Willy dan Jennifer bersimpuh di hadapan Albern. “King, tolong maafkan aku. Mungkin, sekalipun aku menyerahkan diriku, menyerahkan nyawaku, namun, semua kesalahanku itu tidak akan pernah bisa kau maafkan,” ujar Willy, “Tapi, kini aku seorang calon ayah, King, jika aku mati, bagaimana dengan istri dan anakku kelak,” sambung Willy dengan suara bergetar.Jennifer memeluk Willy dan menangis tergugu. “Tolong maafkan aku, King, ini semua kesalahanku, ini semua berawal dariku. Karena aku yang telah berkhianat pada Willy, sehingga Willy pun berkhianat padamu,” Jennifer menimpali, “Sehingga menghancurkan klan kalian, dan membuat semuanya hancur. Sekarang aku pasrah, King, jika kau ingin menghukumku, aku rela mati sekarang juga,” imbuh Jennifer.Willy membelalakkan matanya mendengar ucapan Jennifer tersebut. “Baby —” Willy menyela ucapan Jennifer.Akan tetapi, Jennifer tidak menghiraukannya. Dia tetap melanjutkan ucapannya. “lebih baik seorang ibu mati bersama anak yang dikandungnya, daripada s
“Honey, kau melupakanku? Justru yang kau peluk pertama adalah Jennifer. Aku cemburu,” ucap Albern berkelakar.Harnum langsung tersadar, dia langsung beralih memeluk Albern. “Maafkan aku, Honey, aku tidak melupakanmu, aku hanya terkejut melihat kehadiran Jennifer. Karena aku sangat merindukannya. Maafkan aku,” ucap Harnum dengan manja.Semua orang tertawa melihat pemandangan itu. Lalu, Willy pun mendekati Jennifer dan merangkulnya. Sedang mata Rully terus tertuju pada Monica. Dia merasa iri melihat kemesraan Willy pada Jennifer dan Albern pada Harnum. Mata Monica pun bersirobok dengan mata Rully, namun, Monica langsung menundukkan wajahnya.George yang sedari tadi memperhatikan tingkah Rully dan Monica tersebut, sengaja memanas-manasi Rully. Dia tersenyum smirk. “Monic, apakah kau tidak merindukanku? Aku sangat merindukanmu, Baby,” ujar George.Monica tersentak dan mengangkat wajahnya. Sedangkan wajah Rully sudah memerah. “Hai, George, eh, iya, aku merindukanmu juga. Bagaimana kabarmu?
Sementara itu, di ruangan markas Klan AB yang sedang mengadakan pesta, Rully sedang menikmati momen pesta tersebut. Dia dan yang lainnya tengah menikmati minuman beralkohol. Pikiran Rully yang sedang kalut karena tengah memikirkan tentang hubungannya dengan Monica itu, membuat dirinya tidak memikirkan tentang kondisi tubuhnya lagi.Rully meminum alkohol sudah habis berbotol-botol. Dia pun sudah mabuk parah. George sejak tadi memperhatikan rekannya itu. Dia tahu bahwa Rully dan Monica sedang ada masalah. Dan pada saat ini Rully sedang memikirkan masalah yang tengah menderanya itu dengan minum-minuman keras.Rully sudah terkapar tidak berdaya. George, Neil, dan Willy, membantu membawa tubuh Rully. George yang merasa tidak tega melihat keadaan Rully tersebut, membawanya menuju ke kamar Monica. Monica yang kala itu tengah berbaring, merasa terkejut ketika mendengar ada yang mengetuk pintu. Monica bergegas turun dari ranjang dan membuka pintu. Dan betapa terkejutnya ketika dia melihat Rul
“Honey, sudah, cukup, kita bernostalgia dengan masa lalu kita. Kini saatnya kita menikmati malam pengantin kita,” ujar Albern.Harnum menatap wajah sang suami yang kini terlihat semakin tampan dan gagah. Harnum menyunggingkan senyumnya yang sangat manis. Lalu, dia pun menganggukkan kepalanya.Malam ini merupakan malam pengantin mereka, malam pertama mereka, jadi Harnum ingin memberikan dan mempersembahkan yang terbaik untuk sang suami.Albern mendorong pelan bahu Harnum hingga Harnum kembali terlentang. Lalu, dia menindihnya. Albern terus membelai-belai wajah cantik itu, yang benar-benar sudah mengalihkan dunianya. Harnum memejamkan mata, dia meresapi setiap sentuhan yang diberikan oleh Albern. Hingga tanpa terasa kini tubuh keduanya sudah sama-sama polos tanpa sehelai benang pun.Albern tiada hentinya menatap kagum pada keindahan tubuh sang istri, yang sedari dulu selalu mampu membuatnya tergila-gila itu. Hanya Harnum lah wanita yang mampu menggoyahkan imannya. Begitu banyaknya wanita
"Al, tolong jangan menyiksaku dengan semua ini." Harnum memejamkan matanya. Bola-bola kristal itu terus membanjiri pipinya. Dia menggigit bibirnya dengan kuat. “Kau ini berbicara apa, Al. Kau jangan membuatku semakin bingung dengan semua ini. Mungkin, jika dulu kau mengatakan ini, aku pasti akan melakukannya, karena dulu aku benar-benar sangat membencimu dan menaruh dendam padamu,” sambung Harnum, “Namun, sekarang kau terlambat mengatakannya. Apakah kau tega meninggalkanku jika kau di penjara.” Harnum menundukkan wajahnya.Kemudian Harnum mendongakkan wajahnya, dia menatap nanar pada Albern. “Apakah kau percaya pada Tuhan? Kau percaya pada kekuasaannya dan keadilannya?” tanya Harnum. Albern mengangguk. Harnum menarik napas. “Lihatlah kebesaran Tuhan yang telah mempertemukan kita dan menyatukan kita, dengan berbagai macam tragedi dan kejadian yang kita hadapi dan kita jalani bersama.” Harnum memejamkan matanya. “Mungkin memang ini sudah takdir kita, Al. Dan jodohku dengan Mas Reno, mun
“Monic, katakan! Ada apa?” Albern mengulang pertanyaannya, “Monic, jawab aku! Ada apa?” Monica seketika buyar dari lamunannya. “Al, aku ada perlu denganmu. Tolong berikan aku waktu untuk kali ini saja,” ujar Monica memohon. Harnum yang kala itu tengah berbaring, bergegas melangkahkan kakinya menuju ke pintu. Harnum terkejut melihat kehadiran Monica. “Hai, Monic, ayo, masuk.” Harnum langsung menarik tangan Monica dan Monica pun ikut masuk.Mereka duduk di sofa yang tersedia di dalam kamar tersebut. Sementara Albern, dia langsung mengeluarkan rokoknya kemudian dihisapnya. Albern dan Harnum duduk berdampingan, sedangkan Monica duduk di seberang meja.“Monic, ada apa? Sepertinya kau memiliki perlu yang sangat penting. Katakanlah!” Harnum membuka suara.“Harnum, maaf, aku sebenarnya ada perlu pada Al. Apakah kau mengizinkan jika aku berbicara dengannya,” ujar Monica.“Oh, ya, tentu saja boleh. Berbicaralah di sini, kita bertiga, tidak mengapa bukan jika aku pun ikut mendengarnya?” ucap H
‘Monica … mengapa pakaiannya tidak ada satupun di dalam lemarinya, ke mana dia?’ batin Rully, ‘Apa Monica pergi bersama George? Apakah George yang menyembunyikannya. Kurang ajar kau George.” Tanpa berpikir panjang Rully pun langsung berjalan menuju ke kamar George.Kala itu George sedang beristirahat. Rully yang melihat itu langsung meninju wajah George. Tentu saja George sangat terkejut mendapatkan perlakuan kasar dan brutal dari Rully. “Rully, apa-apaan kau ini, mengapa kau tiba-tiba datang dan memukulku? Ada apa?!” teriak George.Akan tetapi, Rully tidak menghiraukannya, dia terus meninju dan memukul wajah George. George pun tidak tinggal diam, dia pun membalas pukulan Rully. Akhirnya George dan Rully saling memukul. Perkelahian mereka terdengar hingga keluar. Dan kala itu Albern yang sedang berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum, mendengar perkelahian itu. Dia berlari menuju ke kamar George.“Hey! Apa-apaan kalian berdua ini, mengapa kalian berkelahi?!” Albern langsung me
“Hubby ….” Harnum berkata dengan suara bergetar. Dia melihat dengan jelas keperkasaan sang suami yang sudah menjulang tinggi dan terlihat sangat besar dan panjang. Harnum menggigit bibir bawahnya, dan itu terlihat semakin seksi di mata Albern, dan dia semakin bergairah melihatnya.“Yes, my loved wife, ada apa, hmmm,” goda Albern.Dengan susah payah Harnum meneguk ludahnya. “Aku … aku … ta … takut melihatnya,” ujar Harnum dengan suara terbata.“Mengapa kau takut, Honey, hmmm …?” Albern bertanya dengan nada menggoda.“Ka … karena itu terlihat sangat besar dan panjang. Se … seperti pedang samurai. Aku … aku benar-benar takut melihatnya, By.” Harnum bergidik melihatnya.Albern tersenyum melihat ekspresi dan suara sang istri. “Jangan dilihat, Sayang, kau cukup merasakannya saja. Lagi pula … selama ini kau sudah sering melihatnya dan merasakannya.”“Ta … tapi … selama ini aku tidak seperti saat ini yang begitu jelas melihatnya.”Albern mengulum senyum. “Sayang, malam ini aku ingin kau yang