Yui masih berada di hutan Onyx, terdiam dan terpaku memandang gerbang dimensi. Yoru mendekati Yui yang sendirian di hutan Onyx.
"Yui," panggil Yoru yang sontak mengagetkan si pemilik nama.
Yui menoleh mencari sumber suara yang ternyata berasal dari pria yang kini berdiri di hadapannya.
"Kak Yoru, bagaimana bisa di sini?" tanya Yui yang merasa aneh dengan kemunculannya.
"Apa yang kau lakukan disini? Berbahaya seorang gadis sendirian," balasnya yang tidak menjawab pertanyaan Yui.
"Ah, Kakak benar. Kalau begitu permisi," pamit Yui dan langsung pergi bersama Seiryu.
"Bukankah dia sangat aneh, tidak terasa hawa keberadaannya seakan dia itu memang tidak nyata," batin Yui yan
Rainsword tidak memerlukan waktu untuk berpikir maupun menimbang-nimbang lagi. Dia langsung menuju Akademi tempatnya belajar. Ruangan penanggung jawab menjadi tempat pertama yang dia tuju."Tuan Agni, maaf mengganggu," sapa Rainsword setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan masuk."Ada apa Pangeran Rain? Bukankah seharusnya kau dirumah, ini masih liburan," jawab Agni yang masih sibuk membaca berkas dan menandatanganinya.Rainsword segera menceritakan tentang kejadian di dunia bawah, tentang sang pembawa petaka yang telah dibangkitkan Xavier dan juga rencananya yang ingin menghancurkan dunia. Agni yang mendengar cerita Rainsword menghentikan aktivitasnya lalu memandang pemuda di depannya lurus-lurus."Bagaimana dengan Pangeran Yuasa?" tanya Agni dengan wajah serius.
Light telah sampai di Kerajaan Silverstone seorang diri, tidak bersama kakaknya maupun Ren. Seperti rencana awal dia akan membujuk sang ayah untuk mau berpartisipasi dalam peperangan nanti. Mau tidak mau dunia manusia akan ikut terlibat dalam peperangan nanti.Ruang kerja sang raja terlihat dijaga oleh dua pengawal, saat melihat kedatangan Light satu diantaranya masuk ke dalam untuk menyampaikan kedatangan pangeran kedua.Rasanya tidak adil, perlakuan ayahnya kepada Light dan Yuan sangat berbeda. Dan seakan telah dilupakan, keberadaan Yuan tak lagi diingat orang-orang di istana.“Apa Yuan menghilangkan ingatan orang-orang atas dirinya,” gumam Light ketika mereka menyapanya dengan sebutan pangeran kedua yang merupakan panggilan Yuan selama ini.“Pa
Light kembali mendatangi pemimpin pasukan, jenderal yang kemarin ia temui lalu bersama dengan beberapa jendral lainnya. Ada lima jenderal yang diperbolehkan Raja Edward untuk dibawahi oleh Light."Apa raja tidak salah, meskipun dia pangeran tapi masih anak-anak," bisik salah satu dari mereka."Raja sendiri yang memintaku untuk mengumpulkan kalian dan harus mengikuti instruksinya," jawab jendral yang kemarin dipertemukan dengan Light.Light yang melihat ketidakpercayaan mereka merasa harus segera bertindak. Dia tidak ingin ada masalah di lain waktu."Apa kalian meragukanku?" tanya Light menatap kelima jenderal tersebut.Salah satu dari mereka mulai bicara."Aku hanya tidak su
Daerah pertanian terbesar sudah selesai memanen semua ladang. Hasil panen yang berlimpah membuat senang seluruh penduduk yang ada. Setidaknya mereka tidak akan kelaparan hingga panen berikutnya. Lahan sudah bisa digarap kembali, tanah yang tandus kembali subur. Ucapan terima kasih kepada pemuda yang telah mengembalikan ladang mereka tersemat di dalam dada. Si pemuda telah pergi tanpa sempat kata itu terucap dari mulut para penduduk.Rasa senang yang sesaat mendadak menghilang ketika ratusan prajurit istana berdatangan bersama Penasehat Kerajaan Leiz Schwarz. Ketakutan menyelimuti penduduk di daerah pertanian tersebut."Bawa semua pemuda di tempat ini!" perintahnya dan ratusan prajurit itu mendatangi semua rumah penduduk serta menarik pemudanya lalu mengumpulkannya di alun-alun kota.
Kerajaan Cahaya.Yui menemui Raja Yuichi untuk memberikan informasi dari Yuan. Sang raja dengan tenang memperhatikan setiap perkataan Yui. Pangeran Yuasa serta Ratu Sawatari yang juga ada di sana ikut mendengarkan."Jadi kau akan ke Ergions?" tanya Raja Yuichi, dan Yui mengangguk."Raja Arlen pasti bersedia membantu jika saya yang memintanya, Ayahanda," jawab Yui penuh percaya diri."Mereka tidak suka ikut campur urusan bangsa lain, jadi jika mereka menolak kita harus mencari bala bantuan lain," timpal Raja Yuichi."Kita himpun kekuatan dari Kerajaan Cahaya, semua bangsa kita kumpulkan, terutama Red Ruby," ucap Pangeran Yuasa yang ikut memberikan usulan."Benar, Red Ruby dan juga
Suasana pagi di Desa Peri sangat tenang, tidak banyak suara selain suara alam di pagi hari. Yui sudah bersiap melanjutkan perjalanan. Namun, Fiona menghentikan Yui dan meminta waktu untuk berbicara.“Katakan saja,” ucap Yui.Fiona menggeleng dan memberi isyarat Yui untuk mengikutinya. Yui sendiri meminta pengawal dan Leila tetap di penginapan. Mereka berjalan keluar dan berhenti di sudut tempat yang sepi. Fiona mengeluarkan tongkatnya lalu selubung transparan mengelilingi mereka.“Barrier? Untuk apa?” tanya Yui.“Aku tidak mau ada yang mendengar,” jawab Fiona dan Yui mengangguk.“Dengar, ada satu gerbang dimensi ke dunia bawah di hutan kami, dan gerbang itu bocor tidak seperti biasany
Yui masuk ke dalam hutan dan terus berjalan hingga sampai di perbatasan. Keempat penjaga arah mata anginnya keluar dalam wujud manusia atau setengah manusia. Kyara dengan wujud setengah manusia perpaduan gadis manis dan harimau. Telinga dan ekor harimau putihnya terlihat sementara bentuk lainnya seorang gadis. Seiryu dalam wujud pemuda dengan tanduk Naga dan sisik naga di bagian tubuhnya sementara Suzaku dalam wujud wanita dewasa yang cantik dengan gaun merah membara, tak kalah menawannya Genji dengan wujud pria tampan nan rupawan.keempat pengawal Yui hanya bisa terdiam melihat keempat wujud dari penjaga arah mata angin yang hanya pernah mereka dengar dalam lantunan syair atau dongeng pengantar tidur. Leila yang sudah pernah melihat mereka masih merasakan kejutan yang luar biasa. Mereka sangat menawan, hanya kata itu yang bisa digambarkan untuk keempat makhluk itu.
Dunia bawah semakin mencekam, banyak desa yang dibakar hingga hangus tak tersisa. Pengungsi semakin banyak berkumpul di wilayah Blackdragon. Tenda-tenda didirikan di lembah sekeliling wilayah itu. Desa yang belum di serang memilih mengungsi terlebih dahulu. Pemuda dan pria yang bisa bertarung kini dilatih dan berlatih mengangkat senjata. Mau tidak mau masalah mempertahankan diri menjadi prioritas utama.Yuan bersama Razen bersembunyi dari pasukan Leiz yang sedang melaju menuju desa tempat mereka berdiam. Mereka menyiapkan jebakan sebelum pasukan itu mencapai pintu desa. Jebakan mereka berhasil, galian tanah yang ditutupi dedaunan mengurangi setengah jumlah pasukan Leiz, mereka terjebak ke dalam lubang. Saat perhatian pasukan fokus menolong mereka yang terjebak, para pemanah melesatkan anak panahnya menyerang pasukan yang tersisa. Mereka yang selamat memilih kabur, dan meninggalkan Leiz seorang diri. Tanpa
Satu minggu setelah kejadian peperangan itu, dengan itikad baik Rafael meminta diizinkan masuk ke ruang kristal. Leiz tidak mempersulit dan membiarkan saja mereka masuk. Yuan dan Yui membawa kedua orang kakek dan neneknya untuk dimakamkan. Mereka memenuhi keinginan terakhir kedua orang itu. “Ayah dan ibu tidak berubah sama sekali, apa kejadian itu terjadi saat aku masih kecil,” lirih Raja Yuichi yang mengenang masa lalu setelah melihat kedua jasad orang tuanya. “Tidak ada yang tahu, tanyakan pada ayah atau ibu tapi kurasa mereka juga tidak tahu,” jawab Rafael. “Bagaimana dengan Yuan? Kapan dia akan dinobatkan?” tanya Raja Yuichi. “Entahlah, kami belum membicarakannya, Kerajaan Kegelapan sedang berbenah sementara Yui dan Yuan juga sedang berusaha mengembalikan dunia i
Lenora Isolde menaikkan tongkatnya dan rantai entah dari mana mulai mengikat tubuh Nacht.“Apa-apaan ini!” teriak Nacht yang mendapatkan serangan bertubi-tubi tanpa bisa membalas.Di belakang Nacht muncul sebuah pintu besar seperti pintu dimensi pada umumnya, perlahan pintu itu terbuka dan saat pintu itu terbuka lebar, semua aura hitam yang membumbung ke langit diserapnya.“Rosaline, buat barrier,” perintah Rafael yang langsung dilaksanakan dengan cepat.“Razen, ikat kaki kita semua dengan tanah, gerbang itu akan menyerap semua yang ada di sekitarnya,” ucap Rafael.Razen segera mengikat kaki semua orang dengan tanaman, Yui juga melakukan hal yang sama dengan kekuatan Seiryu, rum
Elemen petir dari ketujuh orang itu membentuk seekor naga petir yang besar. Lebih besar dari naga hitam Nacht.“Sialan, kenapa tidak kuperhitungkan itu yang mereka panggil, tujuh elemen petir,” batin Nacht. Dia teringat terakhir kali hidupnya berakhir karena jurus yang sama. Naga petir yang dibuat oleh tujuh orang berelemen petir yang dikirim Raja Cahaya waktu itu, saat pertarungan terakhirnya.Naga petir itu menghancurkan naga hitam Nacht dengan cepat naga itu menghilang. Lalu Naga itu juga mengelilingi Nacht hingga di sekitarnya teraliri petir yang kuat. Nacht merasakan getaran dalam tubuhnya dan apa yang telah dia serap mulai keluar satu persatu.“Yuan sekarang!” teriak Raja Yuichi.“Baik,” jawab Yuan.
Cahaya itu mulai menghilang, bayangan seseorang yang berada di tengah ledakan terlihat. Dia masih hidup meskipun penuh dengan luka.“Yui, dia masih hidup. Aku sudah tidak punya tenaga lagi.” Yuan terduduk di tempatnya sekarang. Energinya telah habis tak tersisa, begitu pula dengan kembarannya.“Kita hanya bisa pasrah sekarang,” balas Yui yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Dari tempatnya dia melihat tubuh Rafael di kejauhan, dia merasa sebentar lagi akan menyusulnya menemaninya di alam lain.Bukan hanya si kembar yang pasrah, yang lain juga hanya bisa menelan ludah, bagaimana mereka menghadapi satu orang saja masih belum bisa.“Bagaimana? siapa yang akan menolong kalian?”Nach
Yuan yang merasakan tubuhnya seharusnya terjatuh ke tanah tapi ada seseorang yang menahannya. Dia pun segera menoleh ke arah orang yang menahan tubuhnya itu.“Kak Razen!” seru Yuan melihat orang yang dikenalnya itu.Bukan hanya dia tapi ada Xavier dan Ernest yang datang ke tempatnya.“Jadi kita apakan orang ini?” tanya Xavier yang sudah ingin menguliti makhluk yang dia bangkitkan dengan darah Yuasa.“Tidak ada,” jawab Yuan, dia duduk dan dibantu Ernest untuk memulihkan diri. Pria itu memberikan ramuan kepada Yuan, dan dengan menurut dia meminumnya hingga habis.“Apa yang kau lakukan padaku! Lihat saja kalau aku terlepas kau akan menyesal,” ancam Nacht yang masih berusaha melepas
Rafael tersenyum masam, takdir benar-benar mempermainkannya. Dia bahkan belum jatuh cinta dan hidupnya sudah harus berakhir. Dia juga belum sempat melihat dunianya kembali. Tapi tidak masalah, setidaknya gadis di depannya tidak mengalami rasa sakit yang kini dialami saat ini.“Bukankah seharusnya aku hidup denganmu, Yui,” lirih Rafael yang membuat Yui berhenti terisak.“Paman,”“Aku belum mau mati, jadi tenanglah, aku tidak mudah mati, benarkan,” lirih Rafael yang terus memandang gadis yang selalu menyusahkannya sekaligus mengisi hari-harinya selama ini.“Kenapa baru kusadari, berat rasanya melepaskan gadis ini,” batin Rafael.“Yui, boleh paman memelukmu?&rdquo
Lenora Isolde, Ratu dari Kerajaan Awan. Sang Penguasa dunia lain, dia tidak pernah ikut campur urusan dunia di bawahnya, baik dunia manusia, dunia kristal apalagi dunia bawah. Dia sang penguasa mimpi dan persimpangan, peramal masa depan.“Apa yang membuat seorang Lenora Isolde turun dari singgasananya?” tanya Rafael yang hampir tidak percaya dengan matanya. Melihat sang Ratu Awan di depan mata.“Persimpangan, kali ini ada banyak persimpangan, bahkan kau juga memiliki persimpangan, Rafael. Hidup atau mati, ah selalu tidak menentu,” jawab Lenora yang kata-katanya bagaikan misteri di telinga Rafael.“Apa Sawatari yang memanggilmu?” tanya Rafael kembali.“Salah satunya, permintaanya akan jiwa Yuasa, kau pasti tahu itu,” j
Siapa yang siap berperang? Jika ditanya, apakah siap untuk berperang? Semua akan menjawab tidak siap. Bahkan mereka yang saat ini berjalan menyerang juga tidak yakin dengan tindakannya. Mereka hanya mengikuti perintah, takut dan tidak bisa berbuat atas keinginan sendiri.Yuan menatap ribuan pasukan yang menghadang dan melihat kesiapan penduduk yang sudah memegang senjata dengan tatapan takut. Namun, keberanian menjadi muncul saat semua yang mereka kenal maju bersama, saling menguatkan.“Aku belum siap,” lirih Yuan, menelan ludahnya. Ada ketakutan dalam hatinya, dialah yang harus menghadapi sang pembawa petaka tapi saat ini dia belum cukup kuat.“Aku ada bersamamu,” ucap Yui menguatkan Yuan. Dia menggenggam tangan saudara kembarnya, menatap lautan pasukan yang berwarna hitam.
Pegunungan Jade, tinggi menjulang dengan lebatnya tanaman dan monster yang ada. Mereka berdua telah sampai di puncaknya. Sepi, tidak seperti yang dipikirkan Rosaline tentang desa naga.“Kau berpikir ada banyak naga di sini?” tebak Pangeran Yuasa.“Ya, ini desa naga seharusnya banyak naga disini,” jawab Rosaline.“Ada, kemarilah.” Pangeran Yuasa mengajak Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Tempat itu tidak terlihat dari permukaan, mereka berada di sebuah ruangan besar yang berada di dalam tanah. Mereka menelusuri lorong gelap dan lembab yang minim cahaya, kemudian tiba di sebuah ruang besar.“Akhirnya kau kembali juga,” suara serak naga yang berbicara dalam bahasa mereka.