Raja Edward segera memerintahkan pelayannya untuk mengabarkan bahwa perjalanan ke woodcliff direncanakan esok hari. Kabar yang segera tersampaikan kepada Yuan dan pengawalnya membuat mereka sibuk dengan segala persiapan untuk perjalannya.
“Bagaimana persiapan?” tanya Archilles memeriksa perbekalan yang disiapkan pengawal Yuan.
“Semua sudah siap, Tuan,” jawab pengawal Yuan.
Archilles mencari Yuan dan Riona. Dan menemukan mereka sedang berkemas.
“Sepertinya perjalanan akan menggunakan jalur darat, dan dilanjutkan melewati lautan. Semoga tidak terlambat sampai disana,” ucap Archilles. Dia sedikit khawatir dengan keberangkatan yang sudah tertunda beberapa hari. meskipun masih ada waktu tapi tidak baik jika sampai terlambat.
Terimakasih sudah membaca karya ini, dukung terus penulis dengan memberikan komentar dan gems
Kapal yang dinaiki Yui beserta teman-temannya telah sampai di wilayah kerajaan Woodcliff. Mereka harus melewati daerah Woodcliff untuk mencapai Ergions. tidak ada pelabuhan di Ergions sehingga hanya bisa dengan jalur darat saja untuk mencapai tempat tujuan mereka. “Sampai juga,” ucap Light terlihat senang melihat daratan. Dia berlari dan turun dari kapal segera setelah jangkar diturunkan. “Tunggu Light!” teriak Yui mengikuti Light turun dari kapal. mereka berdua sudah berlarian di dermaga. “Anak-anak memang lincah dan bersemangat ya,” ucap Adrian yang melihat kedua bocah itu. Semua kru kapal telah turun setelah menambatkan kapal, sesuai kesepakatan kapal akan tetap di sini sampai mereka kembali lagi. Yui dan Light berlari menuju pantai, pasir putih yang indah dan deburan ombak suasana yang menyenangkan. “Wah, langitnya cerah. Biru langit dan biru laut indah sekali.” Light memandang panorama di depannya. Yui du
Yui bersama dengan Yuan memasuki hutan yang lebat setelah melewati padatnya jalanan di Woodcliff. Kawasan Ergions dikelilingi oleh hutan, mereka harus berjalan dengan susah payah dengan tebalnya rumput di tanah dan banyaknya akar pohon yang menyembul hingga permukaan. “Apa ini jalan yang benar? Kita tidak sedang tersesat ‘kan,” ucap Yui mulai ragu dengan perjalanan yang sudah mendekati senja. Remang petang mulai merayap dan menyusuri hutan hingga pandangan mereka menjadi terbatas. “Tidak ada satupun dari kita yang pernah ke Ergions, saya juga tidak tahu apakah kita berada di jalan yang tepat atau tidak,” jawab Riona. “Kalian jangan cemas, hutan adalah bagian dari kami, kaum peri. Jalan ini sudah benar, sedikit lagi kita akan sampai di perbatasan,” jawab Fiona yang membuat semuanya menjadi tenang.
Selesai dengan ramah tamah, mereka dipersilahkan untuk beristirahat di tempat khusus tamu. Malam di Ergions berbeda dengan tempat lain. Suasana sunyi menyelimuti dan bintang terlihat lebih terang. Yui dan Yuan menemukan tempat melihat bintang yang bagus, sebuah bukit kecil dekat dengan pemukiman penduduk. "Indah sekali," ucap Yui memandang langit malam yang indah. "Benar, jarang sekali pemandangan seperti ini," jawab Yuan. Hening, keduanya menikmati pemandangan malam ini. "Kenapa ke Ergions, akan kau gunakan untuk apa daun dari pohon kehidupan?" tanya Yui memecah kesunyian. "Menghilangkan tato di tangan Kak Riona," jawab Yuan. "Tato?" Yui menatap Yuan. Terlihat ekspresi tidak mengerti dari wajahnya. Yuan tersenyum lalu menjelaskan semua hal tentang tato Riona hingga cara menghilangkannya. "Jadi Kak Rosaline menyamar menjadi Riona ya, dan karena tato itu dia meninggalkan kakak," ucap Yui masih memandangi bint
Ergions, di depan mata Yui sebuah pohon dengan ukuran sangat besar bahkan jika dilihat ia hanya seukuran rantingnya saja. Di sana banyak elf yang sedang merawat pohon kehidupan. Ada banyak sayatan seperti luka dengan getah berwarna merah seperti darah. Pohon itu terluka, sakit. Para elf di sekitar pohon mencoba menyembuhkan luka-luka pohon kehidupan dengan berbagai cara.Yui masih terdiam, hingga Raja Arlen menepuk pundaknya."Apa Anda sudah siap, Putri Yui," ucap Raja Arlen.Yui masih terdiam, belum bisa menjawabnya. Pandangannya masih mengarah pada pohon di depannya. Jika pohon ini tidak selamat dunia akan dilanda petaka."Beri saya waktu, Yang mulia Raja Arlen," jawab Yui.Yuan mendekati Yui, menguatkan dirinya."Kau pasti bisa, ada aku di sini.""Ya, ternyata ini tidak mudah," balas Yui kembali memandangi pohon kehidupan.Satu daun jatuh, dan terbakar saat menyentuh tanah."R
Luka-luka di pohon kehidupan perlahan menutup, seakan ditarik kembali, api bermunculan dan berubah menjadi daun hijau. Bahkan iblis yang ada di tempat itu tiba-tiba terbakar dan berubah kembali menjadi daun di pohon kehidupan. Sorakan memenuhi ruangan, kegembiraan proses penyerahan benih telah berhasil. Hanya satu saja yang bersedih di hari itu. Yuan memeluk tubuh Yui yang sudah tidak bergerak lagi. Isak tangis terdengar lirih di antara sorakan kegembiraan kaum elf.Yui mengenakan baju berwarna hijau, baju yang diberikan Rafael untuknya. Ia memandang Yuan dibalik pohon, melihat saudara kembarnya menangis memeluk tubuhnya. Sama seperti waktu itu, pemandangan yang ia lihat dalam mimpinya."Kau berhasil." Suara gadis elf yang selalu mendatangi Yui."Sudah berakhir, aku menjadi pohon," jawab Yui. Dia masih memandang Yua
Yuan berada di perbatasan Ergions dan Woodcliff dia menunggu kedatangan Riona dan lainnya.Rambutnya perlahan berubah menjadi hitam."Apa ini pengaruh dari hilangnya kristal perak," gumam Yuan memperhatikan rambutnya yang tidak lagi berwarna perak.Riona dan pengawalnya menemukan Yuan yang duduk di atas batu di perbatasan."Pangeran, Anda baik-baik saja?" tanya Riona saat melihat Pangeran Yuan seorang diri."Ya," jawab Yuan."Jadi kita kembali ke Silverstone?" tanya Riona dan Yuan mengangguk."Pangeran apa yang terjadi?" tanya Riona berbisik."Nanti saja, kita pergi dulu dari sini," jawab Yuan.Mereka kembali menemui Raja Edward. Perjamuan di Woodcliff masih belum berakhir jadi mereka belum bisa kembali. Sementara Yuan tidak ingin lebih lama di Woodcliff. Dia harus kembali ke Silverstone secepatnya.Riona meminta guardian tanah membuka gerbang dimensi namun ia menolak. Dia hanya mau membukanya ji
Kecepatan kapal yang dinaiki Yui membuat perjalanan yang seharusnya berlangsung 4 hari menjadi setengahnya. Mereka sudah sampai di pelabuhan kota Avari. Tanpa menunggu, Yui dan Fiona meneruskan perjalanan langsung ke kota Avari. Tujuan utama ke tempat Miranda, pemilik toko yang menjual ramuan cinta."Putri Fiona, Anda bisa terbang. Lebih cepat jika Anda duluan saja," saran Yui menyerahkan daun pohon kehidupan kepada Fiona."Terimakasih, percayakan padaku," jawab Fiona melesat setelah menerima daun dari Yui.Yui memacu kuda tunggangannya lebih kencang. Akan tetapi kecepatan kuda tidak sebanding dengan kecepatan terbang peri yang sangat cepat.Fiona sudah sampai di toko milik Miranda, dia mengetuk pintu toko itu dengan tidak sabar.
Yui dan yang lainnya bersiap kembali ke Kerajaan Cahaya. Perjalanan akan memakan waktu cukup lama jadi mereka mempersiapkan perbekalan yang cukup.Rafael bersandar di tembok melihat yang lain sedang mengisi kereta kuda."Paman masih tidak enak badan?" tanya Yui yang melihat Rafael memijat pelipis kepalanya."Pusing sedikit, sepertinya aku akan naik kereta kuda saja," jawab Rafael yang masih memijat pelipis kepalanya."Apa kita tunda saja berangkatnya?" Yui merasa cemas dengan Rafael."Tidak perlu, aku baik-baik saja," jawab Rafael tetap dengan pendiriannya.Fiona datang membawa sekeranjang makanan di tangannya."Fiona," panggil Rafael saat melihat putri peri itu."Rafael, bagaimana kondisimu?" balas Fiona, dia terlihat senang Rafael sudah lebih baik setelah perawatan pasca keracunan itu."Kau tidak perlu repot-repot seperti ini," ucap Rafael mengambil keranjang makanan yang dibawa Fiona."Ini kue kering peri
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.