“Aku merindukanmu,” bisik Albern.Harnum mengernyitkan keningnya. Ia merasa seperti ada yang aneh pada Albern. “Hey! Aku setiap hari, setiap malam ada di sini, selalu bersamamu, tapi mengapa kau merindukanku? Hmm,” ujar Harnum.“Entahlah … aku merasa seperti akan berpisah denganmu,” jawab Albern.Harum tercenung mendengar ucapan Albern. Karena, tidak seperti biasanya Albern berbicara seperti itu. Harnum menatap Albern dengan dalam, entah mengapa, tiba-tiba perasaannya merasa tidak enak ketika mendengar ucapan Albern tersebut, karena seolah-olah akan terjadi sesuatu yang buruk.“Al, apa maksudmu berbicara seperti itu? Aku tidak mengerti,” tanya Harnum.Albern tidak langsung menjawab pertanyaan Harnum tersebut, dia menyungingkan senyum dan mengelus kepala Harnum lalu mengecup keningnya. “Tidak apa-apa, mungkin karena ini perasaanku yang sangat dalam terhadap dirimu, mungkin karena aku yang sangat mencintaimu, jadi, di saat aku akan pergi meninggalkanmu, aku merasa cemas yang berlebihan,
Keesokan harinya, Albern bersama dengan para tangan kanannya sudah bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju ke Negara Vietnam. Mereka seperti biasanya menggunakan pesawat jet pribadi, agar perjalanan mereka lebih mudah dan cepat tanpa hambatan.Albern sudah bekerja sama dengan para petugas di bandara, agar penyelundupan narkoba dan senjata api, bisa berjalan dengan lancar, karena kali ini, perjalanan bisnis gelap yang mereka lakukan beroperasi skala besar.Kali ini, Klan AB akan bekerja sama dengan dua kubu. Mereka akan menemui Din Khuong dan Lam Phuong. Mereka berdua merupakan bos besar dari kedua kubu tersebut.Perjalanan udara dari Negara Italia menuju Negara Vietnam memakan waktu selama 17 jam 30 menit. Penggunaan jet pribadi yang menggunakan jalur bandara khusus itu, mempermudah dan mempercepat akses perjalanan mereka.Albern dan Dhin Khuong dan juga Lam Phuong, melakukan pertemuan di sebuah tempat tersembunyi, agar transaksi mereka aman. Para anak buah Albern dari Klan AB
“Markas ini sudah kami kepung! Lebih baik kalian menyerahkan diri!”Albern yang kala itu sedang terpuruk dan bersedih, seketika mendongakkan wajahnya, dia menatap ke segerombolan orang-orang yang mengenakan seragam hitam yang sudah menodongkan pistol pada mereka.Wajah Albern sudah memerah. Dia bangkit dan mengepalkan tangannya. Tentu saja Albern merasa sangat penasaran, siapa dalang dari semua ini, yang telah membocorkan rahasia terbesarnya dalam dunia kegelapan.Yang menjadi pertanyaan Albern adalah … mengapa tiba-tiba markas Klan AB sampai hancur seperti ini, sedangkan dia sudah bertahun-tahun berada di markas tersebut, tetapi tidak pernah ada polisi yang mengetahui markas mereka, dan sepak terjang mereka sebagai mafia.Mata Albern sudah menatap dalam pada Willy yang kala itu sudah mendudukkan wajahnya. Kini, Albern merasa curiga pada Willy. “Katakan padaku! Apakah kau yang berkhianat?” tanya Albern dengan tatapan tajam.Willy tidak langsung menjawab pertanyaan Albern tersebut, dia
“Haha … kau dengar bukan, bagaimana suara jerit kesakitan dari wanita yang kau cintai itu. Jadi, lebih baik kau menyerahkan diri saja!” ucap pria bertopeng itu sembari mengejek Albern.Pria bertopeng itu menunjukkan rekaman, di mana pada saat itu Harnum sedang disandera di sebuah ruangan kosong, dengan posisi kedua tangannya diikat di tiang dengan rantai besi. Albern semakin emosi melihatnya, air matanya pun tidak terasa sudah membasahi pipinya. “Harnum,” gumam Albern.Di saat Albern tengah lengah, dia pun langsung dilumpuhkan. Punggungnya dipukul dari belakang, sehingga Albern terkapar. Albern langsung dibawa menuju ke kantor polisi, namun, ketika di tengah perjalanan, Albern kembali beraksi, dia kembali melawan para polisi itu.Pertarungan sengit pun kembali terjadi di dalam mobil polisi tersebut. Albern menghujami para polisi itu dengan menggunakan belatinya, lalu, dia menendang tubuh mereka hingga terlempar ke luar.Baku tembak pun kembali terjadi antara kubu Klan AB dengan kubu p
Albern menembaki mereka sembari berusaha melepaskan rantai besi di tangan Harnum dengan tembakan. Namun, di saat dia sedang fokus menyelamatkan Harnum, tiba-tiba sebuah tembakan mengenai perutnya. Albern tidak tinggal diam, dengan susah payah dia menembaki mereka satu persatu hingga mereka semuanya tewas.Keadaan Albern yang terkena luka tembak itu, tidak mempedulikan rasa sakitnya, dia langsung memeluk Harnum dan menciumnya secara berulang kali. Tangan Harnum yang sudah terlepas dari ikatan itu, langsung membalas pelukan Albern. Harnum berlinangan air mata.Albern masih terus mengecupi kepala Harnum. “Syukurlah kau selamat, aku sangat mencemaskanmu dan khawatirkanmu,” ucap Albern.Sedangkan Willy sedang sibuk dengan keadaan Jennifer. Mata Harnum tertuju pada mereka berdua. Harnum yang belum mengetahui kejadian yang sebenarnya tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh Willy dan Jennifer itu, berniat ingin membantu mereka, namun Albern mencegahnya.“Harnum, mereka berdua ini adalah pen
Hari-hari pun berlalu, kini, Albern terlihat lebih banyak diamnya dan murung. Semangat hidupnya benar-benar sudah tidak ada lagi. Semua harta hasil usaha yang ia lakukan secara gelap selama ini pun sudah sirna. Klan AB yang selama bertahun-tahun sudah ia bangun dan kembangkan, kini sudah hancur tak bersisa. Anak buahnya sudah banyak yang tewas, dan, tangan kanannya, kini hanya tersisa Rully saja yang ikut bersamanya, sedangkan yang lainnya, dia tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Albern benar-benar harus merintis dari awal lagi untuk membangun klan. Kini, Albern lebih mudah sekali untuk meneteskan air matanya.Seperti halnya pada malam itu, Albern terlihat sedang merenung di dalam kamar, sedangkan Rully dan Monica, mereka sedang tidak berada di rumah, mereka sedang keluar. Di rumah tua tersebut hanya ada Harnum dan Albern saja.Harnum yang kala itu tengah memperhatikan Albern, kini melangkah masuk ke dalam kamar. Dia ikut sedih melihat Albern yang kini berubah drast
“Mas Reno, bawa aku pergi, Mas, aku ingin ikut bersamamu dan anak kita,” racau Harnum. Ia terus meracau memanggil nama Reno dan merintih menahan sakit di perutnya.Albern terkejut mendengar ucapan Harnum tersebut. Pikiran buruk Albern terhadap Harnum kini lebih mendominasi, walaupun sebenarnya dia merasa sangat cemburu dan sangat kesal mendengar Harnum yang kembali memanggil nama Reno, namun, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuknya marah pada Harnum, karena kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja.Albern kembali teringat saat dulu Harnum mengalami stillbirth, hal serupa juga yang terjadi dan dilihat olehnya. Lalu, Albern melangkah untuk kembali menuju ke rumah. Di saat tengah berjalan, tiba-tiba Rully dan Monica sampai. Mereka sangat terkejut melihat kondisi Harnum yang lemas tak berdaya.“King, apa yang terjadi?” tanya Rully dengan cemas.“Harnum,” gumam Monica.Mata Monica tertuju pada kaki Harnum yang terdapat banyak bercak darah. “Ya, Tuhan, Harnum, apa yang terjadi padamu
“Jangan pergi, Mas Reno, jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa menjalani hidup ini lagi jika tanpa dirimu,” Harnum masih terus meracau memanggil nama Reno.Albern kembali merasakan sakit di ulu hatinya, namun, dia langsung tersadar. Albern langsung memeluk tubuh Harnum dengan erat. Tiba-tiba Harnum membuka matanya, napasnya terlihat naik turun. Harnum berusaha untuk duduk, namun, perutnya terasa sakit.Harnum memegang perutnya. “Ah! Perutku sakit sekali,” rintih Harnum. Bibirnya masih memucat. Albern tersadar, lalu dia berlari ke dapur dan mengambilkan air hangat untuk Harnum. “Sayang, minumlah.” Albern memberikan air minum tersebut dan di minumkan ke mulut Harnum.Harnum meminum air hangat tersebut hingga tandas, karena tenggorokannya terasa sangat dahaga sekali. “Mas Reno,” panggil Harnum. Dia masih Memanggil nama Reno.Albern memejamkan matanya. Dia menarik napas, menahannya, lalu, membuangnya dengan kasar. “Harnum, sadarlah! Aku Albern, bukan Reno. Reno sudah lama tiada. Tolong l