"Sampai hari ini, kita belum juga berhasil menikah! Apakah kau hanya mempermainkanku dengan usaha 'menggiringku' kembali ke pulau kelahiranku ini? Tempat yang menyimpan masa laluku yang kelam?" Earth tampak gusar.
"Sa-sa-sama sekali tidak! Aku tak bermaksud demikian! Aku sungguh-sungguh, Earth!" Emily tak ingin suara-suara mereka terdengar oleh orang lain, terutama oleh Sky, yang sangat tidak senang bila Emily berdekatan dengan adik kembarnya itu! Namun puri itu terlalu luas dan besar, suara mereka sesungguhnya takkan terdengar jauh, kecuali jika mereka berteriak sekerasnya seperti jeritan gadis Forrester yang kembali terulang!
"Jujur saja, aku juga ingin segera pergi dari sini!" tambah Emily, "Kedua gadis aneh yang salah satunya telah membunuh Lilian sungguh membuatku takut! Namun kita belum mendapatkan kabar tentang Ocean! Kita harus menikah di hadapannya!" Emily masih mencoba mengulur waktu.
"Kau selalu membuatku menunggu dan marah, Emily! Kau masih mencintai kekasihmu si guru muda di Evertown itu, iya 'kan?" Earth masih belum mau melepaskan dadanya dari dada Emily yang hangat dan empuk, dua bukit kembar yang selalu membuat jantungnya berdebar-debar.
Pagi itu dingin, namun suasana serta napas keduanya menjadi begitu panas. Earth memalangkan lengan dan tangannya pada ambang pintu, menghalangi Emily yang hendak kabur keluar dari kamarnya sendiri.
"Uh,apa yang kau inginkan dariku?"
"Aku tak tahu, tapi kurasa, kau pintar juga!" Earth tersenyum dengan anehnya. Wajahnya yang tampan memang selalu mempesona, memancarkan aura aneh yang susah ditolak gadis manapun, apalagi bila ia tersenyum. Giginya putih bersih, dan bibirnya sangat lembut. Sama sekali tak ada sisa-sisa kekerasan masa lalu yang ia alami!
"Pintar? Mengapa kau berkata demikian?"
"Dengan keberadaan kita di sini, kita takkan pernah bisa ditemukan oleh polisi Evermerika, dan kita bisa bebas berduaan, walau tak sepuasnya!"
Earth mendesak lebih dekat lagi, dan Emily tak kuasa menahan lebih lama. Masih dalam gaun tidurnya, ia diam saja saat Earth mendesaknya masuk ke kamar. Pemuda itu mengunci pintunya, lalu membawa gadis itu ke dalam dekapannya. Didudukkannya di atas ranjang. Mereka berdua duduk bersama, namun Earth 'menguasai' keadaan saat ini.
Sekali lagi ia berbisik di telinga Emily, membuat gadis itu merinding, "Kau menginginkanku dan membutuhkanku, walau kau belum sadar bahwa sesungguhnya kau mencintaiku!"
Digenggamnya tangan Emily erat-erat sementara bibirnya mencari dan mengecup gadis itu. Diarahkannya tangan-tangan halus Emily menelusuri tubuhnya. Dari atas, dari rambut panjang coklatnya, hingga bawah, ke atas kelelakiannya. Semenjak tiba di sini, Earth selalu berolahraga, menjadikan otot-ototnya bahkan jauh lebih kencang dan lebih atletis, menyaingi kedua saudaranya!
"Kumohon, jangan. Earth, nanti Sky tahu! Bisa-bisa ia akan membunuhmu!" Emily masih berusaha mengulur waktu.
Walau tangannya enggan pergi. Emily bisa merasakan bahwa Earth telah terjaga dan siap untuk sekali lagi 'beraksi'.
Emily tak bisa berkutik saat pemuda itu mulai menelusuri kulit bahunya dan menjatuhkan kedua tali tipis di sana, perlahan melucuti gaun tidurnya yang begitu tipis dan mudah terbuka.
Lalu tak lama, ia juga membuka semua yang melekat di tubuhnya. Mereka berdua kini tak mengenakan apa-apa, namun mereka tak merasa malu.
"Aku menginginkanmu sama seperti kau menginginkanku. Aku tahu!" Earth tak menunda lagi, dihempaskannya tubuh gadis yang ia selalu idamkan itu ke peraduan.
Dan pagi itu, Emily sekali lagi terjatuh ke dalam inti bumi terdalam. Panas berapi sekaligus cair memabukkan bagai magma bercampur 'wine'. Begitu ingin keluar memanjat dari dalamnya, namun takkan pernah sanggup!
(Emily Stewart:) 'Aku tak tahu mengapa sekali lagi, atau mungkin lebih tepatnya, untuk ketiga kalinya, kubiarkan Earth memasuki kamar tidurku. Bahkan menerobos masuk ke 'ruangan pribadi'-ku, relung maha suci seorang wanita yang seumur hidupku hanya pernah dimasuki Xander. Dan juga Earth, belum terlalu lama terjadi, di Evertown. Di kamar sewaanku, di gudang M's Brew.. Keduanya begitu berbeda. Xander memang kekasihku, namun ia tak pernah benar-benar memberiku perasaan dan gairah seperti yang Earth selalu limpahkan kepadaku. Mungkin aku pernah mencintainya, namun dengan pedih kusadari, cintaku kepadanya bukan cinta yang sesungguhnya. Hanya tempatku singgah sebagai tempatku kabur dari masa silamku. Dia memang baik dan tampan dan juga segala-galanya yang semua wanita idamkan. Penerimaanku terhadap dirinya saat aku masih sendiri semakin berasa hanya sebagai pengisian kekosongan hatiku. Sebuah pelarian belaka? Bahkan aku tak merasa sungguh-sungguh kehilangan
"Sky?" Emily tersentak."Mungkin sudah saatnya ia tahu! Kita tak boleh terus-terusan merasa takut mengakui hubungan ini!" Earth bangkit dari ranjang, hendak berdiri dan berjalan menuju ke pintu.Namun Emily menahannya, memegang lengannya erat-erat, "Jangan. Kau bersembunyi saja, aku tak mau terjadi hal-hal buruk lagi antara kau dan Sky. Hanya untuk beberapa waktu saja.""Baiklah. Namun aku takkan selamanya berdiam diri begini!" geram Earth kesal."Diam saja di sini dan jangan keluar!" Emily menutupinya dengan selembar selimut tebal, lalu segera mengenakan pakaiannya kembali."Emily! Mengapa kau lama sekali?" ujar Sky gusar setelah Emily membukakannya pintu.Pemuda itu kini tak lagi ramah seperti yang sudah-sudah terhadapnya. Mengetahui kembalinya Emily dari Evertown bersama Earth sudah cukup menggusarkan hatinya. Padahal sebelumnya ia sudah sangat gembira bisa bertemu lagi dalam perjalanan 'show' kecil-kecilannya setelah beberapa waktu.
Kedua gadis kembar Forrester itu terdiam seketika begitu menyadari Emily hadir di tengah mereka.Hingga saat ini, walau hubungan mereka terasa kaku dan dingin, Kate dan Katy tetap merasa tak berdaya melawan keberadaan Emily."Sebaiknya kalian berdamai, jika kita ingin tetap bersama-sama kami sebagai sesama tamu di pulau ini. Hingga Ocean ditemukan dan kita bersama-sama mencari solusinya, kumohon, kalian berdua tak membuat ulah lagi. Kita bukan musuh, jadi tak perlu bertentangan satu sama lain!" ungkap Emily."Ocean harus bertanggung jawab, karena tak mungkin Sky dan Earth mau menikahiku. Ia yang berbuat itu sebelum menghilang!" Kate sekali lagi mengucapkan semua dalam hatinya, "Ia berjanji akan kembali dan ia harus melakukannya!"Terdengar langkah kaki mendekat. Seseorang turut hadir di antara mereka, "Kalian berdua tinggal di sini bukan atas kehendak kami. Jadi, sejujurnya, kami belum tahu apa yang harus kami perbuat terhadap kalian. Bila kalian in
"Apa yang harus kita lakukan? Bila memang Emily dan saudara tirimu itu berselingkuh dan kabur entah kemana, apakah aku harus mengejar dan melabrak mereka berdua?"Alexander Chan-Meyer dan 'sekutu' barunya, Lara Samsara Miles-Vagano alias Erato, hingga kini masih 'bersahabat' semenjak peristiwa menghilangnya Emily bersama Avalanche alias Earth! Pemuda itu semakin yakin pada pernyataan Erato bahwa kekasihnya bersama dengan sang barista M's Brew malam itu pergi bersama ke tempat yang tak diketahui siapapun. Tadinya ia ingin melaporkan penculikan. Namun media massa ternyata 'memperkuat' pernyataan Erato bahwa pasangan itu bersekongkol.Beberapa bukti berupa tangkap layar CCTV beredar luas di media cetak dan internet. Earth (yang tentu saja tak dikenal oleh dunia) menggendong gadis yang hingga kini hilang. Bersamaan dengan penyanyi pendatang baru Eagle Eyes yang malam itu sempat melakukan konser kecil-kecilan di M's Brew. Xander merasa ada kaitannya, namun memang tak berday
Tak lama kemudian, sebuah mobil sedan sewaan meluncur secepatnya dari Evertown di jalan besar sepi dan berdebu menuju entah kemana, membelah padang pasir tandus putih kekuningan. Sesekali terlihat beberapa batu besar penghalang dan pohon kaktus tumbuh liar seakan mengusik jalan panjang lurus beraspal retak dan sesekali berliku.Di balik kemudi, duduk Alexander Chan-Meyer bersama Erato alias Lara Samsara. Keduanya memang tak saling mengenal dari jauh-jauh hari sebelumnya, namun 'persamaan nasib' 'Xander ditinggal Emily' serta Erato ditinggal 'saudara tirinya, Avalanche' akhirnya membawa mereka berkenalan lebih jauh.Xander yang telanjur kesal pada sikap Emily yang belakangan sedikit aneh dan terasa semakin asing saja di matanya ternyata begitu mudah dipengaruhi oleh Erato. Apalagi gadis itu telah menunjukkan bukti-bukti warisan Hannah kepadanya. Foto-foto Ocean dan Sky yang berwajah tampan, sangat mirip dengan Avalanche!"Selama ini Emily hanya menjad
Xander tak mengerti mengapa perbuatan Erato yang semestinya ia tolak mentah-mentah itu malah tak bisa diresponnya. Sungguh, ia belum punya perasaan apa-apa terhadap gadis itu. Ia masih ingin menemukan Emily karena hubungan mereka 'belum selesai'. Apakah ia betul-betul berselingkuh atau diculik Avalanche? Namun kini, ia malah pasrah di dalam pelukan wanita lain, berciuman dan bercumbu di belakang kemudi!Sedangkan Erato yang biasanya 'dingin' bahkan tak tertarik sedetikpun pada pria, semenjak 'hari itu melihat sendiri peristiwa yang akan mengubah seluruh hidupnya', benar-benar berubah liar!"Ayo kita pindah ke jok belakang! Lakukan 'hal itu' terhadapku, kau akan segera melupakan Emily dan memilihku!""Erato, aku 'kan belum bilang bila aku mau melakukan hal ini dengan gadis lain, aku belum si.."Namun Erato dengan ganas terus mendesak Xander untuk pindah ke jok belakang. Dan akhirnya mereka berdua terhempas di sana, tanpa busana. Semua pakaian yang mereka k
Sang waktu di lokasi 'middle of nowhere' itu berlalu begitu cepat, entah berapa lama durasi kenikmatan duniawi yang Xander dan Erato lakukan. Yang jelas, perlahan namun panjang, panas dan penuh keringat, pula matahari telah melintasi pertengahan cakrawala menuju ke Barat.Mereka segera sadar, misi mereka harus tetap berjalan. Tak ingin berlama-lama larut dalam 'penemuan' baru itu, Xander dan Erato segera mengenakan busana mereka kembali dan melanjutkan perjalanan menuju titik rahasia 'White Nest"Dari padang gurun tandus, menjelang malam hari, kendaraan mereka mulai memasuki sebuah hutan belantara. Berbelok dari jalan besar yang sepi berpasir menuju sebuah jalan tanah yang sempit dan ditutupi semak belukar hijau dan pepohonan tinggi yang tak terlalu subur karena iklim yang kering."Kita hampir tiba. Betul-betul lokasi yang sangat sukar dijangkau dan takkan pernah didatangi siapapun yang tak menyadari kehadirannya di muka bumi ini!" ungkap Xander heran."Y
Waktu mulainya 'permainan' yang ditetapkan Xander belum lagi tiba. Serentak, lampu-lampu putih mulai menyala terang di sekeliling kompleks putih misterius, bagaikan lampu di stadion olahraga.Mobil sewaan yang dikemudikan Xander dengan Erato di jok penumpang depan meluncur perlahan dan berhenti di pintu gerbang utama, pemeriksaan berpalang elektronik. Terkesan seperti hendak memasuki area super rahasia.Petugas wanita muda yang berjaga menyapa dingin dengan tabik ala tentara, lalu meminta kartu-kartu identitas.Tentunya mereka sedikit banyak curiga dengan semua pengunjung baru, namun Xander dan Erato yang terbalut jubah putih dan kacamata hitam segera mengeluarkan dua ID card. Mereka telah mencuri data dan membuat duplikat yang sangat mulus, sehingga petugas tak menaruh curiga. Namun sempat ada kejanggalan terungkap! Mereka tak segera diizinkan masuk!"Hmm, Mr. Wright dan Ms. Crystal, 27 dan 26 tahun, asal Everyork. Asisten magang klinik psikologi yang ba