“Jangan menggodaku lagi, Honey, kau kembali membangkitkan gairah bercintaku.” Albern menarik tubuh Harnum.Harnum terkejut mendapat serangan mendadak dari Albern. Perasaannya sudah mulai was-was. “By, stop. Aku masih lelah jadi tolong hentikan,” protes Harnum.Albern terus memeluk dan mencumbui tubuh polos sang istri. “Tidak bisa, Sayang, kau sudah kembali membangkitkan gairahku.” Albern menggigit bibirnya dengan gaya sensual.Harnum membelalakkan mata melihat tingkah sang suami. “By, aku sedang berbicara serius tentang Monic dan Rully, jadi tolong kau cerna dulu kata-kataku itu,” ujar Harnum dengan mimik wajah serius. Albern terdiam. Dia mencerna ucapan sang istri.“By, aku mohon, ini permintaanku sebagai seorang wanita, bukan sebagai seorang istri, karena sebagai wanita aku pun merasakan kesedihan melihat hubungan Monic dan Rully,” papar Harnum, “Aku tahu jika dulu Monic sangat buruk dan bahkan dia memperlakukanku dengan kejam, tapi, semenjak kau menghukumnya, dia benar-benar beruba
Sementara itu di Negara Indonesia. Monica yang sudah berkumpul bersama keluarganya terlihat sangat bahagia. Dia begitu menikmati kebersamaannya bersama kedua orang tuanya.Selama ini, keluarga Monica tidak mengetahui tentang permasalahan putri tunggalnya itu terhadap Albern, yang menjadi tawanan hingga dibawa ke Italia. Albern yang sudah merencanakan semuanya hingga dia memerintahkan pada Rully agar dia memberitahukan kepada keluarga Monica bahwa Monica bekerja bersama Albern dan dikontrak dalam beberapa tahun, sehingga tidak akan pulang dan membuat keluarga Monica mempercayainya, karena mereka tahu bahwa selama ini Monica dan Albern memang sudah sangat dekat.Lalu, ketika Monica kembali, mereka tentu saja merasa sangat bahagia. Dan alasan Monica pun yang mengatakan bahwa kontrak kerjanya bersama Albern sudah berakhir, sehingga dia diperbolehkan pulang.Saat itu Monica tengah berkumpul bersama kedua orang tuanya. Mereka sedang berbincang-bincang santai. “Monic, usiamu sekarang sudah d
“Aku tidak ingin membuat kecewa kedua orang tuaku dan menyakiti mereka. Kau tenang saja, Monic, aku yang akan berbicara pada Tante dan Om, mereka pasti akan mengerti,” ujar Zidan, “Oh, iya, kau tunggu sebentar, ya, aku ingin membeli minuman dan cemilan dulu untuk kita, kau tunggu di sini sebentar, oke.” Zidan bangkit. Monica hanya mengangguk.Zidan pun meninggalkan Monica. Dia berjalan menuju ke tempat perbelanjaan terdekat untuk membeli minuman dan makanan ringan. Ketika Zidan pergi, tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung dan hujan rintik-rintik pun langsung membasahi bumi.Monica yang kala itu tengah duduk seorang diri di bangku, merasa kebingungan. Jika dia pergi, dia khawatir Zidan akan mencarinya. Akhirnya dia tetap duduk di kursi tersebut walaupun basah. Namun, tiba-tiba dia merasakan ada yang menutupi kepalanya dengan menggunakan kain.“Dasar gadis bodoh! Hujan pun kau tetap duduk di sini karena menunggu laki-laki yang kau cintai itu.”Monica sangat terkejut. Dia sangat mengen
Ketika sampai di rumah sakit, Monica segera ditangani oleh Zidan. Tangannya langsung dipasangkan infus. Rully menatap wajah Monica yang terlihat sangat pucat. Dia sedang bertanya-tanya di dalam hati, Monica sakit apa dan mengapa bisa tiba-tiba pingsan.Rully menatap Zidan. “Zidan, mengapa Monic tiba-tiba pingsan seperti itu, dia sakit apa?” tanya Rully pada Zidan.Zidan menghela napas. “Monica hanya banyak pikiran saja dan tubuhnya mengalami dehidrasi sehingga membuatnya pingsan,” jawab Zidan.Rully mengernyitkan keningnya, dia menatap Zidan, dan kemudian beralih menatap Monica. “Hanya dehidrasi dan banyak pikiran? Maksudmu bagaimana?”Zidan menghembuskan napas dengan berat. “Seharusnya kau bertanya pada dirimu sendiri, dan aku tahu bahwa kau mengetahui jawabannya, jadi kau tidak perlu bertanya padaku mengapa Monic sampai memiliki banyak pikiran seperti itu sehingga membuatnya sakit!”Rully merasa sangat tertampar dengan ucapan Zidan tersebut. Dia menggigit-gigit jarinya sambil berjal
Rully sesekali menyeka air mata Monica menggunakan tangannya. “Mengapa kau masih saja cengeng. Aku tidak menyukaimu yang seperti ini! Aku menyukaimu seperti dulu, Monica yang pemberani, kuat, dan sombong!”Monica membelalakkan matanya. “Apa maksudmu, Rully? Mengapa sekarang kau kembali membahas masa laluku. Bukankah kau sendiri yang dulu membenciku karena sifatku yang buruk di masa lalu?” Dada Monica terlihat naik turun karena tiba-tiba emosinya memuncak. “Mengapa sekarang tiba-tiba kau membandingkan diriku yang sekarang dan diriku yang dulu? Hah?!” Emosi Monica semakin tidak terkontrol. “Dasar laki-laki aneh, pantas saja kau menjadi perjaka tua, jomblo sejati, karena tidak ada perempuan yang mau denganmu!” Monica berkata dengan sengit.Rully tidak marah mendengarnya, dia justru tersenyum karena akhirnya dia berhasil memancing Monica agar kembali ceria dan cerewet seperti biasanya. Sedangkan Monica, emosinya sudah di ubun-ubun, dan terasa seperti akan meledak. Mendengar perkataan Rull
Siang itu, Monica sudah keluar dari rumah sakit. Dia pulang ke rumahnya bersama dengan Rully dan Zidan. Zidan sudah mengetahui dan melihat secara langsung tentang pernyataan cinta Rully dan Monica, jadi Zidan bisa menerimanya dengan lapang dada. Zidan justru mendukung hubungan mereka.Selama dalam perjalanan pulang, mereka bertiga saling bercanda. Kini sudah tidak ada lagi kecanggungan di antara mereka bertiga. Zidan menyetir mobil, sedangkan Rully dan Monica duduk di kursi belakang.Zidan menatap Rully dan Monica melalui kaca. “Rully, nanti jika kau sudah menikahi Monic, apa kau akan membawanya kembali ke Italia?” tanya Zidan.Rully terdiam sejenak. Dia memikirkan pertanyaan Zidan tersebut, karena dia tahu bahwa Monica merupakan anak tunggal, dan tidak mungkin rasanya jika akan kembali dibawa ke Italia. Sedangkan kedua orang tuanya sangat menginginkan sang putri agar segera menikah dan memiliki momongan, agar mereka tidak kesepian.Zidan kembali menatap Rully melalui kaca. “Mengapa k
Setelah Rully dan Monica mengakhiri perbincangannya dengan Albern dan Harnum, maka sepasang pengantin baru itu pun segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang pengantin milik mereka yang sudah dihiasi dengan kelopak bunga mawar merah.Monica yang baru keluar dari rumah sakit itu merasa tubuhnya sangat lelah sekali. Dia memejamkan matanya. Rully yang melihat sang istri sudah merebahkan tubuhnya terlebih dahulu itu, kini merangkak mendekati sang istri.“Sayang, apakah kakimu terasa pegal?” tanya Rully dengan penuh perhatian.“Iya, Sayang, kakiku terasa pegal sekali, dan seluruh tubuhku juga rasanya sakit. Aku merasa sangat lemas, mungkin ini efek karena aku baru keluar dari rumah sakit.” Monica berkata sembari memijat keningnya.Rully menatap iba pada sang istri. Sebenarnya dia sangat menginginkan malam pertama mereka dilakukan pada malam ini, namun, ketika dia melihat sang istri yang sangat kelelahan, dia pun tidak tega melihatnya.Lalu, Rully meraih kaki Monica dan diletakkan di atas p
Monica berkata dengan bola-bola kristal yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Rully merasa sangat tidak enak hati melihat sang istri yang terlihat sedih.“Sayang, mengapa kau menangis? Tolong maafkan aku, aku benar-benar tidak bermaksud menyakiti hatimu. Aku … aku memang salah, Sayang, tolong maafkan aku.” Rully meraih tubuh sang istri dan membawanya ke dalam pelukannya.Monica mengusap pipinya yang sudah basah. “Tidak mengapa, aku rasa bukan hanya kau yang akan berpikiran buruk tentangku, mungkin laki-laki lain pun jika mengetahui tentang sifatku yang dulu akan berpikiran seperti itu.” Monica menghela napas. “Kau tidak usah merasa bersalah. Aku menangis karena aku merasa terharu, dan aku bersyukur karena aku akhirnya bisa menjadi wanita yang lebih baik lagi.”Rully mempererat pelukannya. Ia tiada henti menciumi kepala sang istri. Perasaan bersalah dan berdosa kian membuncah di dalam hatinya. Rully memejamkan matanya.“Mungkin jika dulu kau dan Al tidak memberikan hukuman padaku di pe