Beranda / Romansa / Crazy Woman / 4 : Hartanto Berulah

Share

4 : Hartanto Berulah

Penulis: Riani Mochi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-22 18:11:45

"MRT or Commuter line?" tanya Ria begitu mereka sudah berada di pinggir jalan.

"Gak tahu. Ikut mau kamu aja." Tian minim sekali pergerakan sedari tadi.

"Kamu jangan diam-diam aja dong Yan. Tau gitu mending di apartemen aja." Ria menghentikan langkahnya. Ia kesal dengan Tian yang tidak responsif.

"Aku bingung Ri. Yaudah cari yang gak ramai aja biar aku gak ketahuan fans deh." Tian mengusulkan menghindari kerumunan agar keberadaannya tidak terdeteksi. Nasib superstar yang sulit untuk kemanapun.

"MRT aja kalau begitu." Ria berjalan menuju stasiun MRT yang letaknya tak jauh dari kawasan Rajawali. Memang benar-benar pusat perekonomian negara, karena segala fasilitas transportasi umum sudah sangat terjamin di wilayah ini.

"Nanti kita berhenti di stasiun secara acak aja ya. Aku gak punya tujuan." Mereka berjalan tanpa perencanaan. Bukan tipikal Ria yang hidupnya selalu tersusun dengan baik.

"Okay. Aku yang tentukan ya." Tian bersemangat sekali, karena sejauh ini tak ada orang yang mengenalinya.

"Tumben mau lepas masker," ujar Ria kala melihat Tian melepas maskernya.

"Pengap juga. Enakan kita jalan ke tempat terpencil gitu deh Ri yang gak ramai," ujar Tian dengan nada merengek di hadapan Ria.

"Sabar ya. Ini kan pilihan hidup kamu yang mau jadi artis." Menggenggam tangan Tian untuk menenangkan. Ria tahu betapa beratnya hidup penuh dengan frame.

"Kenapa artis gak diperlakukan selayaknya manusia normal si? Kita kan tetap manusia biasa yang ingin kebebasan." Tian kembali melayangkan keluhan.

"Ada harga yang harus dibayar untuk semua yang didapat saat ini, right?" Ria tersenyum menenangkan.

'Dan sudah begitu banyak yang aku korbankan untuk terus bisa bersamamu hingga detik ini,' gumam Ria dalam hati.

"Turun di sini aja. Hatiku memilih berhenti di sini." Sisi melankolis Tian mulai muncul. Ria memutar bola matanya malas. Jangan sampai jadi alay nih orang.

Cukup banyak orang yang ikut turun di stasiun yang sama. Ria melihat sekeliling melalui sudut matanya.

"Kenapa?" Tian merasakan genggaman di tangannya semakin erat.

"Nothing." Mereka melanjutkan perjalanan mengeksplor daerah yang dipilih secara random oleh Tian.

'Apa Ria sadar ya diikuti,' ujar Tian dalam hati begitu menyadari pengawalnya mengikuti terlalu dekat. Tian memutuskan untuk membawa pengawal pribadinya. Ia merasa tak aman jika hanya berdua Ria di luar. Takut jika ada penggemar yang bertindak anarkis dan ia tak bisa melindungi Ria karena fokusnya akan terbagi. Keselamatan dan keamanan Ria adalah nomor satu. Begitu pikirnya.

"Aku mau beli kentang sama cimol itu Yan." Menarik tangan Tian menuju penjual yang terlihat di depan sana.

"Mau satu bungkus yang besar ya Mas, campur cimol dan kentangnya, jangan pakai bumbu pedas," ujar Ria dengan semangat begitu tiba di depan penjual tersebut.

"Siap Mba." Penjual tersebut menyiapkan pesanan Ria, dan Ria kembali melihat sekeliling mencari jajanan yang sekiranya enak untuk dilalui.

"Jadi sepuluh ribu Mba," ujar penjual tersebut dan memberi pesanan Ria yang sudah jadi.

"Ambil aja kembaliannya. Semoga laris dan berkah ya mas. Salam untuk keluarga di rumah." Ria memberi uang 100 ribu dan beberapa patah kata seraya tersenyum hangat.

"Terima kasih banyak Mba, sehat selalu bersama Mas nya."

"Kenapa kamu kasih semua uangnya?" protes Tian ketika mereka sudah berjalan menjauh dari penjual tersebut.

"Hatiku mengatakan untuk memberi," balas Ria mengikuti bahasa Tian. Ria sangat senang melihat cimol dan kentang di tangannya. Menusuk dengan lidi dan bersiap untuk memasukkan ke dalam mulut.

Bbbrrrukkk.

Seseorang menabrak nya dari belakang, menyebabkan cimol dan kentang miliknya jatuh berhamburan. Ria terkejut dibuatnya hingga sekedar mau marah pun tak kuasa.

"Ya Tuhan, Ria." Tian bergegas membantu Ria untuk bangun dan mengecek kondisi Ria apakah ada yang terluka.

"Mohon maaf kak. Maaf saya gak sengaja. Saya sedang buru-buru tadi." Seorang pemuda yang tadi menabraknya tengah membungkuk di hadapannya. Ria mencoba mengatur emosinya agar tidak meledak. Cimol seratus ribunya hilang dalam sekejap.

"Iya gapapa. Lain kali hati-hati, kalau saya nyusruk terus luka bagaimana?" tanya Ria setelah berhasil mengendalikan emosinya.

"Baik kak, aku akan hati-hati. Pamit dulu ya kak. Semoga tetap dilindungi Tuhan." Pemuda tersebut menyelipkan doa untuk Ria. Ria hanya tersenyum menanggapinya. Ia mulai merasa ada kejanggalan.

"Masuk ke kampung situ yuk. Katanya kamu mau jalan ke daerah terpencil." Ria bangkit dan mengajak Tian yang masih setia menunggunya siap dari tadi.

"Kamu yakin udah baik-baik aja?" Nampaknya Tian masih khawatir atas insiden tadi.

"I'm fine." Ria menampilkan senyuman terbaiknya.

Mereka melanjutkan perjalanan dan melewati gang kecil yang hanya muat satu motor untuk lewat. Sempit. Sumpek. Penuh oleh tembok-tembok bangunan rumah. Ria salah memilih jalan sepertinya. Ia mulai merasa kehabisan nafas.

Menggenggam tangan Christian dan bertumpu padanya. Bahkan untuk mengatakan lebih cepat jalannya ia tak sanggup. Ria menancapkan kukunya pada lengan Tian, menggoyangkan lengannya untuk mempercepat langkah. Tapi sepertinya Tian tidak menangkap sinyal tersebut.

Tinnn. Tinnn.

"Mas, Mba cepetan dong jalannya. Ada motor di belakang gak muat nih," ujar seseorang yang sedari tadi berada di belakang Ria. Tian mempercepat langkah di sepanjang gang sempit tadi. Ia merasakan pengap juga.

"Selamatkan Ria, Tuhan. Selamatkan Ria," ujar Ria begitu sudah keluar dari gang tersebut. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya sambil merapalkan doa. Mengapa fobianya tak kunjung hilang?

Ria masih berusaha mengatur pernapasannya dan segala ketakutan yang melanda. Belum ada setengah hari mereka berjalan, harinya sudah seperti roller coaster. Memang tempat paling aman dan nyaman adalah apartemennya sendiri.

"Kenapa aku capek banget ya Ri?" pertanyaan yang sama yang ingin dilontarkan oleh Ria.

"Sepertinya karena safe place kita itu di dalam ruangan deh Yan." Ria memberi jawaban yang terlintas di otaknya.

"CHRISTIANNNN"

"AAAAAAAA ADA CHRIST"

"CHRIST CAN I TAKE PICTURE WITH YOU?"

"CHRIST SIAPA PEREMPUAN DI SAMPING KAMU??!!"

"CHRIST, CHRIST, CHRISTTTTT!!!" Dan begitu seterusnya ketika keberadaan Tian terdeteksi oleh penggemar garis kerasnya.

"Lari Ri, ayo!" Tian tidak melihat kondisi Ria yang masih kesulitan mengatur nafas, dan langsung menariknya. Mereka berlari tak tentu arah. Penggemarnya semakin menggila dan menciptakan kehebohan luar biasa. Ria menurunkan penutup wajah yang memang tersedia satu paket dengan topinya. Ia sudah persiapan jika hal ini akan terjadi, demi keamanan identitasnya.

Mereka semakin dalam masuk ke perkampungan warga. Rumah-rumah yang mereka lewati semakin penuh sesak. Ria menghentikan larinya secara tiba-tiba. Ia sudah tak sanggup jika harus dipaksa berlari. Benar-benar indoor adalah tempat ternyaman baginya.

"Ayoo Ri, kita masih belum aman. Jangan berhenti di sini!" Tian terus menarik tangan Ria.

"Aku udah lama gak olahraga. Gak bisa mengimbangi stamina kamu. Kalau kamu masih mau lari silakan aja," ungkap Ria mengenai kondisinya. Tian memang suka lupa diri.

"Yaudah ayok kita mampir ke kafe itu dulu," ujar Tian begitu melihat kafe di depannya.

"Kalau sampai kamu ketahuan lagi, udah ya aku tinggalin kamu sendiri. Aku pulang," putus Ria yang sudah sangat kelelahan.

"I'm sorry. Ini alasan aku ngajak kamu liburan keluar kota atau luar negeri terus ke daerah terpencil, biar makin dikit yang ngenalin aku."

Wajah memelas Tian sedang tidak berlaku bagi Ria saat ini. Dirinya benar-benar lelah, marah, kesal, tapi tak tahu sama siapa.

"Es coklat," ujar Ria begitu pelayan menghampirinya.

"Ri, maaf yaa. Minta jemput sama supir aku aja ya." Tian menelepon supir pribadinya. Kondisi sudah tidak kondusif.

Ria mengabaikan ucapan Tian dan menelungkupkan kedua tangannya untuk berdoa. Hari ini trauma dan fobianya muncul secara bertubi-tubi dan ini hal yang aneh. Kenapa seolah kejadian ini disengaja dan ada skenarionya? Ria mengingat kejadian apa saja hari ini.

'Tunggu dulu. Kenapa ada banyak banget yang ngikutin gue?'

"Kamu bawa berapa orang pengawal? Dan itu dari perusahaan atau pribadi?" tanya Ria begitu merasakan keanehan. Tian ragu untuk menjawabnya. Sebenarnya ia juga sadar bahwa ada pengawal di luar yang ia sewa secara pribadi.

"Aku bawa lima dan pengawal pribadi, bukan dari perusahaan atau mana pun," jawabnya begitu yakin tak salah ingat.

Ria kembali memejamkan mata dan seolah melanjutkan doanya. Ria memang lebih suka menggunakan posisi berdoa ketika akan berfikir fokus, agar orang sungkan untuk mengganggunya.

'Kalau cuma lima orang, terus yang nabrak gue di tukang kentang siapa? Yang mengarahkan gue masuk ke gang sempit siapa? Yang dorong gue di gang sempit siapa?' tanya Ria dalam hati. Ia sedang berdialog dengan dirinya dan Tuhan.

'Satu, dua, tiga, empat (?) masa sampai empat pihak yang ngikutin gue? Memang gue siapa? Memang gue kenapa?' Ria merasa ketakutan saat ini.

'Tuhan, tolong aku. Aku takut. Lindungi aku dari orang yang ingin mencelakakan ku Tuhan' kali ini Ria benar-benar berdoa. Ia sungguh hanya bergantung pada Yang Maha Kuasa.

"Riaaa, Ria, RIA ANANTA!" Tian panik melihat sekujur tubuh Ria yang gemetar kencang. Tian terus berusaha mengembalikan kesadaran Ria yang masih gemetar, hingga menjadi pusat perhatian.

#############################

Bab terkait

  • Crazy Woman   5 : Randy

    "Ya Tuhan, anakku," ujar Antara begitu tiba di kamar putrinya. "Kenapa dia bisa begini Randy?" tanya Antara-papah nya Ria. "Dia main keluar sama Tian." "Tian? Christian Hartanto?" tanyanya memastikan. Randy menganggukan kepalanya. Beberapa saat yang lalu, ketika Ria sedang kejang dan masuk ke dalam 'delusi'-nya, pengawal pribadi yang diutus oleh keluarga mereka untuk menjaga Ria langsung menelepon melalui panggilan grup. Peraturannya adalah jika terjadi sesuatu yang sangat genting di antara mereka berlima -Antara dan keempat anaknya, perwakilan pengawal pribadi mereka harus langsung menghubungi melalui panggilan grup. Siapa yang sedang senggang saat itu dan bisa mengangkat telepon, harus menghampiri tempat kejadian. Berhubung mereka berlima orang yang sangat sibuk, tak jarang para pengawal yang menangani sendiri. Sebenarnya mereka jarang se

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Crazy Woman   6 : Hartanto

    "Gimana? Si bocah tengil itu berhasil masuk rumah sakit ndak?" tanya Hartanto pada anak buah yang diutusnya untuk merecoki acara jalan Tian dengan Ria. "Engga bos. Ternyata backingan dia banyak sekali," balas Rizal-tangan kanan Hartanto, orang kepercayaannya. "Banyak gimana? Bukannya kamu bilang cuman ada pengawal si Christian?" Hartanto merengut kesal karena rencananya tak berjalan. "Saya tidak tahu bos, yang pasti semua rencana kita digagalkan oleh orang lain. Seolah mereka hadir memang untuk melindungi Nona," jelas Rizal. Bagaimana pun Rizal tetap menghormati Ria dengan memanggilnya Nona. Walaupun tindakannya tidak menunjukkan rasa hormatnya. "Lalu untuk pencegatan bahan baku produksi dia bagaimana? Sudah dialihkan ke perusahaan saya?" tanya Hartanto kembali. Entah ada masalah apa Hartanto dengan Ria. Kakek tersebut selalu berusaha untuk mengganggu Ria. "Sudah bos

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Crazy Woman   7 : ...

    "Saya benci kamu." "Kenapa lo harus mengingatkan gue dengan wanita gila itu?" "Gue benci lo dek." "Aku gak bisa dekat kakak, pasti akan mengingatkan ku sama dia." "Lo atau gue yang pergi?" "Tolong dedek bang. Bang jangan tinggalin dedek sendiri." "Anak gak tahu diuntung." Gangguan suara itu lagi. Kenapa rasanya masih sama? Sama-sama menyakitkan. Tuhan. Tolong Ria... Gue berusaha menggapai setitik cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti. Suara-suara tersebut terus mengelilingi. Apa dosa yang diperbuat Ria di masa lalu, Tuhan? Kenapa harus Ria yang mengalami ini? Gue berhasil membuka mata dan melihat sekitar bahwa gue masih di rumah papah. Tidak terjadi apa pun. Air mata tumpah mewakili perasaan gue saat ini. Sudah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • Crazy Woman   8 : Terungkap

    Tutttt. Tutttt. Tutttt.Nomor yang anda tuju tidak menjawab. Silakan coba beberapa saat lagi."Arrghh kamu kemana sih?" Sudah tiga hari berlalu Tian kehilangan kabar dari Ria. Terakhir kali ia berkunjung ke rumah kakeknya dan berujung diare, ia tahu bahwa satai tersebut dikirim oleh Ria."Ayo Christ, sebentar lagi kita mulai shooting," ujar salah satu staf yang masih melihat Tian berada di luar ruangan."Oh, iyaa."GMC melakukan taping untuk acara variety show milik mereka sendiri. Acaranya berupa games dan terdapat kompetisi di dalamnya. Mereka sudah menjalani 141 episode yang tiap episode tayang seminggu sekali.Acara mereka dinamakan playing with GMC dengan penonton di platform youtube bisa mencapai 5-10 juta dalam sekali penayangan.Sepanjang taping mereka semua menjalani

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • Crazy Woman   9 : Papah

    "Kamu mau sarapan apa Ri?" tanya Tara begitu melihat anaknya sedang berjemur di halaman rumah."Bubur ayam yuk Pah yang di depan sana." Ria membuka mata tatkala mendengar suara Tara."Anton, ambilin dompet sama ponsel saya!" titah Tara dan ia berjalan menghampiri Ria."Dari kapan kamu di sini?" Mengusap peluh yang hadir di sekitar kening Ria."Lupa. Aku lanjut tidur sepertinya," balas Ria dibarengi dengan senyuman.Terlihat Anton menghampiri mereka. "Ini pak. Mau saya antar atau bagaimana?"Ria menggeleng pada Tara. Ia sedang bosan diikuti terus."Gak usah. Standby saja kalau saya butuh sesuatu," ujar Tara. Ria memutar bola mata, tentu saja papahnya tak akan membiarkan mereka pergi tanpa pengawalan dari Anton."Gak boleh keliatan mata aku loh. Kalau sampai keliatan, kalian aku hukum!" tekan Ria pada mereka. Ia benar-benar sedang pengap diikuti terus sedari awal di sini.Tara menggenggam tangan Ria."Hushh gak

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Crazy Woman   10 : ....

    Seminggu lebih mereka tinggal di salah satu rumah Antara yang tidak Ria sukai karena terlalu besar. Tara memilih rumah ini dengan pertimbangan rumah yang besar dan sedikit barang akan memperkecil kemungkinan Ria menyakiti dirinya sendiri ketika kambuh. Tentu saja anggapan Tara salah. Suara yang didengar oleh Ria memiliki kekuatan dan dorongan yang sangat besar bagi hidupnya. Sakit yang diterimanya sudah sangat besar sehingga outputnya mencari jalan kesakitan yang lain. Antara menambahkan penghuni rumah ini, bila perlu tiap ruangan terisi oleh orang yang sigap jika mendengar sekecil apapun suara. Tara juga manusia yang perlu istirahat, jadi ia tak bisa mengawasi Ria 24 jam tiada henti. Tara memberlakukan sistem shift malam dan pagi, karena terakhir kali ia melihat putrinya kambuh ketika tengah malam di mana waktu yang senggang dari pengawasan. Selama seminggu Ria tidur di dekapan Tara.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27
  • Crazy Woman   11 : Kembali

    Seseorang memasuki kantornya ketika mayoritas penghuni kantor telah hadir. Kehadirannya tidak disambut dengan heboh karena memang ia datang diam-diam. Para penghuni lantai 15 sepertinya masih terkejut melihat Ria yang berjalan menuju ruangannya. Terlebih Ria yang diikuti oleh Anton di belakang, membuat orang-orang makin terdiam karena disuguhi wajah tampan nan rupawan milik Anton. Ria tak langsung menyapa penghuni lantai 15, ia memilih untuk memasuki ruangannya terlebih dahulu. Ruangan yang sudah ditinggalkannya lebih dari dua bulan. "Waaww ruanganku dibersihkan terus ya? Gak kelihatan ada debunya." Ria berkeliling dan mengecek kondisi barangnya yang sebenarnya ia juga lupa. Biar kelihatan excited saja. Anton tersenyum menanggapi, ia bukan tipikal bodyguard yang diam dan terkesan misterius. Anton sangat ramah dan murah ekspresi. "Ayo Nona, keluar sapa teman-teman, mereka sudah memperh

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Crazy Woman   12 : Kerja Sama

    "36 Milyar itu bukan nominal yang kecil Ria. Yang masuk akal aja dong! Produknya juga belum tentu laku di pasaran meskipun telah menggunakan mereka sebagai Brand Ambassador!" balasan telak dari keuangan ketika Ria mengajukan usul untuk menggunakan GMC sebagai Brand Ambassador mereka."Jelas dari segi pemasaran ini terlalu riskan. Penggemar mereka itu tersebar di seluruh penjuru dunia, apakah dari pendistribusian sudah memikirkan efek dan dampaknya kalau penjualan hingga luar negeri? Terlebih pabriknya hanya satu dan terpusat di sini." Tambah lagi dari pemasaran. Beberapa anggota timnya juga tidak setuju jika Ria ingin menggunakan GMC sebagai sarana pengiklanan produk mereka."Coba Ri dipikirkan dulu, jangan impulsif. Saya tahu kamu ingin mengejar ketertinggalan, tapi dilihat dulu dari berbagai aspek. Target peluncuran pertama kita cuman satu juta pieces Ri dan maksimal profit yang diambil cuman 8 Milyar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-03

Bab terbaru

  • Crazy Woman   Salam!

    Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.

  • Crazy Woman   121 : Last but not least

    Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan

  • Crazy Woman   120 : Ulang Tahun Wira

    Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa

  • Crazy Woman   119 : Kandas

    “Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p

  • Crazy Woman   118 : Tian Sakit Hati

    “Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas

  • Crazy Woman   117 : Terungkapnya Ananta

    “Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika

  • Crazy Woman   116 : Penganiayaan

    "Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi

  • Crazy Woman   115 : Penolakan

    "Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya

  • Crazy Woman   114 : Hari Bersamanya

    “Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status