Setelah melakukan serangkaian tes yang melelahkan, Rania akhirnya menjalani operasi transplantasi kornea atau yang biasa dikenal dengan sebutan cangkok mata di salah satu rumah sakit ternama di New York City, Amerika Serikat.
Teknik transplantasi kornea Lamellar Keratoplasti merupakan teknik baru transplantasi kornea mata yang sedang dikembangkan di USA.
Menggunakan teknik ini, dokter hanya perlu mengangkat lapisan kornea yang rusak akibat cidera dan menggantinya dengan kornea dari pendonor.
Dengan adanya tekhnik baru ini, pasien hanya butuh waktu 2 hingga 3 bulan untuk bisa kembali melihat dan beraktifitas normal. Sementara dengan teknik lama, dibutuhkan waktu kurang lebih satu tahun untuk pasien bisa benar-benar pulih dan bisa melihat sebagaimana mestinya.
Penggunaan teknik baru ini sudah semakin populer di Amerika Serikat. Dari 40.000 kasus transplantasi kornea yang dilakukan dalam satu tahun, lebi
Tiga bulan kemudian... Salju mulai turun. Trotoar di sepanjang jalan sekitar Rumah Sakit New York Eye and Ear Infirmary of Mount Sinai atau NYEE mulai berubah warna. Salju memenuhi ruas jalan dan mengakibatkan beberapa akses jalan di tutup. Dari balik jendela kaca yang terbuka di ruang periksa, Rania bisa merasakan hembusan cuaca dingin menerpa wajahnya. Rania semakin merapatkan sweaternya. Hari ini adalah hari kontrol terakhir setelah serangkaian tes dan medical check up selama empat bulan belakangan dia jalani. Dokter Christian akan membuka secara total perban yang menutup mata Rania untuk melihat perkembangan terakhir atas suksesnya operasi cangkok mata Rania. Jika tidak ada masalah, maka sudah bisa dipastikan Rania sembuh total dari cidera kornea mata yang di deritanya dan impiannya un
Malam tadi, Rakha terpaksa menjelaskan semua masalahnya pada Ummi dan Abi.Siti yang memang memintanya untuk bicara jujur.Lagipula, jika terus di simpanpun, lambat laun mereka akan tahu juga.Ummi menangis sesenggukan sementara Abi hanya diam tanpa banyak bicara. Tapi Rakha yakin Abi sangat kecewa padanya.Kecewa karena Rakha telah menyimpan kepahitan hidupnya seorang diri.Mendekati tengah malam, hujan sudah reda tapi hawa dinginnya masih terasa menusuk hingga ke tulang.Sudah sejak satu jam yang lalu Rakha duduk termenung di teras rumahnya. Menatap ke arah samudra lepas.Hawa dingin yang datang serta merta tak membuatnya ingin beranjak dari tempat itu.Semua orang sudah masuk ke dalam kamar dan bergelung di balik selimut tapi Rakha tidak kunjung mengantuk.Surat cerai yang tadi diberikan Wisnu kini ada di genggamannya.
Welcome Indonesia.Ujar Rania dalam hati ketika pertama kali kakinya menjejak di tanah air.Senyum terus saja tersungging di bibir tipisnya.Rania tampak bersemangat. Berjalan keluar dari Bandara Soekarno Hatta.Dari kejauhan Rania melihat sosok seorang laki-laki berjas hitam dengan dasi merah berdiri di salah satu bangku tunggu Bandara. Lelaki itu tampak sibuk dengan ponsel di tangannya hingga tak menyadari kedatangan Rania."Mas Dev!" sapa Rania sambil menyentuh bahu si lelaki tadi.Lelaki yang di panggil Dev oleh Rania itu mendongak hingga tatapannya bertemu dengan seorang wanita berhijab dihadapannya.Senyuman terukir di wajah keduanya."Rania?" Devano berdiri dan mengayunkan telapak tangannya di depan wajah Rania persis.Rania mencebik dan menampik telapak tangan itu. Dia langsung memeluk Devano.
Sudah satu minggu berlalu Rania menjalani aktifitasnya sehari-hari di rumah seperti dulu.Bedanya, jika dulu sebelum dirinya mengalami kebutaan, Rania tidak pernah ikut campur mengenai urusan dapur, kini Rania lebih rajin melongok dapur untuk mengasah kemampuan memasaknya.Semakin hari dia jadi semakin terampil dalam hal masak memasak."Kamu kapan mau mulai kuliah lagi?" tanya Raline saat dirinya dan Rania sedang menyiapkan makan malam di dapur.Rania menyeka buliran keringat di dahinya. Memasak dengan busana tertutup yang dipakainya saat ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Rania.Tapi sejauh ini, Rania tak sama sekali kepikiran untuk melepas kembali apa yang telah menjadi kostum wajibnya meski hanya di rumah.Rania melakukan hal itu bukan semata-mata karena Rakha, tapi memang karena bentuk kewajibannya sebagai seorang muslimah."Rania belum kepik
Hari itu usai memasukkan semua gamis miliknya ke dalam koper, Rania langsung pamit pulang pada Mbok Tuti. Meski sebenarnya Rania tidak benar-benar pulang.Rania berkeliling sebentar untuk sekedar merefresh kembali apa yang telah terlewat selama satu tahun terakhir ini.Dia mengunjungi beberapa cafe favoritnya yang dulu selalu menjadi tempatnya berkongkow ria bersama teman-teman kampusnya.Sampai di sebuah cafe ternama di metropolitan mall yang menjadi cafe langganan Rania ketika dirinya seringkali hang out bareng bersama Cassie dan Nando...Rania menarik napas panjang ketika sekelebat bayangan Nando kembali merasuk dalam pikirannya.Bahkan setelah hampir satu tahun lewat lelaki itu menghilang dari kehidupannya.Nando dan Rakha...Cih, Rania bahkan tidak pernah membayangkan jika hidupnya harus di rusak oleh dua manusia tak berperikemanusiaan itu.
"Rania..."Rania membuka mata ketika seseorang memanggil namanya.Entah di mana dirinya berada saat itu dia hanya bisa melihat satu warna saja disekelilingnya, yaitu putih.Seperti sebuah dimensi tanpa batas, tak berujung.Rania tersesat di dalamnya."Rania..."Suara itu kembali terdengar. Memanggil namanya berulang-ulang.Rania kebingungan. Dia berputar mencari asal suara. Berlari ke sana kemari tapi sayangnya dia tak menemukan apapun di sana."Rania, saya di sini,"Rania menoleh lalu berbalik.Dilihatnya sesosok tubuh lelaki berdiri di hadapannya.Lelaki itu memakai pakaian serba putih bahkan dari wajahnya terpancar cahaya yang bersinar terang benderang.Membuat Rania silau hingga tak mampu menatap wajah itu lebih jelas."Kamu
Dear Rania, kamu tahu dengan siapa saya ingin menjalani sisa hidup? Jawabannya adalah dengan kata ke dua dari kalimat pertama saya... Itupun, jika Allah mengizinkan. ***** Begitu tahu mengenai kecelakaan yang menimpa Rakha, Rania benar-benar shock. Dia terus saja menyalahkan dirinya sendiri. Bahkan sejak keberangkatannya tadi pagi menuju lokasi rumah sakit tempat Rakha di rawat, Rania tak berhenti menangis di mobil. Kepergiannya saat itu di temani oleh ke dua orang tuanya. Jika sebelumnya Rakha
Wisnu baru saja tiba di rumah sakit tempat dimana Rakha di rawat setelah kemarin keluarganya pun mendapat musibah duka cita.Adik bungsunya meninggal karena kecelakaan motor.Wisnu datang ke rumah sakit bersama keluarga kecilnya setelah jasad adiknya sudah dikebumikan."Bagaimana keadaan Rakha, Ummi?" tanya Siti sesampainya dia di depan ruangan ICU.Saat itu hanya ada Ummi dan Zulfa di sana."Dokter bilang Rakha masih kritis," jawab Ummi dengan tasbih yang tak lepas di tangan. Sementara di sisi lain Zulfa tampak membaca surat Yasin.Siti berjalan ke arah dinding kaca pembatas ruangan ICU. Dari balik dinding itu, Siti dapat melihat tubuh Rakha yang kini terbaring lemah dipenuhi dengan berbagai peralatan medis sebagai alat penunjang kehidupan sang adik tercintanya itu.Hati Siti teriris.Kenapa musibah ini ter
Seorang lelaki menerima telepon dari seseorang di flatnya. "Hallo, ada apa Rick?" tanya lelaki itu pada orang yang meneleponnya. Dia menyalakan rokok dan berjalan ke sisi jendela. Membuka kaca jendela lalu mengepulkan asap rokok itu ke udara. Dingin angin malam berhembus menerpa wajah tampannya. "Ada pekerjaan baru untukmu, Sam. Kau sedang butuh uangkan?" ucap seorang lelaki di seberang. "Asal bukan memperkosa dan menculik anak kecil, aku terima," sahut lelaki yang dipanggil Sam itu. Saat itu, lelaki bernama Sammy itu duduk di jendela kamar dengan tubuh yang bersandar ke dinding dan satu kaki yang terangkat. Siku tangannya yang memegang rokok bertumpu pada lutut kakinya
Tentang Sammy. Seorang buronan interpol yang melarikan diri dari penjara karena ingin mencari adik angkatnya yang hilang. Dia adalah mantan tentara militer yang beralih profesi sebagai pembunuh bayaran setelah di fitnah dan di pecat secara tidak hormat, lalu di jebloskan ke penjara dan di siksa secara keji. Tentang Rheyna. Gadis yatim piatu salah adopsi. Dia di jual oleh orang tua yang mengadopsinya pada seorang germo di Las Vegas untuk di jadikan pelacur. Hingga suatu hari, Rheyna berhasil kabur dari tawanan si germo. Satu hal yang Rheyna inginkan saat itu, yakni pulang ke tanah air agar dia bisa bertemu kembali dengan seorang lelaki yang teramat sangat dia kagumi sejak kecil, lelaki itu adalah Ustadz yang mengajarnya mengaji di panti asuhan dulu, namanya Ustadz Rakha. Tentang sepasang suami istri, Rakha dan Rania. Sebelum menikah dengan Rakha, Rania sempat di lamar oleh seorang lelaki berkebangsaan Arab bernama Ahmed, tapi Rania menolaknya.
Dear Rania... Pada lembar terakhir buku ini, saya menyematkan foto kita berdua di sana. Berharap suatu hari nanti, ketika kamu melihatnya, kamu bisa tersenyum dan tahu betapa tampannya seorang Rakha yang menjadi suamimu ini... Allah telah memberi saya anugrah cinta yang luar biasa di dalam hati saya, hanya untukmu. Dan saya tak pernah berpikir untuk menghapusnya dari dalam hati maupun pikiran saya. Perasaan ini akan selalu saya jaga dan saya pupuk dengan baik di dalam jiwa saya. Karena saya percaya, alasan Allah mempertemukan kita lalu mempersatukan kita dalam ikatan suci pernikahan bukan hanya untuk sementara. Pasti ada alasan lain dibalik ini semua. Boleh saja kini kita berpisah, tapi saya yakin, suatu hari nanti cinta kita akan kembali b
Sebuah gedung megah berdiri kokoh di pusat Ibukota.Hotel berbintang lima itu ramai di kunjungi oleh berbagai macam kalangan orang-orang kelas atas dari mulai pengusaha, aktris, penyanyi, Syekh dan habib terkenal hingga beberapa pejabat pemerintahan.Mereka datang berbondong-bondong dan saling menunjukkan kemampuan finasial melalui mobil mewah yang mereka gunakan.Acara resepsi pernikahan seorang Ustadz terkenal asal Bantul, bernama Rakha Al-Faridzi dengan seorang wanita bercadar yang merupakan mantan istrinya sendiri bernama Rania Putri Wulandari Akbar di gelar dengan sangat meriah.Jika pernikahan pertama mereka dulu tak ada resepsi karena memang sengaja di sembunyikan agar tak tercium awak media, hingga berujung perceraian. Namun kali ini mereka terlihat blak-blakan membagi kebahagiaan mereka pada awak media.Bahkan acara itu di buka bebas untuk para rekan wartawan yang ingin meliput.
Acara ijab dan kabul telah usai.Hampir seluruh keluarga besar Dirgantara pulang ke penginapan, hanya tersisa Bastian dan Devano yang masih asik berkumpul di Masjid bersama keluarga Rakha yang lain, di antaranya Kohar dan Wisnu.Aminah, Latifah, Zulfa dan Ummi sudah sejak tadi masuk kamar untuk beristirahat. Setidaknya mereka masih memiliki waktu sekitar dua sampai tiga jam untuk tidur sampai waktu shalat Idul Fitri tiba.Rakha baru selesai mencuci muka di kamar mandi setelah berulang kali dia terus meyakini dirinya bahwa apa yang dia alami malam ini bukanlah mimpi alias nyata! Real! Asli! Fakta bukan rekayasa.Lelaki itu sudah menanggalkan jas hitamnya dan menyisakan sebuah kemeja putih yang melekat pas di tubuhnya yang juga berkulit putih.Rakha berwudhu.Berharap perasaannya bisa sedikit lebih baik.Terlebih, setelah ini dia harus menghadapi Rania yang
Rakha Pov...Tak terasa, Ramadhan tahun ini akan segera berakhir.Gema takbir sudah berkumandang.Menyejukkan hati. Meneduhkan sanubari.Kalimat-kalimat toyyibah penyeru betapa perkasanya sang Ilahi sedang diperdengarkan di seluruh dunia, semua orang menyeru nama Allah, memujinya.Tak henti-hentinya rasa syukur terus saya panjatkan atas karunia dan kasih sayang yang telah Allah berikan pada saya karena telah memberikan saya kesempatan mengecap manisnya bulan penuh rahmat di Ramadhan tahun ini.Nikmat sehat, nikmat beribadah, nikmat hidup pun nikmat-nikmat lainnya yang mungkin tak akan terhitung jumlahnya jika saya ucapkan satu persatu.Allah maha kaya, maha pengasih, maha penyayang, maha adil dan maha segala-galanya.Hanya kepada-Nyalah saya meminta dan memohon ampunan atas semua dosa-dosa
"Assalamualaikum, Ummi? Apa kabar?" ucap salah satu perempuan yang lebih dulu masuk.Dia seorang perempuan bercadar.Lebih tepatnya."Waalaikum salam," jawab Ummi dengan suara pelan. Masih terlihat bingung.Perempuan bercadar itu merangsek ke arah Ummi, memeluk Ummi dan menangis."Ini Rania Ummi..." bisik Rania sambil terisak.Latifah langsung menunduk."Rania?" gumam Ummi seolah tidak percaya.Rania mengangguk, melepas cadarnya."MasyaAllah..." gumam Ummi yang langsung menangis. "Jadi, kamu bukan ke Arab?"Bastian dan Raline menyusul masuk hendak bersalaman dengan si empunya rumah. Mereka berdiri di samping Rania.Rania bingung jadi berpandangan dengan ke dua orang tuanya."Ke Arab bagaimana Ummi?" tanya Rania yang tidak mengerti maksud pertanyaan Ummi.Dan Ummi pun menceritakan apa yang tadi diceritakan Siti padanya setelah mereka kini sudah duduk di sofa ruang tamu.Rania dan keluarg
Lantunan shalawat terus terdengar dari musik yang di putar Wisnu mengiringi perjalanan mereka menuju kampung halaman.Mudik tahun ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.Jika tahun lalu mereka sudah berada di kampung sejak jauh-jauh hari sebelum hari raya, tapi sekarang di malam takbiran mereka justru masih berada di perjalanan.Untungnya arus mudik tahun ini jalanan di sepanjang jalur yang mereka lalui menuju Bantul ramai lancar alias tidak macet.Mereka sempat beberapa kali transit di rest area atau pom bensin untuk menunaikan shalat.Selepas maghrib mereka sudah masuk kawasan Jogya.Wisnu menepikan mobil di sebuah warung makan yang menyediakan fasilitas mushola dan toilet umum.Usai menunaikan shalat maghrib mereka buka bersama dengan memesan beberapa menu makanan yang berbeda.Wisnu dan Runi memesan menu ayam bakar, sementara Siti ingin makan lontong sayur dan seperti biasa, Rakha memesan menu kesukaannya lele goren
Malam itu, malam di mana dua hari menjelang hari raya Idul Fitri tiba.Di sepertiga malam yang sunyi, dua anak manusia sama-sama melaksanakan shalat istikharah.Bersujud, merendah dan memohon kepada sang penguasa alam atas apa yang menjadikan hati mereka resah dan gundah gulana.Meminta dengan khusyuk agar Allah memberikan petunjuk terbaiknya kepada mereka.Mereka bukanlah manusia mulia seperti Rasullullah pun Siti Khadijah. Mereka hanya manusia biasa yang berlumur dosa dan khilaf.Untuk itulah mereka tak sanggup menyelesaikan masalah ini sendirian tanpa campur tangan Allah di dalamnya.Karena mereka tahu, sebaik-baiknya pemberi petunjuk hanyalah Allah SWT.Sebaik-baiknya pembuat rencana, hanya Allah Azza Wa Jalla.Bukankah, rejeki, maut dan jodoh itu semua sudah ditetapkan Allah sejak mereka terlahir ke dunia?Maka, mereka akan pasrahkan semuanya kembali hanya pada sang pemilik hati.*****Keesokan harinya