Didepan meja makan, tampak keluarga pak herman ayah kandung devan bersama ibu tirinya melinda, tampak juga disana hadir devan dan gadis pirang yaitu adik tiri devan bernama rika,
"devan, 3 hari lagi papi dan mami akan pergi melamar fenny tidak ada alasan untuk menolak dan kamu harus patuh perintah papi." tegas pak herman
"tapi pi, kenapa ini mendadak dan lagi pula aku bukan anak kecil yang bisa papi atur sesuka hati papi?" ucap devan memelas"tidak ada tapi-tapian," teriak emosi pak hermawan meledak lalu ia meninggalkan meja makan."tuhh... papi kamu jadi marah, pokoknya mami nggak mau kamu bikin malu papi sama mami yah dev, lagi pula wanita yang kau sukai bukanlah wanita sederajat dengan kita, kamu jangan membantah perintah papimu atau mami akan menyakiti kekasihmu dan keluarganya, camkan itu dev." ungkap ibutirinya lalu meninggalkan meja makan.kini tinggal rika dan devan.
"Kak devan, sabar yah! rika kesekolah dulu." ucap rika halus berusaha menenangkan kakak tirinya. Meskipun rika bukan adik kandung tapi rika selalu menganggap devan kaka kesayangannya. "Aku pamit pergi dulu yah kak da..." lanjut rika sambil melambaikan tangannya dan beranjak kearah pintu.brakkkk... suara piring dibanting begitu keras, rupanya devan tidak bisa menahan amarah yang sedang ia pendam, 1 piring didepannya sudah hancur ia hentakkan diatas meja.
pikirannya buyar, amarahnya memuncak.***
"bipp... Halo sayang," tampak panggilan dari widy untuk devan"hai juga sayang," balas devan"kamu lagi apa? aku tunggu kabar kamu hari ini tapi nggak datang2, jadi aku telfon, kamu sibuk dev?" tanya widy"ahh... iya maaf sayang, ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan." tutur devan meyakinkan"oh... gitu maaf kalau aku ganggu, yah udah aku lanjut kerja dulu yah sayang!" ucap widy manja."ehhh... tunggu tunggu...," teriak devan panik"kenapa?" balas widy"wid... aku mau nanya kalau misalnya aku ngajak kamu kawin lari mau nggak?" tanya devan serius,"hahaha... apaan sih sayang, jangan aneh-aneh, yah udah ahh aku mau lanjut kerja dadaa... sayang mmmuaachh!" ucap widy merayutuuuttt.... sambungan telfon dimatikan oleh widy dan panggilan berakhir.***
Bunyi ponsel khas yang sedang berbunyi saat ini menandakan seseorang sedang memanggil, tanpa melihat nama langsung saja widy mengatakan,"halo... dekk gimana kabar ayah dan ibu?" tanya widy"kak barusan aku diserempet mobil tapi gak parah kok' aku lagi dipuskesmas sama ibu sama ayah!" sambil meringis kesakitan,"kok bisa dek, jadi sekarang apanya yang sakit?" ungkap widy semakin penasaran, sekaligus khawatir dengan keadaan adiknya."nggak tau kak, tiba tiba ajah pas pulang sekolah ada yang nyenggol pake mobil merah" tutur rika sambil mengingat-ngingat kejadian yang baru saja ia alami."yah udah kalau kakak libur, kakak bakalan pulang jengukin kamu yah...!" ucap widy"iya kak" balas rika"oh iya, nanti kakak transferin buat bayar obat kamu yah, kakak lanjut kerja dulu!" ucap widy"baik kak, makasih yah!" tutur rika.***
Diparkiran depan konter tampak seorang wanita modis, tetapi sepertinya wanita itu sudah agak berumur, dilihat dari wajahnya yang sudah terdapat garis-garis keriput, hanya saja masih terlihat muda karena balutan busananya yang terkesan mewah dan modis.
"mbak wid... ada yang nyariin tuh" sapa pak mamang situkang parkir.
"siapa yah pak...?" tanya widy"itu mba... disamping mobil hitam!" jelas pak mamang"oh... iya makasih yah pak!" jawab widy smabil menghampiri wanita yang tak lain adalah ibu tiri devan."permisi ibu nyari saya?" ucap widy ramah sambil tersenyum.
"iya... dan saya nggak mau basa-basi, saya mau kamu jauhi anak saya!" sindir ibu melinda"maksud ibu siapa yah, saya nggak ngerti?"tanya widy bingung."nggak usah pura-pura, saya mau kamu menjauhi devan sekarang juga," teriak ibu melinda"tapi bu...!" rintih widy"nggak ada tapi-tapian, kalau kamu nggak mau nurut, saya nggak segan-segan bikin adik kamu lebih parah dari hari ini!" ancam ibu melinda"ap...apa? jadi adik saya...?" tanya widy"iya..., itu semua sudah saya atur, jadi jangan main-main dengan saya, mulai detik ini lepas devan dan jangan muncul lagi." teriak ibu melinda kemudian bergegas memasuki mobilnya, tapi sebelum ibu melinda melaju ia sempat membuka kaca mobilnya lalu melemparkan segepok uang kehadapan widy,"ambil uang ini, lalu tinggalkan kota ini jika kamu masih menyayangi keluargamu," ancam ibu melinda.
seketika widy tersungkur ketanah dan menangis terseduh-seduh, mendengar perkataan ibu devan, dia tidak pernah membayangkan jika kisah cintanya akan berjalan sedramatis ini seperti layaknya kisah percintaan di film-film."mba widy, nggak apa-apa?" ucap pak mamang prihatin menghampiri, yang sedari tadi tidak sengaja mendengar percakan widy dan ibu tiri devan
"iyya, nggak apa-apa pak, tolong jangan ceritain kesiapa siapa yah!" tutur widy parau"iyya nggak, saya bantuin kumpulin uangnya mba ini takut diambil orang!" ucap pak mamang"baik pak" maksih yah!" tutur widySetelah selesai mngumpulkan beberapa uang yang berserahkan diarea parkiran tersebut tampak widy mengambil beberapa lembar uang tersebut dan memberikannya ke pak mamang.
"pak diambil yah, ucap widy parau"loh, buat mbanya ajah"tolak pak mamang"nggak ini buat pak mamang, diterima yah mungkin kita nggak bakalan ketemu lagi pak" ucapnya berkaca-kaca"emangnya mba widy mau kemana? nenek lampir tadi nggak usah didengerin mba, paling cuma sekeedar mengancam!" ucap pak mamangwidy hanya tersenyum, ia tahu betul jika ibu melinda tidak bermain-main dengan ucapannya."saya pulang dulu pak, tolong sekali lagi jangan ngomong kesiapa-siapa yah!" rintih widy khawatir"nggak kok mbak, bapak janji!" ucap pak mamang meyakinkanWidy melaju dengan sepeda motornya, air mata yang saat ini bercucuran merupakan tanda kekecewaan yang sangat mendalam.
Dibenakannya hanya ada wajah devan orang yang sangat ia cintai, serta keluarga yang tak kalah ia cintai, pilihan yang sangan berat, mempertahankan cintanya dengan devan atau menyakisan penderitaan keluarganya yang bisa kapan saja dilakukan oleh ibu tiri devan.
"ya Tuhan, sepahit inikah hidupku? apa yang harus aku lakukan?" rintih batin widy.
Sudah hampir 2 jam widy berusaha memejamkan mata, namun ia sama sekali tidak bisa tertidur, didalam pikirannya ia hanya memikirkan kata-kata apa yang harus ia ucapkan kepada devan untuk memutuskan hubungannya. "pak... bu... apa yang harus widy lakukan sekarang? aku mencintai devan tapi aku juga tidak ingin bapak,ibu dan juga rika celaka karena aku," Rintih batin widy dengan air mata yang bercucuran membasahi seprai bantalnya. ***"Wid..., mata kamu sembab banget, kamu abis nangis?" tanya lyla kepo"Maaf ya lyl..., aku belum bisa cerita banyak," tuturnya parau sambi merapikan meja kerjanya.Lyla hanya terdiam melihat sahabatnya, ia tahu betul jika widy adalah sosok kuat, namun melihat keadaan sahabatnya yang sangat berbeda, terlihat begitu dalam dengan kesedihannya, lyla memilih untuk tidak berkomentar sampai widy mengatakan yang sebenarnya. "Sayang kamu dimana?" sapa devan lembut melalui sambungan telepon"Biasa ditempat kerja, kenapa?" tanya widy
Kamis pagi ini, dibalik selimut hello kittynya, ia bersembunyi dari terik matahari yang tampak silau memancar lewat jendela kaca kamar kosannya, Gadis itu bernama, Widya Anastasya, namun akrab disapa dengan sapaan widy, gadis sederhana yang merantau jauh dari orang tuanya, demi menjadi tulang punggung keluarga itu. Saat ini ia bekerja disebuah konter HP sebagai sales produk Smartphone yang cukup terkenal.***Driingg dring... Dering Jam weker Kuno pemberian ibunya, sekitar 7 tahun lalu, sebagai hadiah ulang tahun ke 17. Jam itu tampak awet, dan terawat, karena widy memang benar-benar sangat menghargai satu-satunya pemberian ibunya itu.Dengan cekatan widy meraih jamnya lalu melihat kearah angka, yang menunjukkan pukul 09.00 pagi, sesuai dengan yang telah ia setel semalam sebelum ia tidur.Tak ingin telat, dengan buru buru ia merapikan tempat tidurnya, lalu bergegas kekamar mandi.Setelah selesai, ia memakai seragamnya yang sejak awal bekerja, ia mera
Diwarung bakso mas fais, terlihat dua wanita cantik dengan polesan make up flawles, dan baju seragam super ketat membelalakan mata beberapa pengunjung warung, mereka tak lain adalah widy dan sahabatnya lyla, tidak bisa dipungkiri kedua sahabat ini adalah wanita yang berbadan ramping bak gitar spanyol, disertai wajah yang tak kalah dengan model model cantik.Lyla pratiwi, adalah sahabat widy sejak SMA, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya dikarenakan pada saat kelulusan sekolahnya, bukannya mendapat sambutan hangat dari kedua orang tuanya, ia malah mendapatkan pahit yang amat mendalam,Bagaimana tidak, setibanya dirumah dia tidak sengaja mendengar pertengakaran hebat mama dan papanya yang memutuskan bercerai, karena papanya ketahuan berselingkuh dengan teman kantornya, mulai sejak saat itu, lyla tidak lagi berkeinginan untuk melanjutkan studynya dan memutuskan kekota dan mengajak widy untuk mencari pekerjaan, lyla tidak lagi sudi memakai uang pe
Dikamar kosan yang dia sewa selama 2tahun belakangan, tampak widy dan lyla berbaring menatap langit-langit kamar, rupanya lyla memutuskan untuk menginap dikamar widy hanya untuk mencari teman ngobrol."widd..., kamu kenapa sih nggak pernah pacaran?" sindir lyla"Lyla... jangan aneh-aneh deh" sergah widy"Emang kamu enggak mau gitu ngerasain sensasi pacaran, ciuman, sambil diraba-raba, hahahah tawa lyla pecah mendengar perkataannya sendiri yang sangat menggelikan."apaan sih gue mah ogah...!" setidaknya suamiku nanti bakalan bangga kalau aku masih polos, lanjut widy menatap tajam."tapi wid, enak tau hahaha..., tawa lyla pecah menggoda sahabatnya."lyla.., aku mau nanya kekamu," bisik widy"apaan?" ucap lyla"aku selalu mikirin pak devan akhir-akhir ini, " widy meringis"ha... siapa? Pak devan yang seminggu lalu datang, bawah ponselnya yang rusak itu yah?" sahut lyla memastikan."iya Lyl, waktu itukan dia kesini buat ambil H
"Mami..., Aku benar benar tidak mencintai fenny mi, aku cuma menginginkan widy jadi istriku!" pungkas dev kesal "gak ada alasan yah dev... mami sudah membicarakan ini dengan Maminya fenny" ungkap ibu tiri dev tak kalah garang,"tapi mi, aku bukan anak kecil lagi?" bentak devan"nggak ada tapi-tapian, kalau kamu menolak mami nggak segan segan bertindak buruk sama perempuan yang menggoda kamu itu!" Sergah ibu tirinya Kesal "mami jangan pernah sentuh dia mi, aku gak akan kembali kerumah ini jika mami melukai widy sedikit saja," devan berlalu meninggalkan ibu melinda yang masih berdiri dengan tatapan sinisnya, Devan melaju membawa motor gedenya, dibawah hujan yang deras ia meneteskan air mata kesedihan mengingat ayah dan ibu tirinya yang terus mengekangnya seperti anak kecil, padahal devan sudah melakukan apapun yang mereka mau. Mulai dari kecil devan tidak pernh dibebaskan bergaul dengan anak-anak sebayanya, devan hanya dituntut belajar setiap hari sampai saat dia menjadi pengusaha t
Sudah hampir 2 jam widy berusaha memejamkan mata, namun ia sama sekali tidak bisa tertidur, didalam pikirannya ia hanya memikirkan kata-kata apa yang harus ia ucapkan kepada devan untuk memutuskan hubungannya. "pak... bu... apa yang harus widy lakukan sekarang? aku mencintai devan tapi aku juga tidak ingin bapak,ibu dan juga rika celaka karena aku," Rintih batin widy dengan air mata yang bercucuran membasahi seprai bantalnya. ***"Wid..., mata kamu sembab banget, kamu abis nangis?" tanya lyla kepo"Maaf ya lyl..., aku belum bisa cerita banyak," tuturnya parau sambi merapikan meja kerjanya.Lyla hanya terdiam melihat sahabatnya, ia tahu betul jika widy adalah sosok kuat, namun melihat keadaan sahabatnya yang sangat berbeda, terlihat begitu dalam dengan kesedihannya, lyla memilih untuk tidak berkomentar sampai widy mengatakan yang sebenarnya. "Sayang kamu dimana?" sapa devan lembut melalui sambungan telepon"Biasa ditempat kerja, kenapa?" tanya widy
Didepan meja makan, tampak keluarga pak herman ayah kandung devan bersama ibu tirinya melinda, tampak juga disana hadir devan dan gadis pirang yaitu adik tiri devan bernama rika,"devan, 3 hari lagi papi dan mami akan pergi melamar fenny tidak ada alasan untuk menolak dan kamu harus patuh perintah papi." tegas pak herman"tapi pi, kenapa ini mendadak dan lagi pula aku bukan anak kecil yang bisa papi atur sesuka hati papi?" ucap devan memelas"tidak ada tapi-tapian," teriak emosi pak hermawan meledak lalu ia meninggalkan meja makan."tuhh... papi kamu jadi marah, pokoknya mami nggak mau kamu bikin malu papi sama mami yah dev, lagi pula wanita yang kau sukai bukanlah wanita sederajat dengan kita, kamu jangan membantah perintah papimu atau mami akan menyakiti kekasihmu dan keluarganya, camkan itu dev." ungkap ibutirinya lalu meninggalkan meja makan.kini tinggal rika dan devan."Kak devan, sabar yah! rika kesekolah dulu." ucap rika halus berusaha
"Mami..., Aku benar benar tidak mencintai fenny mi, aku cuma menginginkan widy jadi istriku!" pungkas dev kesal "gak ada alasan yah dev... mami sudah membicarakan ini dengan Maminya fenny" ungkap ibu tiri dev tak kalah garang,"tapi mi, aku bukan anak kecil lagi?" bentak devan"nggak ada tapi-tapian, kalau kamu menolak mami nggak segan segan bertindak buruk sama perempuan yang menggoda kamu itu!" Sergah ibu tirinya Kesal "mami jangan pernah sentuh dia mi, aku gak akan kembali kerumah ini jika mami melukai widy sedikit saja," devan berlalu meninggalkan ibu melinda yang masih berdiri dengan tatapan sinisnya, Devan melaju membawa motor gedenya, dibawah hujan yang deras ia meneteskan air mata kesedihan mengingat ayah dan ibu tirinya yang terus mengekangnya seperti anak kecil, padahal devan sudah melakukan apapun yang mereka mau. Mulai dari kecil devan tidak pernh dibebaskan bergaul dengan anak-anak sebayanya, devan hanya dituntut belajar setiap hari sampai saat dia menjadi pengusaha t
Dikamar kosan yang dia sewa selama 2tahun belakangan, tampak widy dan lyla berbaring menatap langit-langit kamar, rupanya lyla memutuskan untuk menginap dikamar widy hanya untuk mencari teman ngobrol."widd..., kamu kenapa sih nggak pernah pacaran?" sindir lyla"Lyla... jangan aneh-aneh deh" sergah widy"Emang kamu enggak mau gitu ngerasain sensasi pacaran, ciuman, sambil diraba-raba, hahahah tawa lyla pecah mendengar perkataannya sendiri yang sangat menggelikan."apaan sih gue mah ogah...!" setidaknya suamiku nanti bakalan bangga kalau aku masih polos, lanjut widy menatap tajam."tapi wid, enak tau hahaha..., tawa lyla pecah menggoda sahabatnya."lyla.., aku mau nanya kekamu," bisik widy"apaan?" ucap lyla"aku selalu mikirin pak devan akhir-akhir ini, " widy meringis"ha... siapa? Pak devan yang seminggu lalu datang, bawah ponselnya yang rusak itu yah?" sahut lyla memastikan."iya Lyl, waktu itukan dia kesini buat ambil H
Diwarung bakso mas fais, terlihat dua wanita cantik dengan polesan make up flawles, dan baju seragam super ketat membelalakan mata beberapa pengunjung warung, mereka tak lain adalah widy dan sahabatnya lyla, tidak bisa dipungkiri kedua sahabat ini adalah wanita yang berbadan ramping bak gitar spanyol, disertai wajah yang tak kalah dengan model model cantik.Lyla pratiwi, adalah sahabat widy sejak SMA, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya dikarenakan pada saat kelulusan sekolahnya, bukannya mendapat sambutan hangat dari kedua orang tuanya, ia malah mendapatkan pahit yang amat mendalam,Bagaimana tidak, setibanya dirumah dia tidak sengaja mendengar pertengakaran hebat mama dan papanya yang memutuskan bercerai, karena papanya ketahuan berselingkuh dengan teman kantornya, mulai sejak saat itu, lyla tidak lagi berkeinginan untuk melanjutkan studynya dan memutuskan kekota dan mengajak widy untuk mencari pekerjaan, lyla tidak lagi sudi memakai uang pe
Kamis pagi ini, dibalik selimut hello kittynya, ia bersembunyi dari terik matahari yang tampak silau memancar lewat jendela kaca kamar kosannya, Gadis itu bernama, Widya Anastasya, namun akrab disapa dengan sapaan widy, gadis sederhana yang merantau jauh dari orang tuanya, demi menjadi tulang punggung keluarga itu. Saat ini ia bekerja disebuah konter HP sebagai sales produk Smartphone yang cukup terkenal.***Driingg dring... Dering Jam weker Kuno pemberian ibunya, sekitar 7 tahun lalu, sebagai hadiah ulang tahun ke 17. Jam itu tampak awet, dan terawat, karena widy memang benar-benar sangat menghargai satu-satunya pemberian ibunya itu.Dengan cekatan widy meraih jamnya lalu melihat kearah angka, yang menunjukkan pukul 09.00 pagi, sesuai dengan yang telah ia setel semalam sebelum ia tidur.Tak ingin telat, dengan buru buru ia merapikan tempat tidurnya, lalu bergegas kekamar mandi.Setelah selesai, ia memakai seragamnya yang sejak awal bekerja, ia mera