Kedua gadis kembar Forrester itu terdiam seketika begitu menyadari Emily hadir di tengah mereka.
Hingga saat ini, walau hubungan mereka terasa kaku dan dingin, Kate dan Katy tetap merasa tak berdaya melawan keberadaan Emily.
"Sebaiknya kalian berdamai, jika kita ingin tetap bersama-sama kami sebagai sesama tamu di pulau ini. Hingga Ocean ditemukan dan kita bersama-sama mencari solusinya, kumohon, kalian berdua tak membuat ulah lagi. Kita bukan musuh, jadi tak perlu bertentangan satu sama lain!" ungkap Emily.
"Ocean harus bertanggung jawab, karena tak mungkin Sky dan Earth mau menikahiku. Ia yang berbuat itu sebelum menghilang!" Kate sekali lagi mengucapkan semua dalam hatinya, "Ia berjanji akan kembali dan ia harus melakukannya!"
Terdengar langkah kaki mendekat. Seseorang turut hadir di antara mereka, "Kalian berdua tinggal di sini bukan atas kehendak kami. Jadi, sejujurnya, kami belum tahu apa yang harus kami perbuat terhadap kalian. Bila kalian ingin kembali ke Everopa, silakan saja!"
"Tuan Muda Sky!" kedua kembar Forrester berseru, "Tidak! Kami ingin tetap berada di sini, walau puri dan pulau ini sangat membosankan dan mengerikan! Ocean harus memilih salah satu di antara kami!"
"Kakakku belum juga ditemukan, jadi sayang sekali aku tak bisa menjanjikan apa-apa. Dan sayangnya, aku tak ingin menjadi penggantinya untuk mempersunting kalian. Kate, kau masih menginginkan kakakku. Katy, tanganmu berlumuran darah Lilian," Sky tersenyum dengan anehnya, "jadi, apakah kau ingin bersama Earth saja? Aku bisa mengaturnya untukmu!"
Emily sedikit banyak terhenyak, namun tak dapat berbuat apa-apa.
"Tidak! Walau wajah kalian sama, namun aku juga masih menunggu Ocean! Aku tak ingin kakakku yang pura-pura hamil ini mengambil calon suamiku!" Katy yang masih belum ingin menyerah begitu saja.
"Kau tak percaya bila aku hamil? Kita tunggu saja tujuh bulan kemudian, lihat jika perutku tak membesar dan melahirkan keturunan Vagano berikutnya!"
Kedua gadis itu saling bertatapan, seolah ingin saling menyerbu. Namun Emily segera berdiri di antara mereka, "Tak ada siapapun memiliki siapapun di sini, setidaknya hingga kabar tentang Ocean telah menjadi lebih jelas dan pasti!"
Telepon satelit yang selalu dibawa Sky tiba-tiba bergetar. Nomor yang hanya diketahui penyambung mereka di Evermerika tiba-tiba menghubungi!
"Halo, Tuan Muda Sky Firmament Vagano?"
"Ya, aku di sini! Ada perkembangan apa di Evermerika?"
"Belum ada jejak keberadaan Tuan Muda Ocean Stallion Vagano! Namun kami menemukan beberapa kasus yang mungkin Anda ingin tahu! M's Brew, tempat dimana Anda manggung terakhir kali dan terbakar, ternyata adik kembar bungsu Anda menjadi pelakunya! Para polisi telah mengetahuinya lewat rekaman data CCTV di beberapa lokasi di luar M's Brew! Ia tampaknya berhasil melarikan diri bersama seorang gadis yang hingga kini belum ditemukan!"
"Huh, sudah aku duga, dan sesungguhnya hal itu sudah kuketahui!" Sky tersenyum kecut sambil menatap Emily lekat-lekat, "Biarkan saja, dimanapun mereka berada, tak usah dicari, itu menjadi urusanku! Lalu apa lagi yang kalian temukan?"
"White Nest, tempat adik bungsu Anda dirawat, kemarin juga mengalami teror dahsyat! Beberapa data dibobol dan beberapa pegawai terbunuh! CCTV sudah dirusak sehingga kami belum bisa menemukan pelakunya! Diduga lebih dari satu orang dan juga bekerja sama!"
"A-a-a-apaaa?" Sky tersentak, "Bagaimana mungkin? Tempat itu sangat rahasia dan juga tak diketahui siapa-siapa kecuali Earth! Dan.." Sky ingin menambahkan, 'ia kini berada di sini!' Namun tentu saja ia tak ingin mengatakannya.
"Baiklah, aku menunggu kabar selanjutnya dari kalian. Tetap selidiki kasus ini! Terima kasih!" Sky mengakhiri pembicaraan.
'White Nest.. mengapa dan apa yang dicari di tempat itu? Memang tak cuma Earth. Banyak sekali pelaku kriminal dan psikopat yang direhabilitasi di tempat itu! Mungkin saja pelakunya sama sekali tak ada koneksinya dengan kami semua! Namun bagaimana dengan data yang dibobol?' pikirnya, masih belum berhasil mengambil kesimpulan.
"Ada apa, Sky?" Emily melihat perubahan nyata pada raut wajah Sky yang menjadi suram, "Ocean belum ditemukan?"
"Ya. Dan ada lagi hal buruk terjadi. Sebaiknya kita bersiap-siap saja, Ingat, 'pacarmu' itu, Earth, mungkin tak sebaik seperti yang kau selama ini kira! Selama tiga tahun ia direhabilitasi! Ia mungkin sudah berubah menjadi lebih baik! Namun, Em, ingatlah!" Sky menatap mata coklat gadis itu dengan mata birunya yang tajam, "Sebelum terlambat, kau masih bisa memilihku! Aku pernah menyatakan perasaanku kepadamu, walau hingga saat ini belum ada apa-apa di antara kita! Earth mungkin menarik dan sebagainya, namun ia juga berbahaya. Sangat... Berbahaya!"
**********
(Evermerika, beberapa waktu sebelumnya.)
"Erato! Apakah kau yakin Emily betul-betul mengkhianatiku? Aku sungguh tak percaya!"
"Ya, aku melihat mereka keluar berdua dari kafe! Media massa telah memberitakan juga kemungkinan Avalanche, yang masih buron, menjadi pelaku tunggal pembakaran M's Brew! Dan tentu saja di sana, di media-media, ada beberapa tangkap layar CCTV yang beredar, ada gadis kecilmu dalam gendongannya!"
"Betul juga. Ternyata mereka berselingkuh! Aku melihat beritanya namun mencoba menyangkal semua itu! Emily cuma diculik! Emily tak ingin bersama pria barista itu!"
"Alexander, jangan terlalu naif! Apakah ada orang yang diculik 'pergi' sendiri ke dalam pelukan penculiknya saat konser Eagle Eyes? Ia saudara tiriku sendiri! Ia kukenal dengan cukup baik! Kau sudah melihat sendiri foto-foto yang dikirimkan almarhumah Hannah ibuku!"
"Ya, mereka adalah saudara-saudara Ava! Sangat mirip! Kemungkinan besar Ava juga bersama mereka saat ini!"
"Kita bisa mencari mereka! Kau dan aku, Xander! Bagaimana?"
"Apa yang harus kita lakukan? Bila memang Emily dan saudara tirimu itu berselingkuh dan kabur entah kemana, apakah aku harus mengejar dan melabrak mereka berdua?"Alexander Chan-Meyer dan 'sekutu' barunya, Lara Samsara Miles-Vagano alias Erato, hingga kini masih 'bersahabat' semenjak peristiwa menghilangnya Emily bersama Avalanche alias Earth! Pemuda itu semakin yakin pada pernyataan Erato bahwa kekasihnya bersama dengan sang barista M's Brew malam itu pergi bersama ke tempat yang tak diketahui siapapun. Tadinya ia ingin melaporkan penculikan. Namun media massa ternyata 'memperkuat' pernyataan Erato bahwa pasangan itu bersekongkol.Beberapa bukti berupa tangkap layar CCTV beredar luas di media cetak dan internet. Earth (yang tentu saja tak dikenal oleh dunia) menggendong gadis yang hingga kini hilang. Bersamaan dengan penyanyi pendatang baru Eagle Eyes yang malam itu sempat melakukan konser kecil-kecilan di M's Brew. Xander merasa ada kaitannya, namun memang tak berday
Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan sewaan meluncur secepatnya dari Evertown di jalan besar sepi dan berdebu menuju entah kemana, membelah padang pasir tandus putih kekuningan. Sesekali terlihat beberapa batu besar penghalang dan pohon kaktus tumbuh liar seakan mengusik jalan panjang lurus beraspal retak dan sesekali berliku.Di balik kemudi, duduk Alexander Chan-Meyer bersama Erato alias Lara Samsara. Keduanya memang tak saling mengenal dari jauh-jauh hari sebelumnya, namun 'persamaan nasib' 'Xander ditinggal Emily' serta Erato ditinggal 'saudara tirinya, Avalanche' akhirnya membawa mereka berkenalan lebih jauh.Xander yang telanjur kesal pada sikap Emily yang belakangan sedikit aneh dan terasa semakin asing saja di matanya ternyata begitu mudah dipengaruhi oleh Erato. Apalagi gadis itu telah menunjukkan bukti-bukti warisan Hannah kepadanya. Foto-foto Ocean dan Sky yang berwajah tampan, sangat mirip dengan Avalanche!"Selama ini Emily hanya menjad
Xander tak mengerti mengapa perbuatan Erato yang semestinya ia tolak mentah-mentah itu malah tak bisa diresponnya. Sungguh, ia belum punya perasaan apa-apa terhadap gadis itu. Ia masih ingin menemukan Emily karena hubungan mereka 'belum selesai'. Apakah ia betul-betul berselingkuh atau diculik Avalanche? Namun kini, ia malah pasrah di dalam pelukan wanita lain, berciuman dan bercumbu di belakang kemudi!Sedangkan Erato yang biasanya 'dingin' bahkan tak tertarik sedetikpun pada pria, semenjak 'hari itu melihat sendiri peristiwa yang akan mengubah seluruh hidupnya', benar-benar berubah liar!"Ayo kita pindah ke jok belakang! Lakukan 'hal itu' terhadapku, kau akan segera melupakan Emily dan memilihku!""Erato, aku 'kan belum bilang bila aku mau melakukan hal ini dengan gadis lain, aku belum si.."Namun Erato dengan ganas terus mendesak Xander untuk pindah ke jok belakang. Dan akhirnya mereka berdua terhempas di sana, tanpa busana. Semua pakaian yang mereka k
Sang waktu di lokasi 'middle of nowhere' itu berlalu begitu cepat, entah berapa lama durasi kenikmatan duniawi yang Xander dan Erato lakukan. Yang jelas, perlahan namun panjang, panas dan penuh keringat, pula matahari telah melintasi pertengahan cakrawala menuju ke Barat.Mereka segera sadar, misi mereka harus tetap berjalan. Tak ingin berlama-lama larut dalam 'penemuan' baru itu, Xander dan Erato segera mengenakan busana mereka kembali dan melanjutkan perjalanan menuju titik rahasia 'White Nest"Dari padang gurun tandus, menjelang malam hari, kendaraan mereka mulai memasuki sebuah hutan belantara. Berbelok dari jalan besar yang sepi berpasir menuju sebuah jalan tanah yang sempit dan ditutupi semak belukar hijau dan pepohonan tinggi yang tak terlalu subur karena iklim yang kering."Kita hampir tiba. Betul-betul lokasi yang sangat sukar dijangkau dan takkan pernah didatangi siapapun yang tak menyadari kehadirannya di muka bumi ini!" ungkap Xander heran."Y
Waktu mulainya 'permainan' yang ditetapkan Xander belum lagi tiba. Serentak, lampu-lampu putih mulai menyala terang di sekeliling kompleks putih misterius, bagaikan lampu di stadion olahraga.Mobil sewaan yang dikemudikan Xander dengan Erato di jok penumpang depan meluncur perlahan dan berhenti di pintu gerbang utama, pemeriksaan berpalang elektronik. Terkesan seperti hendak memasuki area super rahasia.Petugas wanita muda yang berjaga menyapa dingin dengan tabik ala tentara, lalu meminta kartu-kartu identitas.Tentunya mereka sedikit banyak curiga dengan semua pengunjung baru, namun Xander dan Erato yang terbalut jubah putih dan kacamata hitam segera mengeluarkan dua ID card. Mereka telah mencuri data dan membuat duplikat yang sangat mulus, sehingga petugas tak menaruh curiga. Namun sempat ada kejanggalan terungkap! Mereka tak segera diizinkan masuk!"Hmm, Mr. Wright dan Ms. Crystal, 27 dan 26 tahun, asal Everyork. Asisten magang klinik psikologi yang ba
Tak lama, Xander dan Erato sudah melakukan penelusuran mereka di kompleks utama 'White Nest'. Xander tampaknya belum melakukan apa-apa, ia masih sangat santai. Sementara Erato masih penasaran melihat ke kanan-kiri semua yang mereka lewati. Ia memang seorang gadis yang sangat ingin tahu sekaligus sangat berhati-hati. Hampir tak ada petugas, seakan mereka sangat mempercayai fungsi CCTV yang ada hampir si semua sudut ruangan dan koridor. Tempat itu sangat sunyi, hanya terdengar deru lembut pendingin udara. Semuanya begitu putih bersih, mulai dari lantai hingga dinding dan langit-langit. Lampunya terang benderang bagaikan di mal-mal, hanya saja tak berwarna-warni, semuanya hanya berupa deretan lingkaran putih ganda sepanjang lorong yang juga berlantai marmer dan karpet putih. Namun sesekali terdengar jeritan memilukan atau orang tertawa terbahak-bahak, menggema di ruang yang nyaris kosong. Sedikit mengerikan bagi orang awam! Namun Erato tak terlal
"Aku bisa melakukannya, kebetulan di sini semua staf menggunakan sabak digital, dan milik kita sama persis seperti yang mereka miliki, jadi takkan mengundang kecurigaan. Aku tahu tipe dan mereknya dari deep web," santai, Xander mengeluarkan benda yang ia maksud dari koper kerja yang mereka bawa, "semua ada di sini, program yang kusiapkan untuk melumpuhkan tempat ini. Sayangnya, waktu yang dapat ku-'setting' tidak banyak, karena program keamanan di sini begitu canggih. Dalam waktu yang singkat itu, kita harus sudah berhasil mendapatkan lokasi Avalanche dan keluar dari sini dalam keadaan utuh!" Erato tertawa, "Ingat, Xander, bila kepepet, aku siap melakukan apa saja, dan kau tidak boleh cemburu!" "Hah? Mengapa aku akan cemburu? Apa maksudmu?" Erato segera menjawab, "Karena kita sekarang resmi sebagai sepasang kekasih! Suka atau tak suka, kita telah melakukan 'hal itu' dan kita harus selalu bersama-sama mulai saat ini!" Xander juga hendak mengatakan sesuatu, namun seseorang muncul dan
Erato tahu, kelemahan terbesar hampir semua lelaki di dunia adalah mata mereka! Jangankan lelaki, dirinya sendiri saja merasakan perubahan yang nyata dalam hidupnya setelah peristiwa yang ia alami sendiri beberapa waktu yang lalu di Evertown!Kali ini ia mengalami sendiri, setelah pengalaman pertamanya di mobil bersama Xander, ia sekali lagi bereksperimen. Kali ini, obyek permainannya adalah seorang petugas tak dikenal! Seorang asing, 'a perfect stranger'! Namun itu bukan masalah besar. Tubuh dan wajahnya masih tergolong oke juga, atletis dan tampan.Petugas pengawas CCTV itu hanya bisa terpana melihat sosok indah tanpa sehelai benangpun yang tetiba tampak di hadapannya. Menggoda bagaikan film biru di masa lalu, jauh hari sebelum ia bekerja di tempat canggih bernuansa putih yang ultra modern namun membosankan ini!"Kau, berani-beraninya... Cepat kenakan kembali semua pakaianmu!" pertama-tama, petugas itu masih berusaha memalingkan wajah dan menutup matanya.
Bulan dini hari perlahan muncul dari balik awan-awan mendung di angkasa, memberi penerangan dalam udara pantai Pulau Vagano yang masih sangat dingin menusuk tulang."Ternyata kau juga hadir di tempat ini, Alexander!""Lara? Huh, sudah kuduga kau akan berhasil tiba di sini. Pastinya kau senang sudah bertemu kembali dengan saudara-saudara tiri yang selama ini kau cari dan rindukan!" Xander tersenyum kecut, "I see. Satu orang Vagano diam-diam sudah jadi tawanan kecilmu! Sungguh hebat!""Huh, kejutan hebat! Mengapa kau bisa ada di sini? Aku benci padamu, Guru Muda Pengecut! sejak di Evertown aku seharusnya sudah menghabisimu, andai aku tahu sedari awal Emily berhasil kau miliki!" geram Sky yang masih ada di bawah todongan dua senjata di tangan Lara."Oh, jadi itu kau, Eagle Eyes Sang Penyanyi? Menarik sekali kau juga ingin gadis yang sama dengan kakak dan adikmu. Kalian bertiga sama-sama jatuh cinta pada kekasihku selama bertahun-tahun lamanya tanpa ada yang mau mengalah! Akan tetapi, tak
"Ada apa sebenarnya di tempat ini?" Xander menemukan dirinya berada di sebuah lokasi yang masih asing baginya.Langit dini hari terselubung awan tebal kelabu hitam diselingi petir sambar-menyambar yang enggan berhenti. Di kejauhan, debur ombak menggempur pantai terjal tiada henti. Gelombang-gelombang air tinggi seolah menggapai-gapai naik turun hendak menenggelamkan Pulau Vagano, menyeret turun semua yang ada di atas permukaan tanah. Samar-samar, Xander hanya bisa melihat hamparan batu-batu nisan dan salib penanda makam, lama dan baru di sekitarnya. Beberapa tampak baru dan rapi, beberapa sudah dalam keadaan rusak menyedihkan."Apa yang dapat kulakukan di sini?" Tiba-tiba petir menyambar, hanya beberapa meter saja dari lokasi Xander berada. Pedang Terkutuk dalam genggaman tangannya bersinar dan teracung ke tempat yang 'ditunjukkan' petir itu."Tunggu mereka di sana!" Terdengar suara misterius yang menuntun Xander hingga tiba di titik ini. "Mereka akan segera datang!"********** Sem
"Aku, aku, sesungguhnya aku bukan..." kembali ke masa kini, Sky yang diarahkan Lara dalam rencananya itu begitu ingin membantah jika ia bukanlah Ocean. Ia merasa kesal, mengapa si gadis gila Katy Forrester tiba-tiba datang dan mengancamnya seperti itu. Merasa terjepit dan diprovokasi oleh dua wanita yang ia tidak sukai, Sky begitu ingin berteriak, kesal pada nasibnya. "Kau mau bilang jika kau bukan Ocean? Huh, jangan membantah! Kau kemari ingin memindahkan jenazah kakakku Kate dan berusaha menghilangkan barang bukti pembunuhan? Takkan kubiarkan! Kemarikan kakakku, lalu serahkan nyawamu kepadaku, Ocean Vagano!" Terpancing dan terbakar amarah, Sky tadinya ingin melawan, ingin dihempaskannya saja jenazah Kate ke tanah. Namun dua todongan moncong senjata di punggungnya serta bisikan Lara menghalangi niat pemuda itu, "Jangan berani kau lakukan apa-apa, Saudara tiriku! Awas jika kau berani kacaukan semua yang kita sepakati hingga bertemu keluargamu lagi! Hei, Katy!" Lara beralih mengajak K
Keputusan sudah diambil, mereka harus pergi. Ocean, satu-satunya yang belum sadarkan diri dari 'Kelompok Lounge', menjadi masalah terakhir mereka sebelum bisa keluar dari dalam puri. Aina bersikeras tak ingin meninggalkan pemuda itu bersama penjaga, padahal membawanya dalam keadaan seperti ini tentu sangat menyulitkan. Earth menawarkan diri sebagai pembawa tubuh kakak sulungnya hingga Ocean terjaga. Emily dan Carl akhirnya setuju jika Ocean digendong oleh Earth. Karena tugasnya, pemuda itu tak bisa memimpin dan memegang sepucuk senjata.Mereka bersiap-siap sekadarnya sebelum pergi dari puri. Seorang penjaga senior membagikan masing-masing sepucuk senjata api dari lemari rahasia kepada semua anggota Kelompok Lounge. Semula Carl menolak karena tak ingin ada lagi kekerasan. Namun Aina memberinya saran, "Tuan, aku tahu kita bukan orang jahat, namun kita masih butuh perlindungan dan senjata pembela diri. Meskipun aku yakin Ocean dilindungi sebentuk kekuatan, kita semua tentu tak ingin cela
Sementara itu, ke mana gerangan Alexander pergi? Pemuda itu masih membawa Dangerous Attraction dalam genggamannya. Ia tak begitu mengenal lorong-lorong Puri Vagano ini, namun suatu kekuatan tak kasat mata seolah menuntunnya. Pedang terkutuk bagaikan lentera panjang bercahaya menerangi jalan.Beberapa kali ia bertemu dengan sosok-sosok korban penusukan Katy di lantai, setengah mati maupun sudah tak bernyawa. Mereka yang masih hidup menggapai-gapai dengan segenap sisa tenaga. Beberapa orang muncul dari balik lemari atau tembok kemudian mendekat, walau bergidik ngeri setelah melihat senjata yang pria itu genggam."Tu-tu-tuan! Siapapun Anda, tolonglah kami! Kami tak ingin berada di sini!""Wanita itu membunuh! Tolong, lindungi kami!"Namun Xander mengabaikan semua permohonan mereka itu. Dilangkahinya saja mayat-mayat maupun jejak darah di karpet. Sesekali ia berhenti dan menatap dingin tanpa arti. Barangkali merenung, merasa kasihan, atau berpikir keras berusaha mencari jawaban. Akan teta
"Nama saya Sofia." tanpa diminta, gadis remaja misterius yang dipertanyakan Emily segera memperkenalkan diri, "Nona Emily, maafkan keberadaanku di sini, saya berada di sini untuk meminta perlindungan. Saya..." gadis itu menggigit bibir, berusaha menahan tangis."Astaga... kau bisa tahu aku, apakah kau juga tinggal di pulau ini? Orang tuamu bekerja di sini?" Emily segera mendekati gadis itu."Ya. Tadinya... Sebelum Nona Katy Forrester mengamuk di pesta dan membunuh mereka semua! Aku sudah yatim piatu saat ini!" Sofia tak bisa lagi berdiam diri. Didekapnya Emily. Air matanya tumpah. "Anda semua ke mana? Mengapa kami kalian tinggalkan? Di mana lagi ada lokasi aman di pulau mengerikan ini? Apakah kita akan bertahan hingga pagi nanti?""Sudah, sudah, tenangkan dirimu, Sofia." Emily berusaha menghiburnya dan balas mendekapnya, "Katy Forrester ada di luar sana, kau aman di sini bersama kami. Aku turut berduka. Aku tahu apa yang sudah kau alami. Kita di sini bersama-sama bertahan sambil berus
"Ya, pembunuh. Tetapi bukan wanita yang kita cari." sahut Earth."Bukan Erato Miles?" heran Aina."Bukan. Katy Forrester. Si gadis kembar bungsu!""Astaga, jadi, wanita yang tadi itu..." Aina teringat sesuatu yang enggan ia buka."Tadi apa?" Emily mulai curiga."Oh, nanti saja. Aku akan kisahkan semuanya di lounge."Tak lama setelah mereka dipertemukan kembali, Emily, Earth bersama Ocean yang masih belum sadarkan diri bersama Aina memutuskan untuk bersama-sama sebagai satu tim. Earth membantu menggendong tubuh sang kakak sulung yang walau sangat ia tidak sukai namun paling tidak 'sekarang sudah tak lagi jadi saingan'. Kehadiran Aina yang belum ia kenal benar setidaknya ia anggap sebagai 'sekutu' pembawa keberuntungan.Emily sempat cemas, ia tak tahu harus memihak siapa saat ini. Ocean memang semakin jauh saja darinya, peluang Earth mendapatkan hatinya semakin besar. Namun hal itu tak serta-merta menjadikan gadis itu lupa pada kebaikan dan perhatian Ocean."Cepat, kita harus selamatkan
Emily dan Earth terus berputar di lorong-lorong lantai dasar, berusaha keras mencari jalan terbaik menuju lounge. Mereka berusaha tetap menjauh dari suara-suara yang masih menggema di seluruh penjuru Puri Vagano. Suara-suara asing yang walau tersamar deru hujan badai petir, tetap mendirikan bulu roma. Jeritan manusia terkejut, minta tolong, serta tentu saja kalimat terakhir mereka, disusul tawa wanita muda yang sedari tadi terdengar paling akhir. Sang pembunuh berantai yang sedang beraksi! "Katy Forrester benar-benar mengerikan!" Emily menggeleng seolah berusaha menepiskan bayangan Katy yang sedang menghabisi penghuni puri satu persatu, "Gadis malang yang tak pernah beruntung semenjak ada di sini! Bayangkan jika Dangerous Attraction kembali ada dalam genggamannya!" "Ia dan kakaknya adalah kebalikan diriku. Aku yang dulu menderita sejak lahir, sedangkan mereka lahir dengan 'sendok perak di mulut' malah harus berakhir di pulau penuh kutukan ini!" Earth turut merenung, "Ayo, kita berusa
Sofia menggeleng, "Aku tak tahu, Tuan, tak ada petunjuk lain. Ia tak bilang apa-apa setelah mencegah Nona Katy membunuhku. Hanya saja katanya, ayahnya pernah jadi penguasa pulau ini..." "Penguasa pulau ini? Astaga... Itu pasti dia!" Carl semakin gusar. Fakta bahwa Katy baru saja membunuh entah berapa membuatnya sadar jika kutukan sahabatnya kembali memakan korban. "Kita harus temukan kedua kembar itu dan juga para Pemuda Vagano. Kurasa wanita yang tadi Sofia sebutkan adalah Erato Miles, wanita misterius yang kita cari-cari sebagai pelaku!" "Miles!" Sofia terkejut, "Bukankah Bu Hannah kepala pelayan yang sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu itu juga bernama keluarga Miles? Keluargaku mengenal beliau. Aku ingat, hanya saja kami tak berani dekat-dekat, beliau kelihatan galak dan sangat tertutup." "Barangkali memang itulah dia, putri sahabatku Zeus dan Hannah! Yatim piatu yang sedang mencari saudara-saudara tirinya demi 'reuni' pertama dan terakhir mereka!" "Astaga, jadi tadi ak