Kedua gadis itu tentu saja masih ada di pulau terpencil di tengah lautan ini, karena mereka memang khusus didatangkan dari Everopa untuk dijodohkan dengan pemuda-pemuda Vagano. Terpacak tanpa kejelasan status untuk selama-lamanya, sama seperti Hannah dahulu kala! Jadi, memang secara harfiah, betul-betul 'tak ada jalan untuk kembali!'
Nasib Kate dan Katy Forrester sungguh tak secantik paras mereka, sama-sama mengalami kemalangan setiba di puri tua ini! Kate yang mengaku sempat 'bersama dengan Ocean Stallion Vagano selama satu malam' sebelum pemuda itu menghilang hingga kini, sepertinya mengalami 'shock' berat. Belum lagi setelah percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh adiknya sendiri! Ia menjadi tambah tak percaya kepada siapapun serta kehilangan rasa aman. Bahkan ia selalu menjauh dari semua orang dan tak mau ditemui oleh adiknya Katy, meskipun Katy jauh-jauh hari sebelumnya sudah berulangkali meminta maaf!
Katy sendiri telah menjadi tersangka pembunuhan atas Lilian, wanita setengah baya yang baik hati sekaligus dokter keluarga Vagano, yang terpaksa kehilangan nyawanya di ujung pedang terkutuk Dangerous Attraction. Karena di pulau ini tentu saja tak ada hukum apalagi pihak berwajib, Sky Vagano terpaksa mengurungnya di sebuah kamar tamu mewah di puri, jauh dari siapa-siapa! Sudah seringkali ia berteriak dalam keputusasaan, "Bebaskan aku! Aku tak bersalah! Semua itu kulakukan di luar kesadaranku! Tidakkah kalian lihat aku pada malam terkutuk itu betul-betul bertindak seperti orang kerasukan? Bagaimana mungkin aku bisa pergi ke museum melalui pintu yang terkunci dan memecahkan kaca pelindung itu seorang diri? Bagaimana bisa aku mengangkat pedang yang begitu berat? Dan juga, aku takkan pernah bisa mengejar dan membunuh kakak kandungku sendiri, sebenci apapun diriku terhadapnya!" begitulah berkali-kali Katy berteriak-teriak seperti orang gila, saat merasa kesepian dan putus asa.
Intinya, kedua gadis itu tetap ada bersama mereka, diberi makanan lezat, minuman serta semua kebutuhan, namun hidup dalam sangkar emas tanpa kejelasan dan kebebasan!
Emily sudah berkali-kali berusaha untuk memecahkan masalah ini. Didesaknya Sky untuk bertindak, karena kedua gadis itu sedikit banyak meresahkannya!
"Kembalikan saja kedua gadis itu ke negeri mereka!" Demikian ia pintakan. Bukan hanya sekali, namun telah berulangkali!
Namun Sky bergeming. Ia belum tahu apa yang harus ia lakukan. Untuk sementara ia masih memantau pencarian terhadap kakaknya Ocean yang masih terus dilakukan. Dari Evermerika ia membawa sebuah telepon satelit, yang bisa digunakannya sewaktu-waktu untuk menghubungi dunia luar. Menunggu kabar baik maupun buruk yang bisa datang sewaktu-waktu.
"Aaaargh!"
Emily sungguh muak, ia sudah tak tahan lagi dengan semua erangan-erangan wanita itu! Masih dalam gaun tidur, ia bangkit berdiri dan pergi ke pintu. Dibukanya lebar-lebar dengan satu dorongan, namun seketika, ia segera melangkah mundur kembali dengan penuh keterkejutan dan wajah pucat.
"Ups, E-e-earth?"
"Emily!"
Kehadiran pemuda itu sebetulnya tak terlalu mengagetkan Emily. Ia memang selalu hadir seperti hantu. Tak ada yang bisa menentukan kapan dan bagaimana.
Gadis itu jauh lebih khawatir bila Sky, 'tuan rumah' saat ini, akan marah besar bila sampai tahu mereka 'bertemu' kembali.
"Selamat pagi Emily, maafkan aku! Tapi bila tak pagi-pagi begini, kita takkan bisa bertemu berdua saja seperti ini! Aku begitu merindukanmu!" Earth mendesak masuk. Dadanya nyaris beradu dengan dada Emily. Wajah tampannya semakin lama semakin mirip saja dengan Ocean, kecuali kekerasan hatinya yang takkan pernah bisa berubah!
"Earth, aku, aku..." Emily tak tahu harus menjawab apa. Ia masih begitu terpesona sekaligus begitu takut kepada Earth. Mereka memang sudah pernah 'bersama', namun itu bukan berarti Emily sudah menaruh hati!
"Sampai hari ini, kita belum juga berhasil menikah! Apakah kau hanya mempermainkanku dengan usaha 'menggiringku' kembali ke pulau kelahiranku ini? Tempat yang menyimpan masa laluku yang kelam?" Earth tampak gusar."Sa-sa-sama sekali tidak! Aku tak bermaksud demikian! Aku sungguh-sungguh, Earth!" Emily tak ingin suara-suara mereka terdengar oleh orang lain, terutama oleh Sky, yang sangat tidak senang bila Emily berdekatan dengan adik kembarnya itu! Namun puri itu terlalu luas dan besar, suara mereka sesungguhnya takkan terdengar jauh, kecuali jika mereka berteriak sekerasnya seperti jeritan gadis Forrester yang kembali terulang!"Jujur saja, aku juga ingin segera pergi dari sini!" tambah Emily, "Kedua gadis aneh yang salah satunya telah membunuh Lilian sungguh membuatku takut! Namun kita belum mendapatkan kabar tentang Ocean! Kita harus menikah di hadapannya!" Emily masih mencoba mengulur waktu."Kau selalu membuatku menunggu dan marah, Emily! Kau masih mencintai
(Emily Stewart:) 'Aku tak tahu mengapa sekali lagi, atau mungkin lebih tepatnya, untuk ketiga kalinya, kubiarkan Earth memasuki kamar tidurku. Bahkan menerobos masuk ke 'ruangan pribadi'-ku, relung maha suci seorang wanita yang seumur hidupku hanya pernah dimasuki Xander. Dan juga Earth, belum terlalu lama terjadi, di Evertown. Di kamar sewaanku, di gudang M's Brew.. Keduanya begitu berbeda. Xander memang kekasihku, namun ia tak pernah benar-benar memberiku perasaan dan gairah seperti yang Earth selalu limpahkan kepadaku. Mungkin aku pernah mencintainya, namun dengan pedih kusadari, cintaku kepadanya bukan cinta yang sesungguhnya. Hanya tempatku singgah sebagai tempatku kabur dari masa silamku. Dia memang baik dan tampan dan juga segala-galanya yang semua wanita idamkan. Penerimaanku terhadap dirinya saat aku masih sendiri semakin berasa hanya sebagai pengisian kekosongan hatiku. Sebuah pelarian belaka? Bahkan aku tak merasa sungguh-sungguh kehilangan
"Sky?" Emily tersentak."Mungkin sudah saatnya ia tahu! Kita tak boleh terus-terusan merasa takut mengakui hubungan ini!" Earth bangkit dari ranjang, hendak berdiri dan berjalan menuju ke pintu.Namun Emily menahannya, memegang lengannya erat-erat, "Jangan. Kau bersembunyi saja, aku tak mau terjadi hal-hal buruk lagi antara kau dan Sky. Hanya untuk beberapa waktu saja.""Baiklah. Namun aku takkan selamanya berdiam diri begini!" geram Earth kesal."Diam saja di sini dan jangan keluar!" Emily menutupinya dengan selembar selimut tebal, lalu segera mengenakan pakaiannya kembali."Emily! Mengapa kau lama sekali?" ujar Sky gusar setelah Emily membukakannya pintu.Pemuda itu kini tak lagi ramah seperti yang sudah-sudah terhadapnya. Mengetahui kembalinya Emily dari Evertown bersama Earth sudah cukup menggusarkan hatinya. Padahal sebelumnya ia sudah sangat gembira bisa bertemu lagi dalam perjalanan 'show' kecil-kecilannya setelah beberapa waktu.
Kedua gadis kembar Forrester itu terdiam seketika begitu menyadari Emily hadir di tengah mereka.Hingga saat ini, walau hubungan mereka terasa kaku dan dingin, Kate dan Katy tetap merasa tak berdaya melawan keberadaan Emily."Sebaiknya kalian berdamai, jika kita ingin tetap bersama-sama kami sebagai sesama tamu di pulau ini. Hingga Ocean ditemukan dan kita bersama-sama mencari solusinya, kumohon, kalian berdua tak membuat ulah lagi. Kita bukan musuh, jadi tak perlu bertentangan satu sama lain!" ungkap Emily."Ocean harus bertanggung jawab, karena tak mungkin Sky dan Earth mau menikahiku. Ia yang berbuat itu sebelum menghilang!" Kate sekali lagi mengucapkan semua dalam hatinya, "Ia berjanji akan kembali dan ia harus melakukannya!"Terdengar langkah kaki mendekat. Seseorang turut hadir di antara mereka, "Kalian berdua tinggal di sini bukan atas kehendak kami. Jadi, sejujurnya, kami belum tahu apa yang harus kami perbuat terhadap kalian. Bila kalian in
"Apa yang harus kita lakukan? Bila memang Emily dan saudara tirimu itu berselingkuh dan kabur entah kemana, apakah aku harus mengejar dan melabrak mereka berdua?"Alexander Chan-Meyer dan 'sekutu' barunya, Lara Samsara Miles-Vagano alias Erato, hingga kini masih 'bersahabat' semenjak peristiwa menghilangnya Emily bersama Avalanche alias Earth! Pemuda itu semakin yakin pada pernyataan Erato bahwa kekasihnya bersama dengan sang barista M's Brew malam itu pergi bersama ke tempat yang tak diketahui siapapun. Tadinya ia ingin melaporkan penculikan. Namun media massa ternyata 'memperkuat' pernyataan Erato bahwa pasangan itu bersekongkol.Beberapa bukti berupa tangkap layar CCTV beredar luas di media cetak dan internet. Earth (yang tentu saja tak dikenal oleh dunia) menggendong gadis yang hingga kini hilang. Bersamaan dengan penyanyi pendatang baru Eagle Eyes yang malam itu sempat melakukan konser kecil-kecilan di M's Brew. Xander merasa ada kaitannya, namun memang tak berday
Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan sewaan meluncur secepatnya dari Evertown di jalan besar sepi dan berdebu menuju entah kemana, membelah padang pasir tandus putih kekuningan. Sesekali terlihat beberapa batu besar penghalang dan pohon kaktus tumbuh liar seakan mengusik jalan panjang lurus beraspal retak dan sesekali berliku.Di balik kemudi, duduk Alexander Chan-Meyer bersama Erato alias Lara Samsara. Keduanya memang tak saling mengenal dari jauh-jauh hari sebelumnya, namun 'persamaan nasib' 'Xander ditinggal Emily' serta Erato ditinggal 'saudara tirinya, Avalanche' akhirnya membawa mereka berkenalan lebih jauh.Xander yang telanjur kesal pada sikap Emily yang belakangan sedikit aneh dan terasa semakin asing saja di matanya ternyata begitu mudah dipengaruhi oleh Erato. Apalagi gadis itu telah menunjukkan bukti-bukti warisan Hannah kepadanya. Foto-foto Ocean dan Sky yang berwajah tampan, sangat mirip dengan Avalanche!"Selama ini Emily hanya menjad
Xander tak mengerti mengapa perbuatan Erato yang semestinya ia tolak mentah-mentah itu malah tak bisa diresponnya. Sungguh, ia belum punya perasaan apa-apa terhadap gadis itu. Ia masih ingin menemukan Emily karena hubungan mereka 'belum selesai'. Apakah ia betul-betul berselingkuh atau diculik Avalanche? Namun kini, ia malah pasrah di dalam pelukan wanita lain, berciuman dan bercumbu di belakang kemudi!Sedangkan Erato yang biasanya 'dingin' bahkan tak tertarik sedetikpun pada pria, semenjak 'hari itu melihat sendiri peristiwa yang akan mengubah seluruh hidupnya', benar-benar berubah liar!"Ayo kita pindah ke jok belakang! Lakukan 'hal itu' terhadapku, kau akan segera melupakan Emily dan memilihku!""Erato, aku 'kan belum bilang bila aku mau melakukan hal ini dengan gadis lain, aku belum si.."Namun Erato dengan ganas terus mendesak Xander untuk pindah ke jok belakang. Dan akhirnya mereka berdua terhempas di sana, tanpa busana. Semua pakaian yang mereka k
Sang waktu di lokasi 'middle of nowhere' itu berlalu begitu cepat, entah berapa lama durasi kenikmatan duniawi yang Xander dan Erato lakukan. Yang jelas, perlahan namun panjang, panas dan penuh keringat, pula matahari telah melintasi pertengahan cakrawala menuju ke Barat.Mereka segera sadar, misi mereka harus tetap berjalan. Tak ingin berlama-lama larut dalam 'penemuan' baru itu, Xander dan Erato segera mengenakan busana mereka kembali dan melanjutkan perjalanan menuju titik rahasia 'White Nest"Dari padang gurun tandus, menjelang malam hari, kendaraan mereka mulai memasuki sebuah hutan belantara. Berbelok dari jalan besar yang sepi berpasir menuju sebuah jalan tanah yang sempit dan ditutupi semak belukar hijau dan pepohonan tinggi yang tak terlalu subur karena iklim yang kering."Kita hampir tiba. Betul-betul lokasi yang sangat sukar dijangkau dan takkan pernah didatangi siapapun yang tak menyadari kehadirannya di muka bumi ini!" ungkap Xander heran."Y