dalam hidupnya.

"Segera beli saat ini juga. Aku mau citrus dan harus citrus. Tidak yang lain," tegas Bianca sembari meletakkan beberapa lembar uang euro pada si pelayan yang mengaku salah tadi.

"Pergilah," katanya lagi.

Bianca mendudukkan dirinya di kasur king size miliknya di tengah ruangan itu. Dadanya naik turun terengah. Emosi kembali menjalarinya dan Bianca selalu susah mengontrol emosinya sendiri jika berkaitan dengan masa lalu, atau seseorang di masa lalu.

Tak lama, Bianca menggigit bibirnya menahan tangis yang kini hendak turun di pelupuk matanya. Berbagai memori kembali terputar ketika ia sedang sendiri seperti saat ini. Memori bahagia sekaligus menyakitkan membayangi setiap harinya. Membuat wanita itu sangat sulit untuk melanjutkan hidupnya.

"Aku merindukanmu, Demetrio. Aku merindukanmu. Joyce-mu merindukanmu," lirihnya sembari meluruhkan tubuh ke lantai.

Punggungnya ia sandarkan pada pinggiran tempat tidur sementara wajahnya kini ia sembunyikan di lipatan lututnya.

Wanita itu menangis terisak, menyayat hati seseorang yang mendengarnya. Sisi lain yang tersembunyi dari seorang Bianca Ruiz menunjukkan diri kali ini.

Tak lama, kejadian itu berputar dalam ingatannya.

"Argh! Kau sialan, Isabell! Kau tidak boleh bahagia, sama sepertiku," raungnya keras.

Bianca memegangi kepalanya yang terasa semakin sakit kala kejadian itu terjadi berulang-ulang di kepalanya.

"Kau harus kehilangan Eduardo, Isabell. Sama seperti kau yang merenggut Demetrio," lirih Bianca sebelum akhirnya kehilangan kesadarannya. Terjatuh di lantai yang dingin itu dengan lemah.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Simpanan Pria Beristri

    "Anda baik-baik saja, Nona?" tanya seorang pelayan kala mendapati Bianca telah tersadar dari pingsannya.Bianca mengangguk sekilas sembari mendudukkan dirinya di tempat tidur."Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?" tanya pelayan tersebut lagi.Bianca menggeleng, "Pergilah. Aku ingin sendiri," ucapnya pelan.Pelayan tersebut tanpa membantah segera enyah dari kamar sang majikan."Argh! Bisa-bisanya aku pingsan lagi, dasar lemah!" umpatnya pada dirinya sendiri, kala tinggal ia seorang di dalam kamar itu.Bianca menghirup napas dalam-dalam, sebelum setitik senyum tersungging di bibirnya kala mendapati bahwa udara di kamarnya kini telah berganti dengan aroma citrus yang dapat menenangkannya dalam sekejap.***Keesokan harinya.Bianca menurunkan kacamata hitam yang bertengger cantik di hidung mancungnya. Menatap ke samping di mana rumah yang cukup besar tampak berdiri kokoh di sana. Tanpa pagar yang mengelilinginya.Suasana rumah tampak sepi, selalu sama seperti dahulu. Hanya saja, kini, pen

    Last Updated : 2023-08-05
  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Kau Suami yang Menyedihkan

    "Ini nomor majikanmu, 'kan?" kata Bianca sembari memperlihatkan nomor Eduardo.Penjaga itu ternganga, lalu menjawab, "Ya, benar.""Baguslah. Kalau begitu, biarkan aku masuk, jangan buat Eduardo menunggu terlalu lama. Atau ... dia akan memecatmu karena menganggu kesenangannya," kata Bianca penuh penekanan.Penjaga tersebut lantas mengangguk patuh, membiarkan Bianca lolos dari penjagaannya.Bianca melenggang santai memasuki pekarangan rumah Eduardo. Bibirnya tersenyum miring menyeringai, memikirkan apa yang telah ia perbuat kemarin pada ponsel Eduardo Martinez ketika ia memeriksa foto-fotonya yang masih belum dihapus oleh pria itu.Pesan tadi, Bianca sendiri yang mengirimkannya ke nomornya sendiri kemarin. Karena wanita itu tahu, bahwa nanti, itu akan berguna dan ternyata ... dugaannya sama sekali tidak meleset.Terimakasih untuk otaknya yang cemerlang ini.Pintu utama tidak terkunci dari dalam, membuat Bianca tidak kesulitan untuk masuk ke dalam rumah itu. Pemandangan seorang pria yang

    Last Updated : 2023-08-05
  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Video Call Panas!!!

    Bianca melempar tatapannya pada luar jendela mobil. Beberapa kali mengumpati dirinya sendiri yang tadi mengeluarkan sosok malaikat dalam dirinya yang nyatanya sangat menyebalkan itu.Umpatan dalam hati wanita itu tiba-tiba terhenti. Matanya menatap fokus pada satu titik. Jantungnya bergermuruh hebat kala matanya menatap pemandangan di mana sepasang pria dan wanita di dalam mobil yang berhenti di pinggir jalan tadi, kini saling menautkan bibir panas."Luke, putar balik. Pelankan lajunya saat melewati mobil berwarna biru yang berhenti di pinggir jalan itu," titah Bianca dengan mata yang kini melihat ke belakang, di mana mobil tersebut telah ia lewati.Luke mengangguk paham. Pria itu segera menuruti perintah Bianca tanpa banyak bicara.Laju mobil melambat kala melewati mobil yang dipaparkan Bianca tadi. Bianca menatap pasangan yang sama sekali tidak menutup kaca jendela mobilnya itu. Bukan aktivitasnya yang membuat emosi dalam diri Bianca memuncak. Namun, wajah wanita yang tengah saling

    Last Updated : 2023-08-20
  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Kepulangan, Dendam dan Obsesi

    Bianca Ruiz memotret tubuh polosnya sendiri dari kaca besar di depannya. Berpose seksi layaknya wanita yang sedang menggoda seorang pria untuk naik ranjang dan melakukan aktifitas panas bersama.[Sebentar lagi, aku akan kembali ke Barcelona. Mari bercinta secara nyata di sana. Aku tahu, kau selalu menggunakan foto-fotoku saat bermain dengan juniormu sendiri, Babe. Bukankah milikku lebih indah dari istrimu, hm? Aku sangat tidak sabar didesak oleh milikmu.]Send.Wanita tanpa busana itu tersenyum puas ketika gambar serta sederet kalimat itu berhasil ia kirim pada seorang pria di Barcelona sana.Hanya sekejap. Karena detik selanjutnya kilat marah dan dendam berkobar di kedua iris gelap kelamnya."Aku akan menjerat suamimu dalam kungkunganku, Isabell. Tunggulah sebentar lagi. Kau akan merasakan bagaimana sakitnya kehilangan pria yang kau cintai, namun dengan cara yang lebih fantastis."Setelah itu, Bianca berbalik, melenggang santai menuju ranjang king size miliknya tanpa berniat mengguna

    Last Updated : 2023-08-05
  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Permainan di Bawah Meja Kerja

    Bianca keluar dari mobil miliknya yang dikendarai oleh asisten pribadinya ketika sudah tiba di parkiran Martinez Inc. Wanita itu menjatuhkan sisa rokok yang hampir habis di antara selipan jemari lentiknya lalu menginjak benda tersebut menggunakan stiletto heels yang ia gunakan."Kau tunggu di sini saja, Luke. Aku akan masuk sendiri ke dalam," titah Bianca seraya melongok ke dalam mobil pada asisten pribadinya itu.Setelahnya, dengan penuh percaya diri, Bianca berjalan memasuki gedung Martinez Inc tanpa ragu."Aku ingin bertemu dengan Eduardo Martinez," ucap Bianca ketika tiba di meja resepsionis Martinez Inc.Resepsionis itu menatap penampilan Bianca dari atas sampai bawah. Gaun peach di atas lutut yang tampak seksi itu."Apa anda sudah membuat janji sebelumnya, Nona?"Bianca tersenyum miring, jari telunjuknya memberi isyarat pada resepsionis wanita itu untuk mendekat, "Aku wanita simpanan Eduardo, dan dia sedang membutuhkanku saat ini, jadi ... jangan buat atasanmu itu menungguku, ok

    Last Updated : 2023-08-05

Latest chapter

  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Video Call Panas!!!

    Bianca melempar tatapannya pada luar jendela mobil. Beberapa kali mengumpati dirinya sendiri yang tadi mengeluarkan sosok malaikat dalam dirinya yang nyatanya sangat menyebalkan itu.Umpatan dalam hati wanita itu tiba-tiba terhenti. Matanya menatap fokus pada satu titik. Jantungnya bergermuruh hebat kala matanya menatap pemandangan di mana sepasang pria dan wanita di dalam mobil yang berhenti di pinggir jalan tadi, kini saling menautkan bibir panas."Luke, putar balik. Pelankan lajunya saat melewati mobil berwarna biru yang berhenti di pinggir jalan itu," titah Bianca dengan mata yang kini melihat ke belakang, di mana mobil tersebut telah ia lewati.Luke mengangguk paham. Pria itu segera menuruti perintah Bianca tanpa banyak bicara.Laju mobil melambat kala melewati mobil yang dipaparkan Bianca tadi. Bianca menatap pasangan yang sama sekali tidak menutup kaca jendela mobilnya itu. Bukan aktivitasnya yang membuat emosi dalam diri Bianca memuncak. Namun, wajah wanita yang tengah saling

  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Kau Suami yang Menyedihkan

    "Ini nomor majikanmu, 'kan?" kata Bianca sembari memperlihatkan nomor Eduardo.Penjaga itu ternganga, lalu menjawab, "Ya, benar.""Baguslah. Kalau begitu, biarkan aku masuk, jangan buat Eduardo menunggu terlalu lama. Atau ... dia akan memecatmu karena menganggu kesenangannya," kata Bianca penuh penekanan.Penjaga tersebut lantas mengangguk patuh, membiarkan Bianca lolos dari penjagaannya.Bianca melenggang santai memasuki pekarangan rumah Eduardo. Bibirnya tersenyum miring menyeringai, memikirkan apa yang telah ia perbuat kemarin pada ponsel Eduardo Martinez ketika ia memeriksa foto-fotonya yang masih belum dihapus oleh pria itu.Pesan tadi, Bianca sendiri yang mengirimkannya ke nomornya sendiri kemarin. Karena wanita itu tahu, bahwa nanti, itu akan berguna dan ternyata ... dugaannya sama sekali tidak meleset.Terimakasih untuk otaknya yang cemerlang ini.Pintu utama tidak terkunci dari dalam, membuat Bianca tidak kesulitan untuk masuk ke dalam rumah itu. Pemandangan seorang pria yang

  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Simpanan Pria Beristri

    "Anda baik-baik saja, Nona?" tanya seorang pelayan kala mendapati Bianca telah tersadar dari pingsannya.Bianca mengangguk sekilas sembari mendudukkan dirinya di tempat tidur."Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?" tanya pelayan tersebut lagi.Bianca menggeleng, "Pergilah. Aku ingin sendiri," ucapnya pelan.Pelayan tersebut tanpa membantah segera enyah dari kamar sang majikan."Argh! Bisa-bisanya aku pingsan lagi, dasar lemah!" umpatnya pada dirinya sendiri, kala tinggal ia seorang di dalam kamar itu.Bianca menghirup napas dalam-dalam, sebelum setitik senyum tersungging di bibirnya kala mendapati bahwa udara di kamarnya kini telah berganti dengan aroma citrus yang dapat menenangkannya dalam sekejap.***Keesokan harinya.Bianca menurunkan kacamata hitam yang bertengger cantik di hidung mancungnya. Menatap ke samping di mana rumah yang cukup besar tampak berdiri kokoh di sana. Tanpa pagar yang mengelilinginya.Suasana rumah tampak sepi, selalu sama seperti dahulu. Hanya saja, kini, pen

  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Kau Tidak Boleh Bahagia!

    "Ada apa, Eduardo? Apa yang terjadi?" Isabell yang sudah bangkit dari duduknya lantas hendak mendekati suaminya itu."Berhenti di sana!" Eduardo tanpa sadar membentak. Meminta Isabell untuk tidak menghampirinya, atau jalang yang tengah bersembunyi di kolong meja itu akan ketahuan.Bianca tersenyum congkak di bawah sana kala mendapati Isabell mendapat bentakan dari suaminya sendiri. Ingin sekali ia keluar dari sana dan menunjukkan diri pada Isabell, serta sangat ingin melemparkan senyum mengejeknya.Namun, tidak sekarang. Ia harus benar-benar berhasil menjerat Eduardo dengan tubuhnya dulu, hingga jika nanti ia menunjukkan diri, ia tidak akan kalah dengan orang yang sangat ia benci itu.Tunggu. Ia akan menunggu sampai saat Eduardo jatuh terlalu dalam pada tubuhnya, menghancurkan hubungan Isabell dengan suami tercintanya itu, lalu menendang keduanya setelah berhasil membuat mereka lebur berkeping-keping seperti dirinya dulu."Maaf, aku hanya terlalu pusing," ralat Eduardo cepat melihat w

  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Permainan di Bawah Meja Kerja

    Bianca keluar dari mobil miliknya yang dikendarai oleh asisten pribadinya ketika sudah tiba di parkiran Martinez Inc. Wanita itu menjatuhkan sisa rokok yang hampir habis di antara selipan jemari lentiknya lalu menginjak benda tersebut menggunakan stiletto heels yang ia gunakan."Kau tunggu di sini saja, Luke. Aku akan masuk sendiri ke dalam," titah Bianca seraya melongok ke dalam mobil pada asisten pribadinya itu.Setelahnya, dengan penuh percaya diri, Bianca berjalan memasuki gedung Martinez Inc tanpa ragu."Aku ingin bertemu dengan Eduardo Martinez," ucap Bianca ketika tiba di meja resepsionis Martinez Inc.Resepsionis itu menatap penampilan Bianca dari atas sampai bawah. Gaun peach di atas lutut yang tampak seksi itu."Apa anda sudah membuat janji sebelumnya, Nona?"Bianca tersenyum miring, jari telunjuknya memberi isyarat pada resepsionis wanita itu untuk mendekat, "Aku wanita simpanan Eduardo, dan dia sedang membutuhkanku saat ini, jadi ... jangan buat atasanmu itu menungguku, ok

  • DENDAM DAN OBSESI WANITA KAYA   Kepulangan, Dendam dan Obsesi

    Bianca Ruiz memotret tubuh polosnya sendiri dari kaca besar di depannya. Berpose seksi layaknya wanita yang sedang menggoda seorang pria untuk naik ranjang dan melakukan aktifitas panas bersama.[Sebentar lagi, aku akan kembali ke Barcelona. Mari bercinta secara nyata di sana. Aku tahu, kau selalu menggunakan foto-fotoku saat bermain dengan juniormu sendiri, Babe. Bukankah milikku lebih indah dari istrimu, hm? Aku sangat tidak sabar didesak oleh milikmu.]Send.Wanita tanpa busana itu tersenyum puas ketika gambar serta sederet kalimat itu berhasil ia kirim pada seorang pria di Barcelona sana.Hanya sekejap. Karena detik selanjutnya kilat marah dan dendam berkobar di kedua iris gelap kelamnya."Aku akan menjerat suamimu dalam kungkunganku, Isabell. Tunggulah sebentar lagi. Kau akan merasakan bagaimana sakitnya kehilangan pria yang kau cintai, namun dengan cara yang lebih fantastis."Setelah itu, Bianca berbalik, melenggang santai menuju ranjang king size miliknya tanpa berniat mengguna

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status