Sang raja berada di tempat yang jauh dari Light dan pasukannya. Pemandangan yang tidak biasa bener-benar dia lihat. Makhluk berpakaian dominan hijau dengan telinga runcing menyerang monster-monster itu dengan panah mereka. Panah yang melesat bukan hanya menancap tapi panah itu berubah menjadi tanaman rambat dan mengikat setiap monster yang tertancap panah-panah mereka.
“Apa itu elf?” Raja yang baru kali ini melihat makhluk itu tertegun tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Pandangan matanya teralih kembali kepada pemimpin pasukan, seorang anak laki-laki dengan petir yang mengelilingi tubuhnya. Setiap pedang yang mengenai monster itu membuat suara ledakan yang keras. Monster-monster itu meledak saat terkena pedangnya.
Lalu beberapa pengendali, mereka adalah bangsa kristal yang mengendalikan elemen masing-masing
Terima kasih untuk para pembaca, selalu dukung penulis dengan memberikan komentar yang membangun dan jangan lupa berikan vote (gems) yang banyak. Love you all
Suasana cerah pagi hari yang hangat, kedua anak kembar itu sudah bersiap di sebuah tempat lapang. Mereka mengenakan pakaian yang sama, entah sengaja menguji kemampuan yang melihatnya untuk mengenali siapakah Yui dan Yuan. Sulit untuk membedakan mereka hanya dengan sekali lihat. Rafael mendatangi kedua anak kembar itu, melihat keduanya dan menarik satu diantara mereka. “Yui, lari keliling lapangan!” perintah Rafael yang tetap bisa membedakan mereka meskipun terlihat sama. “Bagaimana Paman bisa tahu!” jawab Yui kesal dan langsung berlari sesuai perintahnya. Sementara Yuan tertawa melihat hal itu. Yui sengaja ingin menguji pamannya, apakah dia bisa membedakan dirinya dan kembarannya dengan mengenakan pakaian yang sama, bahkan sengaja mengurai rambut hitam panjangnya sup
Yui masih belum menyadari Rafael yang sudah sangat dekat dengannya. Pria berambut hitam itu khawatir dengan keadaan Yui yang setelah jatuh malah terdiam seribu bahasa dan tidak menjawab pertanyaannya. Tangan Rafael terulur, dan berniat memeriksa dahi Yui, apakah dia panas atau tidak. Yui yang tersadar tiba-tiba mendorong pria didepannya hingga terjatuh.“Paman mau apa?” teriak Yui yang langsung menjauh.“Kukira kepalamu terbentur atau kenapa, dari tadi diam saja,” jawab Rafael yang membuat wajah Yui semakin merah.“Ya, ampun tadi aku melamun,” batin Yui.“Istirahat saja dulu,” perintah Rafael.Pria itu berjalan ke arah Yuan yang duduk bersandar dibawah pohon, membaca buku yang d
Rafael masih sibuk dengan persiapannya, matahari sudah hampir tenggelam sepenuhnya. Dia terus menatap matahari dan mempercepat menuliskan rune di tanah. Semakin banyak semakin baik tapi menuliskan rune tidaklah mudah dia baru mendapatkan beberapa buah saja. “Waktunya tidak cukup,” gumam Rafael yang terus melirik matahari yang sedang berlomba dengannya. Rafael menyerah saat sang surya lebih dulu tenggelam sebelum dia selesai dengan rune terakhirnya. Dia berdiri dan memandang rune yang baru seperempat tergambar. Tiba-tiba Rafael merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Raja terkejut sekaligus cemas dengan pikirannya. Siapa lagi di kota Avari yang akan melakukan hal itu jika bukan Fiona. “Fiona, lepaskan,” lirih Rafael. “Tidak mau, katakan dulu kalau kamu kan
Desa Redstone, tempat dimana gerbang dimensi yang berada di dekat Kerajaan Silverstone. Atas kecepatan pemberitahuan dari Xavier, pasukan sudah bersiap di depan gerbang dimensi sebelum makhluk dunia bawah menyerang. “Aku penasaran seperti apa ya makhluk dunia bawah, apakah seperti iblis bertanduk atau seperti zombie,” ucap Recca yang dari tadi menengok terus gerbang dimensi yang belum juga terbuka. “Diamlah, Recca kalau mereka muncul langsung saja kau serang,” timpal Rainsword. Xavier masih berada di sana, dia hanya memperhatikan saja. Persiapan sudah sangat memadai, pasukan, senjata dan penduduk yang sudah diungsikan di sekitar area Redstone membuat semua berjalan mudah. Setidaknya jika terjadi pertempuran besar, tidak akan ada korban jiwa dari rakyat jelata.
Desa Redstone terpukul, berat rasanya memakamkan sekian jasad dalam hari yang sama. Tapi, seperti itulah perang. Sayangnya musuh mereka sudah mati, dan telah mati kembali. Mayat-mayat hidup yang hancur berkeping-keping berubah menjadi debu saat matahari bersinar. "Kita tidak bisa bertahan jika serangan terjadi lagi," lirih Rainsword. "Kita butuh bantuan bangsa kristal, tidak bisa hanya manusia saja," tambah Recca yang berada di samping Rainsword. Mereka memakamkan para pejuang yang telah gugur. Rainsword melaporkan kejadian tadi malam kepada sang raja. Mereka berhasil bertahan tapi dengan korban yang tidak sedikit pula. Dan luka-luka para korban sulit diobati. "Begitu rupanya, tapi pasukan Elf sudah tidak ada lagi. Awalnya karena ada kau dan R
Yuan berjalan di kastil dunia bawah, dia berpikir kenapa ada di tempat ini sementara sangat jelas dalam ingatannya dia berada di dunia manusia. “Sepertinya sudah mencapai batas,” suara yang familiar terdengar. “Kau?!” Yuan memandang dirinya sendiri dalam wujud lain duduk di singgasana dengan angkuh. “Siapa lagi, lama tidak bertemu diriku,” ucapnya. “Apa yang terjadi?” tanya Yuan mendekati dirinya dalam wujud lain dan duduk bersandar di kursi. “Kau sekarat, jadi jiwamu mencariku,” jawabnya. “Begitu rupanya, itu artinya kita akan mati bersama,” ucap Yuan ringan seakan kematian bukanlah hal yang menakutkan.
Perang membawa kedua anak kembar kembali ke dunia atas, bergabung bersama yang lain. Pasukan dari ketiga kerajaan membuat barisan berharap malam ini tidak sama dengan malam-malam yang lain. Mereka melihat ada harapan dari keberadaan orang-orang yang kemarin membantu mereka. Siapapun mereka tidak menjadi masalah, selama mereka berada di pihak yang sama.“Dengar Yuan, Yui, kita harus segera kembali sebelum matahari terlihat, jangan sampai kejadian kemarin terulang,” saran Rafael mengingatkan si kembar. Keduanya mengangguk tanda mengerti.Light berada di posisinya, tidak seperti Light yang biasa Yui lihat, dia terlihat tangguh dan sosok pemimpin yang dipercaya pasukannya. Pandangan Yui beralih kepada kembarannya, dia juga memiliki aura kepemimpinan yang tak kalah kuatnya. Pasukan manusia mulai mengikutinya tanpa butuh perintah. Kali ini Yui berada bers
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.