Share

Persidangan

Part 6

“Apa kamu lupa perjanjian yang dibuat Kakekmu Dathan? Kakekmu pasti marah kalau cucunya mau membatalkan tunangan ini.” Nyonya Jesika terlihat murka, wajahnya memerah karena amarah yang meluap. Pasalnya, sesampainya mereka ke kediaman keluarga besar Dathan, putranya itu malah ingin membatalkan pernikahan dengan Brenda.

“Kenapa? Kamu mau nasibku sama seperti Kakakku?”

“Apa kamu bilang? Kakakmu beda Dathan, kamu laki-laki dan kamu yang bakal mimpin perusahaan ini. Kalau ternyata Pamanmu yang resmi di pilih oleh Kakek, kamu punya pilihan lain yaitu meneruskan perusahaan Winner Grup, punya Ayah Brenda.”

“Kenapa aku mesti mengikuti semua perintahmu Nyonya Jesika? Sejak kamu menjadi istri dari Ayahku, aku selalu harus menuruti perintahmu bahkan kini Kakakku harus menanggung akibatnya karena dia sangat patuh padamu. Lantas, aku juga harus mengalami hal yang sama?”

PLAK

Seketika Nyonya Jesika menampar wajah anak tirinya. Semakin hari ia merasa Dathan mulai menunjukkan secara terang-terangan bahwa pria itu tidak mau diatur olehnya.

“Stop omong kosong, apa sekarang kamu menyalahkan aku atas apa yang menimpa Tiffany? Itu salah dia, karena dia bodoh. Kalau kamu mau ngikutin jejak dia, kamu akan berakhir sama. Kamu mau nikah sama pilihan kamu sendiri? Dathan, Kakekmu nggak akan biarkan itu terjadi. Kamu akan sama menderitanya seperti Kakakkmu.”

“Jangan kamu hina Kakakku!” gertak Dathan dengan mata melotot, ia bahkan mengangkat gelas minuman di hadapannya dan membantingnya ke tembok. Tangannya mengepal keras, ingin sekali meninju sesuatu atau wanita yang ada dihadapannya, tapi walau begitu Jesika tetap istri dari almarhum Ayahnya.

“Sekali kamu hina Kakakku dengan mulut kotormu, bukan nggak mungkin, aku mencekik lehermu… Ibu,” geram Dathan dan berlalu begitu saja dari ruang yang biasa mereka pakai untuk berbicara serius atau perihal bisnis dan perusahaan. Setelah kepergian Dathan, Nyonya Jesika terlihat memejamkan mata, tangannya menggenggam erat gelas berisi wine.

“Anak sialan,” makinya.

Dathan berjalan lunglai menaiki anak tangga rumahnya. Inilah alasan mengapa ia lebih betah tinggal di apartemen karena ketika pulang ke rumah, selalu saja bertengkar dengan Ibu tirinya. Dulu, saat ia masih remaja dan Ayahnya masih hidup, ia bisa menahan semua perasaan kesal, marah dan benci kepada Jesika, tapi kini ia tidak tahan lagi. Ia ingin bebas dari genggaman wanita tua yang jahat itu.

Ia teringat peristiwa ditangga yang ia pijak sekarang, dimana Adik tirinya saat itu terjatuh karena berlarian dan Jesika menyalahkannya dan mengadukannya kepada sang Ayah. Ketika itu Ayahnya sangat marah padanya dan menghukumnya dengan mengurungnya di gudang. Ia hanya bisa menangis didalam ruangan yang gelap dan penuh sarang laba-laba itu. Sementara Kakaknya yang bernama Tiffany, saat itu juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis.

Adrina bersyukur ia diberi kesempatan oleh Dathan mengurus persidangan yang melibatkan ia dan sang Paman. Hanya membutuhkan waktu dua hari, Tigor sudah ditangkap dan diserhakan kepada pemerintah Indonesia, karena ternyata di Macau pun pria itu terlibat masalah, yaitu perkelahian dengan orang asli China di sebuah diskotik.

Ia sudah bersama pengacaranya yang hampir setara dengan Hotman Paris. Dathan menyayangkan karena pria itu tidak bisa kali ini memenuhi permintaannya karena sedang berlibur dengan keluarganya ke Korea. Namun, pengacara yang ia sewa tidak kalah kompetennya dengan pengacara nomor satu di Indonesia itu, Dathan menjamin Adrina akan menang di persidangan dan hukuman untuk Tigor akan benar-benar berat.

“Adrina, gimana bisa kamu tega sama Pamanmu sendiri?” Tigor berkata dengan nada pelan, saat mereka berpapasan di lorong. Adrina menghela nafas, meski pria dihadapannya yang kini memakai pakaian tahanan dengan kondisi tangan di borgol itu adalah saudaranya, tapi ia tidak bisa bermurah hati.

“Aku nggak tega, kamu yang tega Paman. Kamu tega memeras aku dan nenek. Sekarang, sadari tempatmu dan bertaubatlah.”

“Percaya diri sekali kamu sekarang. Apa itu pengacara dari perusahaanmu? Apa kamu jadi simpanan Bos sekarang?” tanya Tigor dengan senyum meremehkan, masih sempat-sempatnya menghina keponakannya.

Dua orang petugas sipir yang memegangi Tigor hanya terdiam membiarkan dua orang itu saling bicara. Sementara pengacaranya,  Adrina mempersilakan pria itu untuk melangkah lebih dulu.

“Simpan tenagamu Paman buat nanti nyangkal semua bukti dan mengarang alibi.” Setelah mengatakan kalimat itu, Adrina tersenyum dan masuk ke dalam ruangan sidang.

Setelah hukuman yang setimpal dijatuhkan oleh Hakim, barulah Adrina bisa menghela nafas. Tigor dijatuhi hukuman seumur hidup penjara atas dakwaan penyerangan, pemerasan dan ternyata pria itu pernah memiliki jejak membunuh orang selama di Thailand, yang baru terkuak sekarang. Walau pengacara Tigor sempat memojokkan Adrina dan menuduhnya merekayasa bukti, tapi pengacara yang di sewa Bosnya mampu menyangkal dan membelanya dengan baik.

Cakra juga datang ke sana walau terlambat, pria itu menyalami pengacara yang disewa oleh Bosnya dan berterimakasih, tidak lupa dia meminta rekening si pengacara untuk pembayarannya. Dathan sendiri sudah memberikan tiket khusus VIP untuk pengacara itu sehingga bisa menikmati fasilitas hotel King Of Store, selama beberapa hari menjelang proses persidangan.

“Terimakasih atas kerjasamanya Pak Jhon. Semoga lain kali kita bisa berpatner kembali,” ujar Cakra sembari menjabat tangan Pak Jhon.

“Terimakasih Pak, telah mendampingi proses hukum saya.” Adrina turut berterimakasih.

“Sama-sama, suatu kehormatan bagi saya kalau bisa menjadi klien dari petinggi King Of Store. Kalau begitu, saya permisi. Sampaikan terimakasih juga untuk Pak Dathan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status