Sudut Pandang / 'point-of-view' Emily Stewart :
"Ocean dan Sky? Mereka entah dimana! Mana mungkin kau bisa menyakiti kakak-kakakmu saat ini? Dan aku ingin tahu, mengapa kau telah melakukan 'itu' padaku, Earth?" akhirnya aku bisa bersuara setelah sempat kelu dengan 'perbuatan manis' yang Earth coba lakukan.
"Mengikutimu secara diam-diam lalu memojokkanmu di taman senja itu?" bisik Earth, masih mendekap diriku. Tangannya terasa jauh lebih halus daripada dahulu, ia berubah total. Bukan lagi seorang pria muda kasar dari Lorong Bawah Tanah. Namun aura kelamnya tak bisa hilang.
"Ya. Mengapa kau muncul dengan begitu menakutkanku, hingga membuatku pingsan, kemudian 'melakukan itu' terhadapku? Tahukah kau, hal itu sangat menakutkan sekaligus memalukanku?" tanyaku, masih bisa merasakan apa yang ia perbuat pada pucuk-pucuk dadaku, walau belum memasukiku.
"Aku tak sengaja. Aku masih... mencintaimu, kurasa?" Earth menjauh sesaat, perlahan tapi pasti, membuka ritsl
Sudut Pandang / 'point-of-view' Emily Stewart :'Aku seperti sekali lagi disentakkan keras-keras, tercampak dari mimpi ke alam nyata. Namun anehnya, kali ini bukan mimpi buruk. Justru sebuah kenyataan terindah (yang kedengarannya memang gila!) bahwa Earth masih ada.Ia baru saja bersamaku di sini, kami berdua bercinta habis-habisan seperti dua orang kehausan sedang minum sepuasnya,saat seseorang di depan pintu mengetuk dan memanggil namaku, "Emily, aku kembali! Ayo, bukakan pintu!"Astaga!Earth beringsut bangkit perlahan sekali dari sofa, seakan tak senang bila momen kami terganggu. Namun sebelum ia hendak berbuat apa-apa, buru-buru kucekal lengannya, "Jangan, kumohon.. Jangan apa-apakan kekasihku!""Kau ini.." Earth tampak kurang senang dengan permintaanku, berbisik pelan namun tajam, "jangan buat aku cemburu! Kau memang mencintainya, 'kan? Sesungguhnya aku masih bukan siapa-siapa untukmu!""Bukan begitu, aku... Aku hanya ingin men
Sudut Pandang / 'point-of-view' Earth : Aku belum lagi mengenakan semua pakaianku, bersembunyi dalam lemari besar kosong tak terpakai dalam kamar sewaan Emily yang baru saja bercinta denganku. Sesungguhnya aku tak suka tindakan begini, yang selalu kuanggap sebagai 'pengecut'. Seharusnya aku segera 'keluar' dan mengklaim hakku, bila perlu, di tempat ini juga akan kuhabisi nyawa pria itu! Lagipula, Emily secara tak sengaja telah menyediakan 'senjata' yang bagus ini, sebilah pisau yang masih kugenggam erat-erat. Hmm, tidak! Aku tak boleh bertindak gegabah, atau aku akan berakhir seperti 3 tahun silam di White Nest. Walau sedikit banyak aku bersyukur, karena 3 tahun penuh 'penderitaan menyenangkan' itu berhasil 'mengubah hidupku untuk selamanya.' Emily ternyata menerima kekasihnya masuk. Aku mengintip terus semua adegan dalam diam, berusaha keras untuk tetap tenang. "Ada apa, mengapa kau lama sekali membukakan pintunya? Apa yang sedang kau kerjaka
Sementara itu di Puri Vagano, Ocean merasa semakin resah dengan perubahan sikap Katy yang semakin menjadi-jadi. Gadis itu, semenjak ditemukan pingsan di Lorong Bawah Tanah, tak lagi 'sama' seperti dahulu. Kate Sang Kakak pun merasa terganggu sekaligus sedikit banyak 'senang' dengan perubahan adiknya ini. Katy berubah jadi pendiam, penakut, mulai menutup diri, serta kerap kali mengigau di malam hari dan kadang berteriak-teriak seperti orang gila! Semua karena 'Lukisan Terkutuk' yang ia klaim telah mengutuk dirinya! Bahkan obat-obatan ramuan Lilian Sang Dokter Keluarga tak mampu meredakan 'anxiety' yang ia kini derita. Kate merasa terganggu karena sebagai saudari, ia masih harus merawat adiknya, sementara ia justru mengganggap, keadaan ini adalah momentum yang tepat baginya untuk mendekati Ocean. Kabar baiknya, ia sudah tak memiliki saingan cinta, setidaknya hingga Katy 'sembuh total' dan itu entah akan kapan terjadi! Sayang, Ocean sepertinya sedang tak
Sementara Ocean di Puri Vagano terus memikirkan cara untuk keluar dari 'istananya sendiri' tanpa mengabaikan kewajibannya. Tak elok betul begitu saja meninggalkan Kate seorang diri menjaga Katy adiknya yang masih 'sakit', sementara Lilian juga bukan orang yang betul-betul tepat untuk menjaga Pulau Vagano seorang diri. Bukannya Ocean tak percaya pada sang dokter wanita, melainkan karena ia khawatir pada 'hal tak kelihatan' yang bisa saja terjadi saat Ocean tak ada di puri. Lilian sangat penting untuk dilindungi, karena mungkin hanya tinggal dia yang tahu 'masa lalu almarhum Zeus Vagano.Dan lagi, teror 'kutukan' yang seakan belum selesai. Belum tahu mengapa pedang 'Dangerous Attraction' masih 'berulah' bahkan setelah kematian Zeus dan Hannah.Tadi pagi, satu masalah Ocean terpecahkan. Pesanan kaca dan rantai terkuat dari Evermerika sudah datang bersama dengan kapal kargo yang merapat. Kedua benda itu segera dibawanya ke museum untuk 'mengamankan Dangerous Attracti
Sudut Pandang / 'point-of-view' Earth Vagano :"Jadi, apa yang kau temukan dan lakukan di kediaman 'lovebird betina' kemarin siang, Avalanche?" selidik Erato alias Lara, 'kakak tiriku' alias wanita muda yang mengaku sebagai keturunan Hannah dan ayahku Zeus.Kami masih berdua saja di M's Brew, bekerja di awal hari Minggu yang sepi. Nanti malam akan ada pertunjukan spesial dari seorang pemusik debutan bernama 'Eagle Eyes' yang akan bernyanyi 'live' di sini, jadi sepagian kafe masih ditutup, akan ditata ulang agar menyerupai sebuah panggung dan ruang show kecil. Kami berbincang ringan sambil melakukan hal itu; menyusun kursi, menyapu plus mengepel lantai, serta menata meja."Ya, aku selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, dan aku tentu saja bisa," sambil mengatakannya, aku tersenyum membayangkan kejadian kemarin, "walau ia belum bilang ia mencintaiku juga, tapi kami sudah bercinta, dan aku tak keberatan sama sekali untuk itu...""Oh, wow, tunggu, jadi
Sementara itu Sky Firmament Vagano sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk melakukan pertunjukan kecil-kecilannya di sebuah kafe baru di Evertown. Mendengar nama M's Brew, tempat manggungnya secara 'live' nanti sore hingga malam, ia tak bisa tak teringat pada Miles Company. Perusahaan yang dimiliki keluarga yang ia sedikit banyak tak sukai karena berhubungan dengan masa lalunya. Perusahaan milik keluarga Hannah! 'Huh, tak ada hubungannya dengan masa lalu dan semua kutukan itu, M's Brew hanyalah tempat persinggahan belaka dalam perjalananku!' demikian pikir Sky, 'M's Brew hanyalah kebetulan belaka! Aku akan manggung di sini malam ini dan besok dengan nama panggung Eagle Eyes. Dua malam saja cukup untuk kota kecil ini, lalu berangkat lagi ke kota berikutnya hingga aku menemukan Emily. Sekecil apapun kemungkinannya!' ********** Jauh di Puri Vagano, pagi-pagi sekali, Ocean beringsut keluar dari kediaman mewahnya sendiri, hanya berbekal sebuah koper kecil sea
Pagi menjelang siang, sang kakak kembar cantik Kate Forrester perlahan terjaga di atas ranjang besar dan mewah milik Ocean Vagano. Menyadari semalam-malaman ia berhasil mendapatkan pengalaman dewasa memabukkan yang ia impikan selama ini, pada awalnya ia merasa beruntung dan gembira. Akhirnya, ia berhasil menang atas adiknya. Katy yang sedang merana di tengah 'delusi' akhirnya berhasil dilangkahi! Namun segera disadarinya, Ocean ternyata tak main-main soal kepergiannya dari pulau secara diam-diam. Pemuda itu tak ada di sisinya, juga di kamar mandi, dan di beranda. Dengan panik dicarinya suatu petunjuk, apapun yang ditinggalkan Ocean, hingga pandangannya tertumbuk pada sepucuk surat yang ia temukan di atas meja kopi. 'Kate, saat kaubaca surat ini, aku sudah berangkat jauh ke Evermerika. Kutitipkan sementara puri ini kepadamu. Tapi kumohon, jangan pernah coba-coba mendekati museum! Tempat itu tertutup dan sangat berbahaya. Jaga adikmu baik-baik. Jangan tunggu aku kembal
Sudut Pandang / 'point-of-view' Emily Stewart' : Aku tak bisa tidur dengan nyenyak hingga Minggu pagi. Tetiba ponselku berdering dan Xander menyapa dari ujung sana, menanyakan kabarku. "Oh, kau. Hai," sahutku tak bergairah, dan mungkin juga terlalu menyolok, sebab aku tak bisa berpura-pura lebih lama lagi 'seperti tak pernah terjadi apa-apa.' "Hai! Ada apa, Em? Kelihatannya ada masalah. Kau sakit?" "Oh, ti, ti, tidak. aku baik-baik saja, hanya kurang tidur semalam karena bermimpi buruk. Ada apa, Sayang?" "Nanti malam ada 'live show' gitar akustik dari penyanyi pendatang baru di M's Brew! Eagle Eyes! Kau pasti akan menyukainya! Kita bisa makan malam romantis di sana! Aku sudah mereservasi untuk kita, 'table for two', syukurlah masih kebagian. Tempatnya terbatas sekali, dan pendaftaran 'online'-nya segera tutup tepat lima menit setelah dibuka! Gila, bukan?" Xander terdengar bersemangat. "Uhh, M's Brew?" sungguh, aku tak ingin kemba