Detik berikutnya Yuan sudah berhenti terisak, dia menyibakkan selimut dan duduk. Xavier masih ada di sampingnya, keduanya diam.
"Akulah yang pantas mendapat sebutan anak pembawa petaka," ucap Yuan tiba-tiba yang membuat Xavier tak mengerti kenapa ia mengatakan hal itu.
"Bukan Yui, meski dia adalah pemilik kristal tanpa warna, tapi aku." Yuan memandang langit yang mulai menjadi gelap seiring terbenamnya matahari.
"Tuan muda …," Xavier ingin menghibur tapi tak tahu harus berkata apa.
"Aku yang menyebabkan Ayahanda terkontaminasi, Paman. Bisakah kau bayangkan? Menjadi penyebabnya dari kekuatannya yang terus berkurang karena aku. Jika aku tidak lahir dia tidak akan terkontaminasi dan seperti sekarang, terpaksa mengorbankan dirinya untuk tetap menyalakan cahay
Terima kasih sudah membaca novel ini, dukung terus penulis dengan memberikan komentar dan vote (gems). Happy reading ^^v
Satu minggu setelah kejadian itu kondisi Yuasa sudah semakin membaik. Ia sudah bisa berjalan tanpa bantuan orang lain, dan ia mulai berlatih mengayunkan pedang kayu. Pedang besi belum mampu ia gunakan, terlalu berat sehingga ia memilih pedang kayu. "Sudah lebih baik?" tanya Rosaline yang memperhatikan latihan Yuasa. "Ya, sedikit. Tapi ini jauh dari apa yang kuharapkan," jawab Yuasa memperhatikan Rosaline yang terlihat biasa saja. "Kurasa berlatih dengan Adrian lagi akan lebih baik," lanjut Yuasa. "Itu tidak perlu, Pangeran akan berlatih dengan saya." Suara yang tak dikenal Yuasa, ia pun menoleh mencari sumber suara tersebut. "Paman Archilles!" seru Yuasa yang kemudian menyarungkan pedangnya dan memberi salam.
Yuan terbaring di kamarnya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Razen meminta Mira memanggilkan Ernest secepatnya sementara Xavier yang tak mengerti apa yang sedang terjadi langsung mendatangi Razen. "Kenapa dia, Razen!" "Pingsan," jawab Razen singkat. "Aku juga tahu dia pingsan, tapi pingsan kenapa?" Xavier mendekati Yuan dan memeriksanya. "Kenapa dia kehilangan banyak energi? Bahkan terkuras hampir habis," tanya Xavier memandang tajam Razen dan menuntun jawaban. "Dia bersikeras mengembalikan lahan pertanian, kau tahu lahan itu luas, berpetak-petak tanah dalam satu desa dan ia berusaha mengembalikan itu semua. Dia kehabisan energi dalam prosesnya," jelas Razen. "Apa yan
Hari ini Yuan menceritakan apa yang ia lakukan kemarin saat pergi seharian tanpa pamit. Razen dan Xavier serta Mira mendengarkan apa yang ia ceritakan dengan tenang."Tuan muda yakin itu akan berhasil?" tanya Razen."Tidak, karena itu, aku ingin Kak Razen membantuku. Kemarin aku ada di sana dan mengendalikan langsung mereka. Sampai proses penyiraman kurasa tidak akan ada masalah, proses terakhir penumbuhan dengan cepat, aku tidak yakin itu bisa dilakukan dari jauh," jelas Yuan.Razen bangkit dari tempat duduknya dan tak lama kemudian kembali membawa sebuah gulungan kertas yang kemudian ia bentangkan di atas meja."Ini peta dunia bawah, disini, disini adalah daerah-daerah pertanian. Dan ini pertanian terbesar di dunia bawah, suplai makanan terbesar ada di sana. Lalu
Leiz terdiam di dalam ruang kerjanya, ia berpikir keras bagaimana caranya mengendalikan sang pembawa petaka. Dari segi kekuatan ternyata dia sangat kuat dan dirinya bukanlah tandingannya."Sial, kenapa seperti ini," umpatnya.Rencananya menguasai dunia akan gagal dan dia hanya akan menjadi kacung saja. pesuruh dari sang penguasa dan hal itu paling ia benci. Susah payah menyingkirkan para raja, tetapi dirinya tidak bisa dinobatkan menjadi raja. Tidak ada keturunan maupun kemampuan membuatnya frustasi hingga mencari jalan lain. Dan kini jalan lain itu juga buntu.Tiba-tiba terbesit rencana jahat darinya, senyum melebar dan tawanya menggema di ruangannya. Ia berdiri, bangkit dari kursinya dan segera melancarkan apa yang baru saja terpikir olehnya.Leiz mendatangi sang pemba
Melihat mangsanya kabur tak menyurutkan niatnya sedikit pun untuk mengejar apa yang sudah diperintahkan. Membawa sang gadis ke hadapan tuannya."Setidaknya aku sudah tahu seperti apa wajahmu," gumam bayangan dari Nacht.Dia berjalan menuju gerbang dimensi yang dijaga oleh Aizen. Tanpa perlu banyak kata ia menebas Aizen hingga terluka parah dan tak bisa menghalangi jalannya."Tunggulah, Cantik aku akan ke tempatmu," ucapnya saat memasuki gerbang dimensi.Aizen berusaha sekuat tenaga untuk bertahan, setidaknya bisa mengabarkan apa yang ia lihat kepada Razen. Sayangnya tubuhnya tak lagi mampu berjalan jauh dan tersungkur di tengah jalan menuju desa.Sementara bayangan itu sudah sampai di hutan Onyx tempat dimana gerbang di
Yuan berhasil kabur, tujuan mereka hanya menyelamatkan Selena dari tempat itu. Tidak ada sedikitpun keinginan untuk melawan sang pembawa petaka. Ia menunggu di depan kastil lalu tak lama kemudian Razen muncul bersama Selena."Kembali, kita harus selamatkan Xavier!" pinta Selena sudah setengah menangis."Tenanglah, dia akan baik-baik saja," bujuk Razen kepada Selena yang terus memohon untuk menolong Xavier."Salamander, kembali," ucap Yuan lalu gelang di tangannya bercahaya. Makhluk api itu kembali ke alamnya, dunia tempat seharusnya para roh tinggal."Tuan muda bagaimana keadaan anda?" tanya Ernest yang kemudian memeriksa pergelangan tangan Yuan."Bagus sepertinya racunnya sudah benar-benar hilang," ucap Ernest.&n
Yuan kebingungan kenapa gerbang dimensi tidak mau terbuka. Dia terus saja mencari-cari kata yang tepat atau menekan sandi-sandi di sekitar gerbang dimensi."Sial!" teriaknya kesal.Aizen yang masuk perlahan bersama dengan Razen mengamati gerbang dimensi dengan seksama."Terkunci," ucap Aizen."Apa ada cara untuk membukanya?" tanya Yuan yang tidak sabar ingin ke dunia atas."Dia bisa menguncinya," ucap Aizen yang meraba salah satu simbol yang kini berwarna lebih gelap dari yang lain."Maksudmu sang pembawa petaka?" tanya Yuan yang kini semakin panik. Pasalnya ia menginginkan Yui, dan kini dirinya tidak bisa ke dunia atas untuk memperingatkan saudara kembarnya itu.
Yui masih berada di hutan Onyx, terdiam dan terpaku memandang gerbang dimensi. Yoru mendekati Yui yang sendirian di hutan Onyx. "Yui," panggil Yoru yang sontak mengagetkan si pemilik nama. Yui menoleh mencari sumber suara yang ternyata berasal dari pria yang kini berdiri di hadapannya. "Kak Yoru, bagaimana bisa di sini?" tanya Yui yang merasa aneh dengan kemunculannya. "Apa yang kau lakukan disini? Berbahaya seorang gadis sendirian," balasnya yang tidak menjawab pertanyaan Yui. "Ah, Kakak benar. Kalau begitu permisi," pamit Yui dan langsung pergi bersama Seiryu. "Bukankah dia sangat aneh, tidak terasa hawa keberadaannya seakan dia itu memang tidak nyata," batin Yui yan
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.