Kecepatan kapal yang dinaiki Yui membuat perjalanan yang seharusnya berlangsung 4 hari menjadi setengahnya. Mereka sudah sampai di pelabuhan kota Avari. Tanpa menunggu, Yui dan Fiona meneruskan perjalanan langsung ke kota Avari. Tujuan utama ke tempat Miranda, pemilik toko yang menjual ramuan cinta.
"Putri Fiona, Anda bisa terbang. Lebih cepat jika Anda duluan saja," saran Yui menyerahkan daun pohon kehidupan kepada Fiona.
"Terimakasih, percayakan padaku," jawab Fiona melesat setelah menerima daun dari Yui.
Yui memacu kuda tunggangannya lebih kencang. Akan tetapi kecepatan kuda tidak sebanding dengan kecepatan terbang peri yang sangat cepat.
Fiona sudah sampai di toko milik Miranda, dia mengetuk pintu toko itu dengan tidak sabar.
Yui dan yang lainnya bersiap kembali ke Kerajaan Cahaya. Perjalanan akan memakan waktu cukup lama jadi mereka mempersiapkan perbekalan yang cukup.Rafael bersandar di tembok melihat yang lain sedang mengisi kereta kuda."Paman masih tidak enak badan?" tanya Yui yang melihat Rafael memijat pelipis kepalanya."Pusing sedikit, sepertinya aku akan naik kereta kuda saja," jawab Rafael yang masih memijat pelipis kepalanya."Apa kita tunda saja berangkatnya?" Yui merasa cemas dengan Rafael."Tidak perlu, aku baik-baik saja," jawab Rafael tetap dengan pendiriannya.Fiona datang membawa sekeranjang makanan di tangannya."Fiona," panggil Rafael saat melihat putri peri itu."Rafael, bagaimana kondisimu?" balas Fiona, dia terlihat senang Rafael sudah lebih baik setelah perawatan pasca keracunan itu."Kau tidak perlu repot-repot seperti ini," ucap Rafael mengambil keranjang makanan yang dibawa Fiona."Ini kue kering peri
Perjalanan dimulai, kereta kuda berjalan diiringi mereka yang menaiki kuda. Rafael dan Fiona menaiki kereta kuda sementara Yui, Adrian dan Leila menaiki kuda. Mereka menapaki jalanan kota menuju gerbang keluar. Tengah hari mereka sudah keluar dari kota Avari."Kita istirahat sebentar," perintah Adrian yang memimpin jalan.Mereka berhenti di rumah makan yang ada di diantara kota Avari dan desa berikutnya. Tempat itu cukup ramai dengan pengunjung. Sehingga hampir semua tempat duduk penuh."Aku tidak mau duduk bersama yang lain, sewakan tempat khusus." Fiona menolak duduk bersama pelanggan lain, sementara tempat itu tidak menyediakan ruangan khusus."Kalau Anda tidak mau, silahkan cari tempat lain." Yui menolak permintaan Fiona.
Yui yang bergelantungan di akar pohon yang keluar dari dalam tanah. Tebing yang curam membuat akar-akar tanaman menyembul ke permukaan."Fiona, tolong!" teriak Yui."Berjanjilah baru ku tolong," jawab Fiona."Fiona! Paman! Kak Adrian!" Yui berteriak keras yang membuat Fiona panik."Yui!" Rafael berlari ke arah Yui dan mengulurkan tangannya."Raih tanganku!"Yui berusaha menggapai tangan Rafael. Memerlukan usaha yang keras untuk meraih tangan Rafael."Dapat, aku akan menarikmu!" Rafael menarik tangan Yui.Perlahan tubuh Yui terangkat ke atas. Tanah di bawah kaki Rafael mulai longsor sedikit demi sedikit."Paman cepat, tanahnya labil!" teriak Yui yang melihat ada retakan di bawah kaki Rafael."Sedikit lagi,"Yui mencapai permukaan tepat saat tanah itu retak dan membuat keduanya terjatuh ke jurang."Apa aku akan mati!" teriak Yui panik saat mereka terjatuh."Tenanglah Yui,
Rafael terbangun dalam ruangan yang dipenuhi tanaman. Ia melihat ke arah samping, Yuichi duduk bersandar di kursi. Matanya terpejam, mungkin ia sedang tidur. Tidak ingin membangunkan kakak angkatnya, Rafael bangkit sendiri dari tempat tidurnya."Mau kemana?" suara Yuichi terdengar."Kukira kau tidur," jawab Rafael membalikkan badannya.Pria yang tengah duduk itu menghela napas panjang."Kembalilah duduk, ada yang harus aku bicarakan denganmu, ini serius," ucap Raja Yuichi."Yuichi, aku …," suara gebrakan meja terdengar, sorot mata tidak suka terlihat di mata Raja Yuichi."Dengar Rafael, hormatilah kakakmu ini sebagai raja, setidaknya panggil dengan sopan," titah Raja Yuichi."Maafkan saya, Yang Mulia," jawab Rafael."Yui sudah menceritakan semuanya, rasanya tidak percaya kau terkena racun ramuan cinta," ucap Raja Yuichi terlihat galau dengan kondisi adik angkatnya."Maaf," jawab Rafael. Dia ingin pergi tapi
Persiapan ke Silverstone tidak memerlukan apapun, Yui hanya diberikan sebuah kristal berwarna hijau oleh ayahnya."Apa kau sudah siap?" tanya Raja Yuichi."Sudah, Ayahanda," jawab Yui mantap.Kristal hijau diaktifkan membentuk barrier di sekeliling Yui, lalu ia melangkah masuk ke dalam gerbang dimensi. Hanya butuh lima menit saja, Yui telah sampai di Silverstone."Yui!" seru Yuan saat melihat saudara kembarnya melangkah keluar dari gerbang dimensi. Ia berlari dan memeluk gadis itu dengan riang gembira."Yuan! Kangennya," balas Yui yang juga membalas pelukan Yuan.Mereka terlihat sama, rambut hitam Yuan dan Yui juga mata hitam mereka. Perbedaan mereka hanya pada jenis kelaminnya sa
Kuil gerbang dimensi jauh dari pemukiman penduduk, tidak ada yang berkunjung ke tempat ini. Mereka bisa beristirahat dengan tenang sambil memulihkan tenaga."Udara di tempat ini berat ya," ucap Light, semua yang di sana mengangguk menyatakan persetujuan."Kalian juga harus berhati-hati dengan kontaminasi," kata Yuan. Ia duduk bersandar masih terlihat sangat lelah."Kita berjaga bergantian saja, kalian istirahatlah dulu biar saya yang berjaga," kata Archilles.Yui mendekati Yuan. Dia terlihat cemas."Apa kau baik-baik saja?" ucapnya mengkhawatirkan Yuan."Aku tidak apa-apa, Yui." Yuan memanggil Krisan keluar. Roh angin itu menggunakan wujud wanita dewasa."Ada apa Pangeran memanggil saya?" ucapnya dengan sopan."Krisan, apa ada penduduk di sekitar sini?" tanya Yuan.Krisan terdiam, ia memejamkan matanya beberapa saat kemudian ia menjawab pertanyaan Yuan."Ada, tidak jauh dari sini," jawab Krisan.
Gerbang dimensi di Kerajaan Silverstone terbuka, mereka keluar dengan tergesa-gesa."Syukurlah selamat, mereka banyak kita tidak akan sanggup melawannya," ucap Archilles yang sudah merasakan kekuatan kristal hitam."Yuan!" Yui manahan Yuan yang langsung pingsan begitu keluar dari gerbang dimensi."Apa yang terjadi? Kenapa Pangeran pingsan?" Archilles memeriksa Yuan. Ada keanehan dalam aliran darahnya."Bagaimana?" Yui terlihat cemas."Ini, tidak baik," jawab Archilles yang langsung menggendong Yuan untuk di pindahkan ke tempat lain."Apa yang terjadi?" tanya Ratu Erina."Yang Mulia Ratu, tolong buka ruangan es," pinta Archilles"Baik," jawab Ratu Erina yang langsung berlari menuju salah satu ruangan.Yui ikut dengan mereka karena cemas dengan keadaan Yuan.Ruangan yang disebut tadi memiliki pintu yang besar, diperlukan empat orang untuk membukanya. Setelah terbuka, Archilles meletakkan tubu
Lapangan di dalam istana timur, Yui berlatih mengendalikan air bersama Genji. Ia kesulitan mengendalikan air. Berkali-kali gagal. Air lebih sulit dikendalikan dibandingkan elemen tanah dan logam."Lebih fokus, Putri Yui. Kalau lawan anda Imp akan sangat berbahaya jika tidak bisa mengendalikan air tanpa memanggilku."Ya, aku akan berusaha," jawab Yui bangkit kembali dan mulai mengendalikan air.Air di sekitar Yui bergetar kemudian berputar dan mulai naik hingga setinggi tubuh Yui. Lalu memisahkannya dari air di danau membuat sebagian air melayang di udara.Air itu mengikuti gerakan tangan Yui."Pertahankan Yui, agak sulit mengendalikan air," ucap Yuan yang ada di dekat Yui.Yuan memperagakan pengendalian air, dan Yui mengikuti gerakan Yuan."Ah, hancur lagi!" teriak Yui kesal dan terduduk di tempatnya berdiri."Pelan-pelan, Yui. Tidak mungkin dalam sehari bisa. Rasakan aliran airnya. Kalau sudah bis
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.