Sementara itu di Puri Vagano, Ocean merasa semakin resah dengan perubahan sikap Katy yang semakin menjadi-jadi. Gadis itu, semenjak ditemukan pingsan di Lorong Bawah Tanah, tak lagi 'sama' seperti dahulu. Kate Sang Kakak pun merasa terganggu sekaligus sedikit banyak 'senang' dengan perubahan adiknya ini.
Katy berubah jadi pendiam, penakut, mulai menutup diri, serta kerap kali mengigau di malam hari dan kadang berteriak-teriak seperti orang gila! Semua karena 'Lukisan Terkutuk' yang ia klaim telah mengutuk dirinya! Bahkan obat-obatan ramuan Lilian Sang Dokter Keluarga tak mampu meredakan 'anxiety' yang ia kini derita.
Kate merasa terganggu karena sebagai saudari, ia masih harus merawat adiknya, sementara ia justru mengganggap, keadaan ini adalah momentum yang tepat baginya untuk mendekati Ocean.
Kabar baiknya, ia sudah tak memiliki saingan cinta, setidaknya hingga Katy 'sembuh total' dan itu entah akan kapan terjadi!
Sayang, Ocean sepertinya sedang tak
Sementara Ocean di Puri Vagano terus memikirkan cara untuk keluar dari 'istananya sendiri' tanpa mengabaikan kewajibannya. Tak elok betul begitu saja meninggalkan Kate seorang diri menjaga Katy adiknya yang masih 'sakit', sementara Lilian juga bukan orang yang betul-betul tepat untuk menjaga Pulau Vagano seorang diri. Bukannya Ocean tak percaya pada sang dokter wanita, melainkan karena ia khawatir pada 'hal tak kelihatan' yang bisa saja terjadi saat Ocean tak ada di puri. Lilian sangat penting untuk dilindungi, karena mungkin hanya tinggal dia yang tahu 'masa lalu almarhum Zeus Vagano.Dan lagi, teror 'kutukan' yang seakan belum selesai. Belum tahu mengapa pedang 'Dangerous Attraction' masih 'berulah' bahkan setelah kematian Zeus dan Hannah.Tadi pagi, satu masalah Ocean terpecahkan. Pesanan kaca dan rantai terkuat dari Evermerika sudah datang bersama dengan kapal kargo yang merapat. Kedua benda itu segera dibawanya ke museum untuk 'mengamankan Dangerous Attracti
Sudut Pandang / 'point-of-view' Earth Vagano :"Jadi, apa yang kau temukan dan lakukan di kediaman 'lovebird betina' kemarin siang, Avalanche?" selidik Erato alias Lara, 'kakak tiriku' alias wanita muda yang mengaku sebagai keturunan Hannah dan ayahku Zeus.Kami masih berdua saja di M's Brew, bekerja di awal hari Minggu yang sepi. Nanti malam akan ada pertunjukan spesial dari seorang pemusik debutan bernama 'Eagle Eyes' yang akan bernyanyi 'live' di sini, jadi sepagian kafe masih ditutup, akan ditata ulang agar menyerupai sebuah panggung dan ruang show kecil. Kami berbincang ringan sambil melakukan hal itu; menyusun kursi, menyapu plus mengepel lantai, serta menata meja."Ya, aku selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, dan aku tentu saja bisa," sambil mengatakannya, aku tersenyum membayangkan kejadian kemarin, "walau ia belum bilang ia mencintaiku juga, tapi kami sudah bercinta, dan aku tak keberatan sama sekali untuk itu...""Oh, wow, tunggu, jadi
Sementara itu Sky Firmament Vagano sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk melakukan pertunjukan kecil-kecilannya di sebuah kafe baru di Evertown. Mendengar nama M's Brew, tempat manggungnya secara 'live' nanti sore hingga malam, ia tak bisa tak teringat pada Miles Company. Perusahaan yang dimiliki keluarga yang ia sedikit banyak tak sukai karena berhubungan dengan masa lalunya. Perusahaan milik keluarga Hannah! 'Huh, tak ada hubungannya dengan masa lalu dan semua kutukan itu, M's Brew hanyalah tempat persinggahan belaka dalam perjalananku!' demikian pikir Sky, 'M's Brew hanyalah kebetulan belaka! Aku akan manggung di sini malam ini dan besok dengan nama panggung Eagle Eyes. Dua malam saja cukup untuk kota kecil ini, lalu berangkat lagi ke kota berikutnya hingga aku menemukan Emily. Sekecil apapun kemungkinannya!' ********** Jauh di Puri Vagano, pagi-pagi sekali, Ocean beringsut keluar dari kediaman mewahnya sendiri, hanya berbekal sebuah koper kecil sea
Pagi menjelang siang, sang kakak kembar cantik Kate Forrester perlahan terjaga di atas ranjang besar dan mewah milik Ocean Vagano. Menyadari semalam-malaman ia berhasil mendapatkan pengalaman dewasa memabukkan yang ia impikan selama ini, pada awalnya ia merasa beruntung dan gembira. Akhirnya, ia berhasil menang atas adiknya. Katy yang sedang merana di tengah 'delusi' akhirnya berhasil dilangkahi! Namun segera disadarinya, Ocean ternyata tak main-main soal kepergiannya dari pulau secara diam-diam. Pemuda itu tak ada di sisinya, juga di kamar mandi, dan di beranda. Dengan panik dicarinya suatu petunjuk, apapun yang ditinggalkan Ocean, hingga pandangannya tertumbuk pada sepucuk surat yang ia temukan di atas meja kopi. 'Kate, saat kaubaca surat ini, aku sudah berangkat jauh ke Evermerika. Kutitipkan sementara puri ini kepadamu. Tapi kumohon, jangan pernah coba-coba mendekati museum! Tempat itu tertutup dan sangat berbahaya. Jaga adikmu baik-baik. Jangan tunggu aku kembal
Sudut Pandang / 'point-of-view' Emily Stewart' : Aku tak bisa tidur dengan nyenyak hingga Minggu pagi. Tetiba ponselku berdering dan Xander menyapa dari ujung sana, menanyakan kabarku. "Oh, kau. Hai," sahutku tak bergairah, dan mungkin juga terlalu menyolok, sebab aku tak bisa berpura-pura lebih lama lagi 'seperti tak pernah terjadi apa-apa.' "Hai! Ada apa, Em? Kelihatannya ada masalah. Kau sakit?" "Oh, ti, ti, tidak. aku baik-baik saja, hanya kurang tidur semalam karena bermimpi buruk. Ada apa, Sayang?" "Nanti malam ada 'live show' gitar akustik dari penyanyi pendatang baru di M's Brew! Eagle Eyes! Kau pasti akan menyukainya! Kita bisa makan malam romantis di sana! Aku sudah mereservasi untuk kita, 'table for two', syukurlah masih kebagian. Tempatnya terbatas sekali, dan pendaftaran 'online'-nya segera tutup tepat lima menit setelah dibuka! Gila, bukan?" Xander terdengar bersemangat. "Uhh, M's Brew?" sungguh, aku tak ingin kemba
Sementara itu, jauh di kota kecil Evertown, semua persiapan sudah selesai dilakukan dan waktunya konser mini Eagle Eyes segera tiba. Seperti biasa, para kru M's Brew sudah mempersiapkan yang terbaik untuk event pertama mereka. Hidangan terlezat dan kopi serta wine bagi para tamu yang sudah mereservasi tempat. Konser mini ini tertutup bagi tamu biasa, hanya tersedia beberapa puluh kursi saja. Tamu-tamu mulai berdatangan pada senja menjelang malam yang cerah. Rata-rata pasangan muda, entah sudah menikah, bertunangan atau masih menjalin hubungan. Seorang pemuda tampan bermata biru dengan rambut hitam lurus, tampak mesra menggandeng pasangannya, gadis cantik berambut bob pirang bermata cokelat. Keduanya mengenakan jas dan gaun pesta semi formal yang serasi berwarna hitam dan pink. Namun si wanita muda tampak sedikit resah. Saat pasangannya mendorongkan kursi untuk duduk di meja yang berada dekat dengan panggung mini, ia terus melihat kesana-sini seolah mencari atau menunggu sese
Cuplikan Karya Inggrisku... Moistra was a young mermaid, pretty, cheerful and also very outgoing. She was one of the most beautiful daughters of Father Merman, The Legendary Great King of the Ocean. They secretly lived in peace and harmony deeply under the sea, far away from the surface of the Earth. For ages, The Mermaids had lived among the fishes and other sea creatures, just like in the movies, and might be far much better and beautiful. Surrounded by fresh ocean crystal clear blue water, colorful coral reefs and any magical creatures more than anyone could ever imagine, things were even better than anyone had depicted or saw in any stunning animation or movies! Not as often told by fairy tales nor children bedtime stories, mermaids were not always lived underwater. Every night, after drinking a very special secret potion, they grew a temporary legs and feet and came to the surface, silently walked on empty beaches or shores. And very different from a fan
Sudut Pandang / 'point-of-view' Emily Stewart : Musik seperti terhenti , walau piano pengiring masih berdenting. Aku terpaku. Kurasa aliran darah dan waktu berhenti bersamaan dan membeku, sebab tubuhku terasa begitu dingin. Sama sekali diam, terpatri dalam momen yang begitu menentukan. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, sebab tak mungkin aku bisa menolak ajakan berduet itu begitu saja. Semua mata dalam ruangan itu memandangku dan menunggu aksiku. Kutahan napasku dan menunggu. Haruskah aku kabur dari sini? Akhirnya aku pasrah saja, dan menuruti permintaan sang penyanyi. Perlahan tanpa keinginan memandang siapa-siapa, ragu-ragu aku berdiri, berjalan menuju ke panggung. Hanya senyum Xander yang nampak bersemangat, diiringi support-nya yang seperti biasa, "Ayo, Em, menyanyilah untukku! Suaramu pasti luar biasa!" Semua orang yang menonton turut memberi beberapa kali tepuk tangan penyambutan, tentu saja hanya sekedar basa-basi. Eagle Eyes