Bianca Ruiz memotret tubuh polosnya sendiri dari kaca besar di depannya. Berpose seksi layaknya wanita yang sedang menggoda seorang pria untuk naik ranjang dan melakukan aktifitas panas bersama.
[Sebentar lagi, aku akan kembali ke Barcelona. Mari bercinta secara nyata di sana. Aku tahu, kau selalu menggunakan foto-fotoku saat bermain dengan juniormu sendiri, Babe. Bukankah milikku lebih indah dari istrimu, hm? Aku sangat tidak sabar didesak oleh milikmu.]Send.Wanita tanpa busana itu tersenyum puas ketika gambar serta sederet kalimat itu berhasil ia kirim pada seorang pria di Barcelona sana.Hanya sekejap. Karena detik selanjutnya kilat marah dan dendam berkobar di kedua iris gelap kelamnya."Aku akan menjerat suamimu dalam kungkunganku, Isabell. Tunggulah sebentar lagi. Kau akan merasakan bagaimana sakitnya kehilangan pria yang kau cintai, namun dengan cara yang lebih fantastis."Setelah itu, Bianca berbalik, melenggang santai menuju ranjang king size miliknya tanpa berniat menggunakan apapun lagi. Merebahkan tubuh polos tanpa sehelai benangnya di sana.Bianca mengotak-atik ponselnya sebentar, menghubungi asisten pribadinya."Kau sudah menyiapkan segala persiapan kepulanganku, Luke?" tanya Bianca sembari memainkan rambut ombre ungunya."Semua sudah siap, Nona.""Bagus. Kita berangkat sekarang." Bianca segera bangkit dari tidurannya dan secepat kilat mengenakan pakaian seksi yang sudah menjadi identitas dirinya beberapa tahun terakhir.***Barcelona, Spanyol.11.33 pm.Bunyi notifikasi pada ponselnya menganggu tidur nyenyak seorang pria. Eduardo Martinez, meraba nakas di sampingnya untuk meraih ponsel miliknya. Ia mengerjap-ngerjapkan mata sebelum menatap sebuah pesan dari nomor yang sudah sangat familiar baginya.Eduardo menatap ke samping, di mana istrinya--Isabell--masih terlihat pulas dalam tidurnya.Melihat hal itu, Eduardo lantas bangun dari kasur secara perlahan, mencegah kalau-kalau sang istri terganggu dalam tidurnya. Berhasil menapaki lantai, Eduardo sedikit menghela napas lega.Pria itu bergegas menuju kamar mandi yang terletak di pojok kamar. Menutup pintu rapat, sebelum kembali menatap ke pada ponselnya."Apa lagi yang jalang itu kirimkan kali ini," gumam Eduardo dengan napas yang mulai memberat, karena ia tahu, tepat ketika ia membuka pesan yang baru saja ia terima itu, maka godaan terberat datang dan tidak bisa ia elakkan. Godaan yang sudah setahun belakangan ini mengganggunya. Namun, bodohnya Eduardo sama sekali tidak berniat memblokir nomor tersebut.Tepat sekali. Eduardo langsung mengerang rendah kala mendapati gambar wanita penggoda itu. Berpose mengangkang dari cermin full body tanpa busana apapun. Tatapan Eduardo langsung tertuju pada bagian kewanitaan yang halus tanpa penghalang itu.Sial! Eduardo tidak bisa untuk tidak tergoda! Ia sampai tidak mempedulikan sederet kalimat di bawah gambar. Kewanitaan milik wanita penggoda yang terpampang nyata itu jujur saja lebih menggoda dan menggairahkan daripada milik Isabell.Eduardo segera menurunkan resleting celana tidurnya beserta boxer yang ia kenakan. Hingga terpampanglah keperkasaannya yang kini sudah tegak menantang.Eduardo pun mulai memanjakan miliknya sendiri dengan tangan sembari menatap foto terbaru dari wanita penggoda yang sampai saat ini tidak ia ketahui namanya itu."Argh ... sialan kau, Jalang!" umpat Eduardo kenikmatan. Memikirkan bahwa yang memanjakan miliknya di bawah sana adalah kewanitaan milik wanita jalang penggoda itu."Dasar wanita penggoda!" maki lagi tertahan. Walaupun kamar mandi terletak di pojok kamar mereka, tidak menutup kemungkinan jika Isabell nanti bisa-bisa mendengar racauannya."Kurang ajar!" Eduardo mengeluarkan cairan pelepasannya dengan hebat. Hanya dengan berfantasi tentang wanita penggoda yang sialnya tidak bisa ia tolak itu.Eduardo terengah-engah, miliknya kini sudah kembali terkulai. Lantai kamar mandi penuh oleh cairannya sendiri. Pria itu beristirahat sejenak sebelum membersihkan diri dari segala cairan lengket itu.Setelah selesai, dan memastikan semua seperti semula, Eduardo pun keluar dari kamar mandi. Berjalan seringan bulu mencapai tempat tidur mereka yang berada di tengah-tengah ruangan.Eduardo merebahkan tubuh di tempat tidur dengan perlahan. Menatap wajah cantik istrinya dari samping sebelum mulai mengecupi wajah sang istri."Maafkan aku," bisiknya menyesal. Namun, ia juga sama sekali tidak bisa menolak pesona dari wanita jalang itu.Isabell yang merasa terusik pun lantas membuka mata, dan mendapati suaminya tengah asyik menjamahi tubuhnya ke bawah."Eduardo," gumam Isabell ketika miliknya di bawah sana diusap oleh tangan besar suaminya."Aku menginginkanmu," bisik Eduardo tanpa menghentikan aktivitasnya, bahkan tangannya dengan lincah meloloskan celana dalam hitam milik sang istri dari balik daster yang Isabell kenakan."Eduardo, aku lelah, pasien ---"Isabell hendak menolak, namun perhentian gerakan Eduardo secara refleks serta perubahan raut wajahnya yang melesu membuat Isabell menghela napas."Baiklah, satu ronde cukup bukan?" pasrah wanita itu pada akhirnya.Eduardo mengangguk bersemangat, bahkan sangking semangatnya, ia sampai merobek daster yang di kenakan sang istri. Isabell yang berprofesi sebagai seorang dokter membuat wanita itu jarang melakukan kewajibannya sebagai seorang istri, karena ketika sampai rumah, alasan lelah dari wanita itu membuat Eduardo selalu mengurungkan niatnya untuk meminta jatah.Tanpa melakukan pemanasan lagi dan membuang-buang waktu karena hanya diperkenankan satu ronde, Eduardo dengan segera memposisikan miliknya ke inti tubuh Isabell dan mulai melesakkan diri ke dalam lembah hangat nan lembab itu.Isabell memejam, ketika dalam sekali hentak, benda panjang nan berurat itu sudah memenuhi dirinya di bawah sana.Rahang Eduardo mengetat kala miliknya terasa terjepit dan tersedot di dalam sana, bahkan pria itu sampai memejamkan mata menahan segala gejolak gairah yang dirasakan.Eduardo mulai menggoyangkan pinggulnya, naik turun, mulai dari lambat hingga ke cepat. Isabell di bawahnya sampai terhentak-hentak dan terhenyak akibat aksi brutal sang suami yang seakan seperti singa kelaparan itu..Eduardo memejamkan mata, sangat menikmati miliknya yang terjepit kuat di bawah sana, namun pikirannya tertuju pada wanita lain! Ya, saat ini, ia malah membayangkan sedang bercinta dengan wanita jalang itu.'Oh, shit! Enyahlah dari pikiranku wahai jalang!'~batin Eduardo bertolak belakang dengan pikirannya yang semakin meliar.Malam itu, ia akhirnya menghabiskan malam panas bersama sang istri, namun dengan memikirkan wanita lain sebagai pasangan bercintanya.***"Kau sudah tahu dimana dia bekerja, Luke?" tanya Bianca sembari membolak-balik majalah dewasa di tangannya.Saat ini, mereka sudah berada dalam pesawat kelas bisnis tujuan Barcelona.Luke yang duduk di seberangnya pun lantas menganggukkan kepala mantap."Dia baru dua tahun lalu di nobatkan sebagai pemilik Martinez Inc, Nona," tukas Luke singkat, padat dan jelas.Pernyataan yang berhasil membuat Bianca yang tadinya tidak berniat sedikitpun melepaskan pandangan pada majalah dewasa di tangannya kini malah menyingkirkan benda itu secepat kilat dan menatap penuh pada Luke."Bukankah pemilik Martinez Inc sebelumnya tidak memiliki keturunan?" tanya Bianca lalu membuang pandangan ke kaca jendela yang menampilkan pemandangan awan cerah di sana.Meskipun sudah lima tahun berlalu, namun, nama salah satu perusahaan sukses di Barcelona itu masih sangat segar dalam ingatannya. Tentu saja, karena salah seorang yang dulunya sangat ia kenal, pernah menjabat sebagai wakil direktur utama di sana."Tidak diketahui, Nona. Pemilik Martinez Inc sebelumnya tidak memberikan alasan yang jelas pada media mengenai hal itu. Mungkin hanya pihak perusahaan dan para pemilik saham saja yang mengetahui alasan sebenarnya, Nona," jawab Luke lagi sembari menggulir-gulir layar tablet di pangkuannya.Bianca mengibaskan tangan pada akhirnya, "Lupakan. Itu tidak terlalu penting."Bianca menatap ke arah jam tangan mungil namun berharga lumayan di pergelangan tangannya itu, "Jam berapa kita akan sampai di Barcelona?""Kira-kira pukul 2 siang besok, Nona."Bianca mengangguk, "Bagus. Kalau begitu, setibanya di sana, kau langsung antarkan aku ke Martinez Inc. Aku ingin memberikan kejutan dan hadiah pertama pada ... Eduardo Martinez."Bianca menyunggingkan senyum miringnya."Sesuai perintah anda, Nona."***Bianca keluar dari mobil miliknya yang dikendarai oleh asisten pribadinya ketika sudah tiba di parkiran Martinez Inc. Wanita itu menjatuhkan sisa rokok yang hampir habis di antara selipan jemari lentiknya lalu menginjak benda tersebut menggunakan stiletto heels yang ia gunakan."Kau tunggu di sini saja, Luke. Aku akan masuk sendiri ke dalam," titah Bianca seraya melongok ke dalam mobil pada asisten pribadinya itu.Setelahnya, dengan penuh percaya diri, Bianca berjalan memasuki gedung Martinez Inc tanpa ragu."Aku ingin bertemu dengan Eduardo Martinez," ucap Bianca ketika tiba di meja resepsionis Martinez Inc.Resepsionis itu menatap penampilan Bianca dari atas sampai bawah. Gaun peach di atas lutut yang tampak seksi itu."Apa anda sudah membuat janji sebelumnya, Nona?"Bianca tersenyum miring, jari telunjuknya memberi isyarat pada resepsionis wanita itu untuk mendekat, "Aku wanita simpanan Eduardo, dan dia sedang membutuhkanku saat ini, jadi ... jangan buat atasanmu itu menungguku, ok
"Ada apa, Eduardo? Apa yang terjadi?" Isabell yang sudah bangkit dari duduknya lantas hendak mendekati suaminya itu."Berhenti di sana!" Eduardo tanpa sadar membentak. Meminta Isabell untuk tidak menghampirinya, atau jalang yang tengah bersembunyi di kolong meja itu akan ketahuan.Bianca tersenyum congkak di bawah sana kala mendapati Isabell mendapat bentakan dari suaminya sendiri. Ingin sekali ia keluar dari sana dan menunjukkan diri pada Isabell, serta sangat ingin melemparkan senyum mengejeknya.Namun, tidak sekarang. Ia harus benar-benar berhasil menjerat Eduardo dengan tubuhnya dulu, hingga jika nanti ia menunjukkan diri, ia tidak akan kalah dengan orang yang sangat ia benci itu.Tunggu. Ia akan menunggu sampai saat Eduardo jatuh terlalu dalam pada tubuhnya, menghancurkan hubungan Isabell dengan suami tercintanya itu, lalu menendang keduanya setelah berhasil membuat mereka lebur berkeping-keping seperti dirinya dulu."Maaf, aku hanya terlalu pusing," ralat Eduardo cepat melihat w
"Anda baik-baik saja, Nona?" tanya seorang pelayan kala mendapati Bianca telah tersadar dari pingsannya.Bianca mengangguk sekilas sembari mendudukkan dirinya di tempat tidur."Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?" tanya pelayan tersebut lagi.Bianca menggeleng, "Pergilah. Aku ingin sendiri," ucapnya pelan.Pelayan tersebut tanpa membantah segera enyah dari kamar sang majikan."Argh! Bisa-bisanya aku pingsan lagi, dasar lemah!" umpatnya pada dirinya sendiri, kala tinggal ia seorang di dalam kamar itu.Bianca menghirup napas dalam-dalam, sebelum setitik senyum tersungging di bibirnya kala mendapati bahwa udara di kamarnya kini telah berganti dengan aroma citrus yang dapat menenangkannya dalam sekejap.***Keesokan harinya.Bianca menurunkan kacamata hitam yang bertengger cantik di hidung mancungnya. Menatap ke samping di mana rumah yang cukup besar tampak berdiri kokoh di sana. Tanpa pagar yang mengelilinginya.Suasana rumah tampak sepi, selalu sama seperti dahulu. Hanya saja, kini, pen
"Ini nomor majikanmu, 'kan?" kata Bianca sembari memperlihatkan nomor Eduardo.Penjaga itu ternganga, lalu menjawab, "Ya, benar.""Baguslah. Kalau begitu, biarkan aku masuk, jangan buat Eduardo menunggu terlalu lama. Atau ... dia akan memecatmu karena menganggu kesenangannya," kata Bianca penuh penekanan.Penjaga tersebut lantas mengangguk patuh, membiarkan Bianca lolos dari penjagaannya.Bianca melenggang santai memasuki pekarangan rumah Eduardo. Bibirnya tersenyum miring menyeringai, memikirkan apa yang telah ia perbuat kemarin pada ponsel Eduardo Martinez ketika ia memeriksa foto-fotonya yang masih belum dihapus oleh pria itu.Pesan tadi, Bianca sendiri yang mengirimkannya ke nomornya sendiri kemarin. Karena wanita itu tahu, bahwa nanti, itu akan berguna dan ternyata ... dugaannya sama sekali tidak meleset.Terimakasih untuk otaknya yang cemerlang ini.Pintu utama tidak terkunci dari dalam, membuat Bianca tidak kesulitan untuk masuk ke dalam rumah itu. Pemandangan seorang pria yang
Bianca melempar tatapannya pada luar jendela mobil. Beberapa kali mengumpati dirinya sendiri yang tadi mengeluarkan sosok malaikat dalam dirinya yang nyatanya sangat menyebalkan itu.Umpatan dalam hati wanita itu tiba-tiba terhenti. Matanya menatap fokus pada satu titik. Jantungnya bergermuruh hebat kala matanya menatap pemandangan di mana sepasang pria dan wanita di dalam mobil yang berhenti di pinggir jalan tadi, kini saling menautkan bibir panas."Luke, putar balik. Pelankan lajunya saat melewati mobil berwarna biru yang berhenti di pinggir jalan itu," titah Bianca dengan mata yang kini melihat ke belakang, di mana mobil tersebut telah ia lewati.Luke mengangguk paham. Pria itu segera menuruti perintah Bianca tanpa banyak bicara.Laju mobil melambat kala melewati mobil yang dipaparkan Bianca tadi. Bianca menatap pasangan yang sama sekali tidak menutup kaca jendela mobilnya itu. Bukan aktivitasnya yang membuat emosi dalam diri Bianca memuncak. Namun, wajah wanita yang tengah saling
Bianca melempar tatapannya pada luar jendela mobil. Beberapa kali mengumpati dirinya sendiri yang tadi mengeluarkan sosok malaikat dalam dirinya yang nyatanya sangat menyebalkan itu.Umpatan dalam hati wanita itu tiba-tiba terhenti. Matanya menatap fokus pada satu titik. Jantungnya bergermuruh hebat kala matanya menatap pemandangan di mana sepasang pria dan wanita di dalam mobil yang berhenti di pinggir jalan tadi, kini saling menautkan bibir panas."Luke, putar balik. Pelankan lajunya saat melewati mobil berwarna biru yang berhenti di pinggir jalan itu," titah Bianca dengan mata yang kini melihat ke belakang, di mana mobil tersebut telah ia lewati.Luke mengangguk paham. Pria itu segera menuruti perintah Bianca tanpa banyak bicara.Laju mobil melambat kala melewati mobil yang dipaparkan Bianca tadi. Bianca menatap pasangan yang sama sekali tidak menutup kaca jendela mobilnya itu. Bukan aktivitasnya yang membuat emosi dalam diri Bianca memuncak. Namun, wajah wanita yang tengah saling
"Ini nomor majikanmu, 'kan?" kata Bianca sembari memperlihatkan nomor Eduardo.Penjaga itu ternganga, lalu menjawab, "Ya, benar.""Baguslah. Kalau begitu, biarkan aku masuk, jangan buat Eduardo menunggu terlalu lama. Atau ... dia akan memecatmu karena menganggu kesenangannya," kata Bianca penuh penekanan.Penjaga tersebut lantas mengangguk patuh, membiarkan Bianca lolos dari penjagaannya.Bianca melenggang santai memasuki pekarangan rumah Eduardo. Bibirnya tersenyum miring menyeringai, memikirkan apa yang telah ia perbuat kemarin pada ponsel Eduardo Martinez ketika ia memeriksa foto-fotonya yang masih belum dihapus oleh pria itu.Pesan tadi, Bianca sendiri yang mengirimkannya ke nomornya sendiri kemarin. Karena wanita itu tahu, bahwa nanti, itu akan berguna dan ternyata ... dugaannya sama sekali tidak meleset.Terimakasih untuk otaknya yang cemerlang ini.Pintu utama tidak terkunci dari dalam, membuat Bianca tidak kesulitan untuk masuk ke dalam rumah itu. Pemandangan seorang pria yang
"Anda baik-baik saja, Nona?" tanya seorang pelayan kala mendapati Bianca telah tersadar dari pingsannya.Bianca mengangguk sekilas sembari mendudukkan dirinya di tempat tidur."Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?" tanya pelayan tersebut lagi.Bianca menggeleng, "Pergilah. Aku ingin sendiri," ucapnya pelan.Pelayan tersebut tanpa membantah segera enyah dari kamar sang majikan."Argh! Bisa-bisanya aku pingsan lagi, dasar lemah!" umpatnya pada dirinya sendiri, kala tinggal ia seorang di dalam kamar itu.Bianca menghirup napas dalam-dalam, sebelum setitik senyum tersungging di bibirnya kala mendapati bahwa udara di kamarnya kini telah berganti dengan aroma citrus yang dapat menenangkannya dalam sekejap.***Keesokan harinya.Bianca menurunkan kacamata hitam yang bertengger cantik di hidung mancungnya. Menatap ke samping di mana rumah yang cukup besar tampak berdiri kokoh di sana. Tanpa pagar yang mengelilinginya.Suasana rumah tampak sepi, selalu sama seperti dahulu. Hanya saja, kini, pen
"Ada apa, Eduardo? Apa yang terjadi?" Isabell yang sudah bangkit dari duduknya lantas hendak mendekati suaminya itu."Berhenti di sana!" Eduardo tanpa sadar membentak. Meminta Isabell untuk tidak menghampirinya, atau jalang yang tengah bersembunyi di kolong meja itu akan ketahuan.Bianca tersenyum congkak di bawah sana kala mendapati Isabell mendapat bentakan dari suaminya sendiri. Ingin sekali ia keluar dari sana dan menunjukkan diri pada Isabell, serta sangat ingin melemparkan senyum mengejeknya.Namun, tidak sekarang. Ia harus benar-benar berhasil menjerat Eduardo dengan tubuhnya dulu, hingga jika nanti ia menunjukkan diri, ia tidak akan kalah dengan orang yang sangat ia benci itu.Tunggu. Ia akan menunggu sampai saat Eduardo jatuh terlalu dalam pada tubuhnya, menghancurkan hubungan Isabell dengan suami tercintanya itu, lalu menendang keduanya setelah berhasil membuat mereka lebur berkeping-keping seperti dirinya dulu."Maaf, aku hanya terlalu pusing," ralat Eduardo cepat melihat w
Bianca keluar dari mobil miliknya yang dikendarai oleh asisten pribadinya ketika sudah tiba di parkiran Martinez Inc. Wanita itu menjatuhkan sisa rokok yang hampir habis di antara selipan jemari lentiknya lalu menginjak benda tersebut menggunakan stiletto heels yang ia gunakan."Kau tunggu di sini saja, Luke. Aku akan masuk sendiri ke dalam," titah Bianca seraya melongok ke dalam mobil pada asisten pribadinya itu.Setelahnya, dengan penuh percaya diri, Bianca berjalan memasuki gedung Martinez Inc tanpa ragu."Aku ingin bertemu dengan Eduardo Martinez," ucap Bianca ketika tiba di meja resepsionis Martinez Inc.Resepsionis itu menatap penampilan Bianca dari atas sampai bawah. Gaun peach di atas lutut yang tampak seksi itu."Apa anda sudah membuat janji sebelumnya, Nona?"Bianca tersenyum miring, jari telunjuknya memberi isyarat pada resepsionis wanita itu untuk mendekat, "Aku wanita simpanan Eduardo, dan dia sedang membutuhkanku saat ini, jadi ... jangan buat atasanmu itu menungguku, ok
Bianca Ruiz memotret tubuh polosnya sendiri dari kaca besar di depannya. Berpose seksi layaknya wanita yang sedang menggoda seorang pria untuk naik ranjang dan melakukan aktifitas panas bersama.[Sebentar lagi, aku akan kembali ke Barcelona. Mari bercinta secara nyata di sana. Aku tahu, kau selalu menggunakan foto-fotoku saat bermain dengan juniormu sendiri, Babe. Bukankah milikku lebih indah dari istrimu, hm? Aku sangat tidak sabar didesak oleh milikmu.]Send.Wanita tanpa busana itu tersenyum puas ketika gambar serta sederet kalimat itu berhasil ia kirim pada seorang pria di Barcelona sana.Hanya sekejap. Karena detik selanjutnya kilat marah dan dendam berkobar di kedua iris gelap kelamnya."Aku akan menjerat suamimu dalam kungkunganku, Isabell. Tunggulah sebentar lagi. Kau akan merasakan bagaimana sakitnya kehilangan pria yang kau cintai, namun dengan cara yang lebih fantastis."Setelah itu, Bianca berbalik, melenggang santai menuju ranjang king size miliknya tanpa berniat mengguna