Home / CEO / Crazy Woman / 3 : Hari Bersamanya

Share

3 : Hari Bersamanya

Author: Riani Mochi
last update Last Updated: 2021-06-22 18:09:33

"Good morning Ri. Aku udah buat sarapan untuk kamu," ujar Tian yang baru memasuki apartemen.

Ria menuju ruang makan tanpa membalas sapaan Tian. Ia duduk dan memperhatikan Tian dengan seksama, menunggu pengakuan darinya.

Tian yang ditatap seperti itu hanya melongo. Ia tak paham maksud tatapan Ria.

Ria yang malas menjelaskan, memilih untuk menyantap sarapannya.

Tian yang diperlakukan seperti itu, menggaruk belakang kepalanya. Apa yang salah dengannya? Ikut sarapan bersama Ria dan terus mencuri pandang ke arahnya.

"Kenapa sih? What's wrong?" tanya Tian karena ia terganggu dengan keterdiaman Ria.

Ria hanya menggelengkan kepala dan mengabaikan pertanyaan Tian.

"Dari mana?" akhirnya Ria buka suara.

"Gym."

"Aaaaa, I see. Iyaa aku pakai kartu akses kamu." Tian akhirnya sadar apa yang dipertanyakan Ria.

Kartu akses ini bisa mengakses segala fasilitas yang ada di tower 3. Mulai dari sport center like gymnasium, bar and cafe, rooftop, casino, swimming pool, botanical garden, green house, pujasera dan lainnya.

Segala biaya pemeliharaan fasilitas tersebut sudah masuk ke dalam iuran bulanan tower 3. Kartu akses tersebut dapat juga digunakan untuk mengutang, jika lupa membawa dompet ataupun uang, bisa digunakan hanya pada tower 3. Tagihan biasanya akan langsung masuk ke rekening pemilik kartu akses setelah pembayaran selesai. Karena dapat juga digunakan untuk akses lift maupun pintu kamar, maka kartu ini sangat berharga dan tidak boleh sampai hilang atau jatuh ke tangan yang tidak bertanggung jawab.

"Aku suka deh Ri fasilitas tower ini." Tian mengungkapkan kepuasannya terhadap kualitas apartemen ini.

"Yaudah beli unit di sini satu," ujar Ria dengan mudahnya seolah menyuruh membeli kacang goreng.

"Pengennya sih."

"Kemarin di lantai bawah kosong, dijual." Ria memberitahu informasi yang diketahuinya dari marketing tower 3.

"Aku nunggu unit yang satu lantai sama kamu kosong. Kalau ada yang kosong langsung ku beli detik itu juga," ujar Tian dengan bersemangat. Ia sangat menginginkan bisa satu lantai dengan Ria.

"Terserah." Ria bangkit untuk mencuci piringnya.

"Liburan yuk. Aku off seminggu nih," ajak Tian tanpa pikir panjang.

"Gak bisa. Lagi ada big project dan gak boleh ada yang cuti," tolak Ria detik itu juga.

"Tapi kamu kan gak pernah ambil cuti. Masa gak boleh?" Tian memulai perdebatan.

"Kalau kamu lagi tour dan aku off emangnya boleh kamu ambil cuti?" balas Ria dengan pertanyaan.

"Gak boleh, kan aku lagi kerja dan harus menjalankan yang udah disiapkan jauh-jauh hari sama staf aku," jawab Tian yang sepertinya masih belum mengerti arah pembicaraan ini.

"Lalu bedanya sama aku apa? Big project ini sudah disiapkan jauh-jauh hari dan harus dilakukan!" Ria menekankan jawabannya.

"Tapi kan-"

"Jangan mengeksklusifkan suatu pekerjaan kalau di dalamnya sama-sama terlibat banyak orang dan perencanaan yang tidak mudah. Bukan berarti pekerjaan aku yang kelihatannya bisa disambil sambil dan itu bisa dikesampingkan gitu aja," ujar Ria dengan berusaha merendahkan intonasinya agar tak berujung jadi pertengkaran hebat.

"Ya mungkin HRD akan nerima pengajuan cuti aku, tapi apakah itu worth it? Di tengah kesibukan perusahaan yang sedang melakukan big project?" tanya Ria kembali.

"Worth it kok. Terus kalau gini kapan quality time kita nya Ri?" Tian kembali mengajukan pertanyaan diiringi sedikit paksaan.

"Kenapa harus aku yang ngalah untuk ambil cuti? Bahkan kamu sehari pun untuk quality time sama aku di tengah shooting variety show kamu gak pernah bisa!!!" Emosi Ria mulai terpancing, terlihat dari cengkramannya pada gelas yang mulai kencang.

Tian tertohok mendengar perkataan Ria. Dia memang tak pernah sadar selama ini jika banyak menuntut ini itu, padahal ia sendiri pun sulit untuk berkorban.

"Okay kita sudahi perihal cuti ini. Kita keliling sekitar sini aja gimana?" Akhirnya Tian mengalah dan menawarkan opsi lain.

"Yakin boleh pergi sama agensi kamu?" Ria sudah tahu betapa ribetnya pihak agensi GMC.

"Boleh. Kan lagi libur seminggu." Tian menjawab dengan yakin.

"Yaudah."

Ria keluar dari kamar setelah mengambil peralatan tempurnya.

"Loh kok gak jadi siap-siap?" Tian bingung dibuatnya, ia pikir Ria akan langsung bersiap.

"Banyak yang harus di follow up dulu," jawabnya sambil tetap fokus pada laptop dan kertas-kertas yang ada di hadapannya. Ria melakukan zoom meeting bersama timnya untuk memastikan semua persiapan proyek mereka berjalan sesuai rencana.

"Rangga tolong cek lagi ke tim legal sudah siap belum terkait kepastian hukum ini, Dita tanya finance dana nya sudah turun belum dari big boss, minta anak marketing pending dulu ributnya sama produksi dan finance selama proyek ini jalan," dan lainnya yang tidak dipahami oleh Tian.

"Aku siap-siap duluan ya" Tian dengan sengaja malah mengecup kening dan pipi Ria dan membuat meeting mereka terhenti.

"Wah siapa tuh Mbak Ri?"

"Ternyata selama ini Mbak Ria gak jomblo."

"Otw go public nih Ria."

"Anjir." Menutupi wajah dengan kedua tangannya, Ria sangat malu. Suka tidak tahu diri memang Christian Hartanto ini.

"Yuk fokus lagi yuk." Ria menyudahi intermezzo yang baru terjadi. Rapat pun dilanjutkan dengan tenang dan lancar.

"Btw mbak, lo hari ini gak ke kantor mau nge-date ya? Segala ditungguin Mas Pacar tuh." Dita kembali mengangkat topik mas pacar. Yang lain ikut heboh kembali.

"Gak juga," sanggah Ria dengan wajah yang mulai memerah karena terus digoda oleh teman satu tim nya.

"Eciee mbak Ria mukanya merah."

"HAHAHAHA." Mereka semua menertawakan Ria, tak terkecuali Christian-si biang kerok yang sudah berada di sampingnya saat ini.

"Udah lah. Udah selesai kan. Bhayyy maksimal." Ria langsung meninggalkan zoom meeting karena mereka yang terus menggodanya.

"Kamu jangan begitu dong. Aku gak pernah dengan sengaja masuk frame kalau kamu lagi live di depan penggemar kamu." Ria memprotes tindakan Tian barusan.

Yang benar saja, jantungnya hampir copot jika teman-temannya tahu bahwa tadi adalah seorang Christian Hartanto-salah seorang anggota boys group yang sedang santer dibicarakan seluruh penjuru dunia.

"Kamu lucu soalnya kalau lagi rapat serius begitu." Tian menanggapinya dengan terkekeh.

Ria mengabaikan perkataan tersebut dan membawa masuk peralatannya ke kamar kemudian pergi bersiap.

30 menit kemudian, Ria sudah siap dengan outfit yang akan menemaninya berkeliling sekitaran ibukota.

Christian dibuat melongo dengan apa yang digunakan Ria saat ini. "Kamu gak takut menggelap Ri? Di luar panas banget." Tian mencoba peruntungan dengan mengajukan pertanyaan tersebut.

Sumpah. Tian tidak terima jika Ria harus memperlihatkan kaki jenjangnya pada khalayak ramai. Ria mengenakan jumpsuit bewarna kuning setinggi paha. Kulit putihnya semakin bersinar dengan perpaduan kuning pisang seperti itu. 

"Justru karena panas, pakai ini biar gak gerah," balas Ria sambil menggunakan jam tangan. iWatch nya belum dipulangkan oleh Tian.

"Bawa kartu apa aja?" Ria sedang memilih kartu untuk dibawa. Ia memiliki cukup banyak kartu yang semuanya memiliki isi yang tak sedikit.

"KTP, ATM satu, e-money, kartu akses, hmm udah kali ya." Bertanya sendiri menjawab sendiri.

"Kita naik mobil kan?" tanya Tian begitu mereka sudah siap berangkat.

"Siapa yang bilang?" Alis Ria mengernyit.

"Loh? Terus?"

"Transportasi umum. Merakyat lah kau sedikit. Mentang-mentang sedang jadi boyband go international ndak mau kau merakyat?" tanya Ria dengan sedikit sewot.

"Yaa gak gitu maksud ku Ri. Penyamaran dong kita?"

"Kau aja lah. Kan kamu doang yang punya penggemar garis keras." Ria masa bodo dengan kondisi Tian saat ini. Siapa suruh mengganggunya tadi ketika rapat. Pembalasannya tak kira-kira.

Mereka keluar dari apartemen Ria dan menuju lift.

"Hai Ri, mau turun juga?" Salah seorang tetangga bertegur sapa dengannya.

"Iya mba. Sekalian aja ya pakai lensa Mba." Ria menyengir setelahnya karena ia malas membuka kacamatanya.

"Hahaha okay."

"Mau kemana nih rapi gini?" Mba tersebut kembali bertanya.

"Keliling sekitar sini aja kali ya. Kulineran yang enak dekat sini di mana mba?"

"Dekat kampung Cina banyak makanan enak-enak tuh Ri. Bisa dicoba," balas Mba tersebut dengan semangat.

"Eh tapi mobil gak bisa masuk. Paling naik motor atau jalan kaki."

"Oh gak masalah mba, kita mau naik transportasi umum." Ria tersenyum dengan semangat.

"Kamu yakin Ri? Hati-hati yaa orang secantik kamu bisa jadi pusat perhatian ntar." Entah Mba tersebut memuji atau menakutinya.

"Bisa aja Mba. Duluan yaa," pamit Ria begitu mereka sudah tiba di lobby.

Benar saja. Begitu tiba di lobby semua mata tertuju pada Ria dan Christian yang memang memiliki daya tarik luar biasa. Bak intan permata yang berkilauan dan tak bisa dilewatkan begitu saja.

"Emang aku secantik itu Yan?" tanya Ria dengan terheran-heran.

"Sepertinya karena aku yang terlalu ganteng deh," balas Tian dengan percaya diri yang tinggi.

"Dahlah."

############################

Related chapters

  • Crazy Woman   4 : Hartanto Berulah

    "MRT or Commuter line?" tanya Ria begitu mereka sudah berada di pinggir jalan. "Gak tahu. Ikut mau kamu aja." Tian minim sekali pergerakan sedari tadi. "Kamu jangan diam-diam aja dong Yan. Tau gitu mending di apartemen aja." Ria menghentikan langkahnya. Ia kesal dengan Tian yang tidak responsif. "Aku bingung Ri. Yaudah cari yang gak ramai aja biar aku gak ketahuan fans deh." Tian mengusulkan menghindari kerumunan agar keberadaannya tidak terdeteksi. Nasib superstar yang sulit untuk kemanapun. "MRT aja kalau begitu." Ria berjalan menuju stasiun MRT yang letaknya tak jauh dari kawasan Rajawali. Memang benar-benar pusat perekonomian negara, karena segala fasilitas transportasi umum sudah sangat terjamin di wilayah ini. "Nanti kita berhenti di stasiun secara acak aja ya. Aku gak punya tujuan." Mereka berjalan tanpa perencanaan. Bukan tipikal Ri

    Last Updated : 2021-06-22
  • Crazy Woman   5 : Randy

    "Ya Tuhan, anakku," ujar Antara begitu tiba di kamar putrinya. "Kenapa dia bisa begini Randy?" tanya Antara-papah nya Ria. "Dia main keluar sama Tian." "Tian? Christian Hartanto?" tanyanya memastikan. Randy menganggukan kepalanya. Beberapa saat yang lalu, ketika Ria sedang kejang dan masuk ke dalam 'delusi'-nya, pengawal pribadi yang diutus oleh keluarga mereka untuk menjaga Ria langsung menelepon melalui panggilan grup. Peraturannya adalah jika terjadi sesuatu yang sangat genting di antara mereka berlima -Antara dan keempat anaknya, perwakilan pengawal pribadi mereka harus langsung menghubungi melalui panggilan grup. Siapa yang sedang senggang saat itu dan bisa mengangkat telepon, harus menghampiri tempat kejadian. Berhubung mereka berlima orang yang sangat sibuk, tak jarang para pengawal yang menangani sendiri. Sebenarnya mereka jarang se

    Last Updated : 2021-06-22
  • Crazy Woman   6 : Hartanto

    "Gimana? Si bocah tengil itu berhasil masuk rumah sakit ndak?" tanya Hartanto pada anak buah yang diutusnya untuk merecoki acara jalan Tian dengan Ria. "Engga bos. Ternyata backingan dia banyak sekali," balas Rizal-tangan kanan Hartanto, orang kepercayaannya. "Banyak gimana? Bukannya kamu bilang cuman ada pengawal si Christian?" Hartanto merengut kesal karena rencananya tak berjalan. "Saya tidak tahu bos, yang pasti semua rencana kita digagalkan oleh orang lain. Seolah mereka hadir memang untuk melindungi Nona," jelas Rizal. Bagaimana pun Rizal tetap menghormati Ria dengan memanggilnya Nona. Walaupun tindakannya tidak menunjukkan rasa hormatnya. "Lalu untuk pencegatan bahan baku produksi dia bagaimana? Sudah dialihkan ke perusahaan saya?" tanya Hartanto kembali. Entah ada masalah apa Hartanto dengan Ria. Kakek tersebut selalu berusaha untuk mengganggu Ria. "Sudah bos

    Last Updated : 2021-07-17
  • Crazy Woman   7 : ...

    "Saya benci kamu." "Kenapa lo harus mengingatkan gue dengan wanita gila itu?" "Gue benci lo dek." "Aku gak bisa dekat kakak, pasti akan mengingatkan ku sama dia." "Lo atau gue yang pergi?" "Tolong dedek bang. Bang jangan tinggalin dedek sendiri." "Anak gak tahu diuntung." Gangguan suara itu lagi. Kenapa rasanya masih sama? Sama-sama menyakitkan. Tuhan. Tolong Ria... Gue berusaha menggapai setitik cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti. Suara-suara tersebut terus mengelilingi. Apa dosa yang diperbuat Ria di masa lalu, Tuhan? Kenapa harus Ria yang mengalami ini? Gue berhasil membuka mata dan melihat sekitar bahwa gue masih di rumah papah. Tidak terjadi apa pun. Air mata tumpah mewakili perasaan gue saat ini. Sudah

    Last Updated : 2021-07-20
  • Crazy Woman   8 : Terungkap

    Tutttt. Tutttt. Tutttt.Nomor yang anda tuju tidak menjawab. Silakan coba beberapa saat lagi."Arrghh kamu kemana sih?" Sudah tiga hari berlalu Tian kehilangan kabar dari Ria. Terakhir kali ia berkunjung ke rumah kakeknya dan berujung diare, ia tahu bahwa satai tersebut dikirim oleh Ria."Ayo Christ, sebentar lagi kita mulai shooting," ujar salah satu staf yang masih melihat Tian berada di luar ruangan."Oh, iyaa."GMC melakukan taping untuk acara variety show milik mereka sendiri. Acaranya berupa games dan terdapat kompetisi di dalamnya. Mereka sudah menjalani 141 episode yang tiap episode tayang seminggu sekali.Acara mereka dinamakan playing with GMC dengan penonton di platform youtube bisa mencapai 5-10 juta dalam sekali penayangan.Sepanjang taping mereka semua menjalani

    Last Updated : 2021-07-21
  • Crazy Woman   9 : Papah

    "Kamu mau sarapan apa Ri?" tanya Tara begitu melihat anaknya sedang berjemur di halaman rumah."Bubur ayam yuk Pah yang di depan sana." Ria membuka mata tatkala mendengar suara Tara."Anton, ambilin dompet sama ponsel saya!" titah Tara dan ia berjalan menghampiri Ria."Dari kapan kamu di sini?" Mengusap peluh yang hadir di sekitar kening Ria."Lupa. Aku lanjut tidur sepertinya," balas Ria dibarengi dengan senyuman.Terlihat Anton menghampiri mereka. "Ini pak. Mau saya antar atau bagaimana?"Ria menggeleng pada Tara. Ia sedang bosan diikuti terus."Gak usah. Standby saja kalau saya butuh sesuatu," ujar Tara. Ria memutar bola mata, tentu saja papahnya tak akan membiarkan mereka pergi tanpa pengawalan dari Anton."Gak boleh keliatan mata aku loh. Kalau sampai keliatan, kalian aku hukum!" tekan Ria pada mereka. Ia benar-benar sedang pengap diikuti terus sedari awal di sini.Tara menggenggam tangan Ria."Hushh gak

    Last Updated : 2021-07-23
  • Crazy Woman   10 : ....

    Seminggu lebih mereka tinggal di salah satu rumah Antara yang tidak Ria sukai karena terlalu besar. Tara memilih rumah ini dengan pertimbangan rumah yang besar dan sedikit barang akan memperkecil kemungkinan Ria menyakiti dirinya sendiri ketika kambuh. Tentu saja anggapan Tara salah. Suara yang didengar oleh Ria memiliki kekuatan dan dorongan yang sangat besar bagi hidupnya. Sakit yang diterimanya sudah sangat besar sehingga outputnya mencari jalan kesakitan yang lain. Antara menambahkan penghuni rumah ini, bila perlu tiap ruangan terisi oleh orang yang sigap jika mendengar sekecil apapun suara. Tara juga manusia yang perlu istirahat, jadi ia tak bisa mengawasi Ria 24 jam tiada henti. Tara memberlakukan sistem shift malam dan pagi, karena terakhir kali ia melihat putrinya kambuh ketika tengah malam di mana waktu yang senggang dari pengawasan. Selama seminggu Ria tidur di dekapan Tara.

    Last Updated : 2021-07-27
  • Crazy Woman   11 : Kembali

    Seseorang memasuki kantornya ketika mayoritas penghuni kantor telah hadir. Kehadirannya tidak disambut dengan heboh karena memang ia datang diam-diam. Para penghuni lantai 15 sepertinya masih terkejut melihat Ria yang berjalan menuju ruangannya. Terlebih Ria yang diikuti oleh Anton di belakang, membuat orang-orang makin terdiam karena disuguhi wajah tampan nan rupawan milik Anton. Ria tak langsung menyapa penghuni lantai 15, ia memilih untuk memasuki ruangannya terlebih dahulu. Ruangan yang sudah ditinggalkannya lebih dari dua bulan. "Waaww ruanganku dibersihkan terus ya? Gak kelihatan ada debunya." Ria berkeliling dan mengecek kondisi barangnya yang sebenarnya ia juga lupa. Biar kelihatan excited saja. Anton tersenyum menanggapi, ia bukan tipikal bodyguard yang diam dan terkesan misterius. Anton sangat ramah dan murah ekspresi. "Ayo Nona, keluar sapa teman-teman, mereka sudah memperh

    Last Updated : 2021-07-30

Latest chapter

  • Crazy Woman   Salam!

    Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.

  • Crazy Woman   121 : Last but not least

    Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan

  • Crazy Woman   120 : Ulang Tahun Wira

    Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa

  • Crazy Woman   119 : Kandas

    “Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p

  • Crazy Woman   118 : Tian Sakit Hati

    “Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas

  • Crazy Woman   117 : Terungkapnya Ananta

    “Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika

  • Crazy Woman   116 : Penganiayaan

    "Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi

  • Crazy Woman   115 : Penolakan

    "Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya

  • Crazy Woman   114 : Hari Bersamanya

    “Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo

DMCA.com Protection Status