"Lorong ini lagi." Dayu berucap lirih."Ya. Ini satu-satunya jalan yang paling aman, paling dekat dari yang bisa aku jangkau. Kak Nala terluka parah, jika terjadi sesuatu dia tidak akan bisa membantu kita untuk saat ini, jadi kita harus bisa bertahan dan membantu diri kita sendiri." Nala menjelaskan.Dayu mendengar suara napas adik perempuan Nala itu di sampingnya, tapi dia tidak bisa melihatnya saking gelapnya tempat itu. Satu-satunya yang bisa dia kenala adalah rasa lembab dan juga sedikit air di kakinya.Clik!Ada satu suara terdengar dan sebuah lentera muncul dari ujung lorong."Ayo berjalan ke arah cahaya itu!" Naya memberi instruksi.Begitu mendengar suara langkah kaki yang terayun dan memecah genangan air, baru Dayu melangkah mengikuti suara itu.Pelan tapi pasti, Dayu terus melangkah sampai akhirnya dia berhasil menempuh jarak yang memisahkan antara dirinya dengan lentera itu."Dimas?" Dayu memanggil nama adiknya begitu melihat wajah Dimas dibingkai cahaya lentera."Aku datang
"Kamu kelihatannya sudah sehat?" Leah menyapa Dayu yang berdiri memandangi halaman samping rumah sakit."Yah, aku merasa sudah benar-benar sehat sebenarnya. Terima kasih banyak atas semuanya, Leah!" Dayu menjawab lalu kembali memandang ke arah yang sama.Di balik dinding samping rumah sakit, seharusnya berdiri sebuah rumah yang Nala tempati bersama teman-teman sesama dokter koasnya. Dayu diam-diam berharap bisa melihat sosok lelaki itu meski hanya sepintas saja, meskipun di sisi lain dia juga tahu bahwa kemungkinan itu sangat kecil."Nah, jika kamu berharap bisa melihat dokter Nala dengan memperhatikan halaman, maka kamu tak akan melihatnya. Dokter Nala baru akan kembali ke rumah sakit ini besok, aku sudah mengkonfirmasinya!" Leah kembali berucap.Gadis berambut kemerahan itu meletakkan tangannya di atas pundak Dayu, memberi semangat pada saudarinya itu.Mendengar nama Nala disebut oleh Leah, Dayu langsung menoleh dan memandang wajah cantik Leah dengan mata berbinar.Leah sendiri ters
Nala tersenyum.Senyum cowok itu masih manis dan lembut seperti apa yang Dayu ingat, dengan mata yang indah dan wajah yang teduh. Bahkan, meski ada kumpulan asap hitam tipis yang menyelimuti tubuhnya, sosok Nala yang akhirnya menapakkan kali keliar dari ruang penyimpanan jenazah itu tetap terlihat bersinar.Bagi Dayu, bunga-bunga imajiner seolah melar di sekitaran Nala dan butiran keemasan berjatuhan dari langit."Kamu terlihat sudah jauh lebih baik. Syukurlah!" Nala berucap dengan suaranya yang merdu.Dayu mengangguk dengan malu-malu, dia menunduk sampai dia melihat ada satu kaki lain yang berdiri di belakang Nala. Sepasang kaki tanpa alasa dengan kain batik yang menyelimuti sampai ke mata kaki. Dayu bisa melihat ada gelang kaki di pergelangan kaki kirinya.Keberadaan sosok itu entah mengapa membuat Dayu ragu untuk mengangkat wajahnya kembali."Tidak apa-apa, dia sama sekali tidak berniat buruk!" Nala berkata dengan tenang.Dayu melepas napas panjang lalu mengangkat wajahnya. Dia tak
Dayu memperhatikan sampai wanita itu melintas. Dia berjalan ke arah lorong yang hanya akan berakhir di ruang penyimpanan jenazah. Penampilannya sama sekali tak menunjukkan bahwa dia adalah seoramg dokter, perawat, tenaga medis atau pihak yang terkait dan diizinkan untuk memasuki ruangan itu secara bebas."Kak Dayu, ayo!" Dimas berucap.Dayu mengangguk dan kembali melangkah mengikuti ke mana adik lelakinya pergi. Setelah beberapa meter menjauh, Dayu menoleh dan dia mendapati bahwa wanita tadi berdiri diam di persimpangan, tak jauh dari kamar tempat para jenazah disimpan.Dayu kembali berjalan dan mencoba berpikir positif, mungkin saja wanita itu salah jalan atau memang anggota keluarganya ada yang meninggal di rumah sakot itu. Dia tak tahu dan tak bisa membaca apa yang ada dalam pikiran manusia."Apakah kamu tahu soal kematian mereka bertiga?" tanya Dayu pada Dimas setelah mereka mulai memasuki lorong-lorong yang ramai di antara deretan kamar pasien.Dimas mengangguk."Aku mendengarnya
"Danyang tidak mati, itu adalah fakta yang baik aku, kalian berdua, ataupun orang-orang yang mencoba mengambil keuntungan dari apa yang terjadi terima." Nala berucap, nadanya tenang, wajahnya juga tenang, tapi bagi Dayu dan Dimas yang mendengarnya, apa yang Nala katakan memberikan efek sama seperti petir di tengah malam yang tenang saat listrik mati.Dimas meneguk ludahnya sendiri dan tampak gugup. Dayu menoleh ke arah adiknya itu dan bisa melihat bagaimana Dimas terlihat menjadi gugup secara tiba-tiba, seolah dia baru saja menerima ancaman yang tak bisa dia atasi."Namun, hubungan antara kalian berdua dengan Danyang tidak lagi sama dengan sebelumnya. Jika sebelumnya, sangat mudah bagi Danyang untuk menemukan celah agar bisa mencelakaan kalian, maka sekarang tidak lagi. Hubungan antara pemangsa dan mangsanya sudah selesai, tapi bukan berarti Danyang tidak lagi ada di sekitar kita. Hanya saja, baik kita maupun Danyang tidak lagi berada dalam jalur yang sama, sehingga kita berdua tidak
"Apa maksud kamu dengan mengatakan bahwa gadis yang aku lihat tadi siang itu adalah bagian dari Danyang?" tanya Dayu, masih dengan wajah terkejutnya."Seperti yang sudah aku katakan dan kamu dengar, seorang dukun telah masuk ke wilayah Danyang dan mencoba untuk mengambil sesuatu dari sana, aku mencoba menggagalkan hal itu tapi aku hanya bisa membelokkan apa yang dia rencanakan. Jadi, sebagian dari Danyang yang berupa energi bebas itu kemudian memasuki dunia manusia ini dengan cara yang sama seperti saat kita memasuki dunia sebelah, dan akhirnya kamu bisa melihat dia dalam wujud seorang gadis." Nala menjelaskan dengan lebih terperinci."Jadi, gadis itu bisa dikatakan sebagai Danyang? Sebenarnya aku pertama kali melihatnya di depan kamar rawatku sebelum kita bertemu." Dayu kembali berucap. Suara bergetar karena mulai merasakan kekhawatiran.Bahkan jika dirinya dan keluarganya tidak lagi menyandang status sebagai tumbal bagi Danyang, tapi mendengar bahwa sosok gadis yang dia lihat adalah
Dayu meletakkan gawainya di kasur lalu segera meregangkan tubuhnya. Jiwa peneliti yang biasanya tidak muncul dalam dirinya kali ini sedang meluap ke permukaan. Begitu menemukan akun seorang gadis yang terlihat sangat mirip dengan gadis astral calon Danyang yang dia lihat berada di belakang Nala.Akun gadis itu tidak dikunci tapi memang dia tidak terlihat begitu aktif. Postingan terakhirnya adalah di awal bulan yang lalu, setelah itu tidak ada pergerakan sama sekali di sana.Dia gadia yang sangat cantik, dengan kulit sawo matang dan mata bulat yang berpencar cerah. Gaya perbakaian dan juga riasannya cocok dengan sosoknya. Dari gambaran postingannya, sepertinya dia adalah sosok yang tenang dan berwibawa.Postingan terakhirnya adalah tiga buah foto yang diakhiri dengan sebuah video pendek berdurasi dua puluh lima detik. Foto pertama menujukkan sebuah air terjun yang indah dan masih asri, lalu foto ke dua adalah foto gadis itu yang duduk santai di atas bebatuan, masih dengan latar belakan
Dayu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Tubuhnya bergetar dan dia mundur tiga langkah ke belakang. Dimas sendiri tak terlihat baik-baik saja. Cowok itu segera berbalik badan dan terlihat sedikit panik. Bagaimanapun, dari kejahatan yang sudah Agus lakukan, Dimas adalah target utama penumbalannya.Dua kakak beradik yang disatukan lewat ikatan pernikahan kedua orang tua mereka itu segera saling tatap. Tanpa mengatakan apapun, Dayu segera menyambar gawainya dan berusaha untuk menelepon Nala, tapi cowok itu tak mengangkatnya.Dimas juga terlihat kecewa saat Dayu menggelengkan kepalanya. Berdua, mereka kembali mengendap-endap ke arah balkon dan kembali memandang ke arah di mana tadi mereka bisa melihat sosok Agus berdiri mengawasi."Oh, syukurlah!" Dayu melepas napas lega saat melihat bahwa sosok itu sudah tak ada lagi di sana."Kak, kamu juga melihat dia tadi 'kan?" tanya Dimas dengan suara bergetar.Dayu menganggukkan kepala. Dia masih sangat terkejut sampai tak bisa menghentikan la