Seminggu lebih mereka tinggal di salah satu rumah Antara yang tidak Ria sukai karena terlalu besar. Tara memilih rumah ini dengan pertimbangan rumah yang besar dan sedikit barang akan memperkecil kemungkinan Ria menyakiti dirinya sendiri ketika kambuh.
Tentu saja anggapan Tara salah. Suara yang didengar oleh Ria memiliki kekuatan dan dorongan yang sangat besar bagi hidupnya. Sakit yang diterimanya sudah sangat besar sehingga outputnya mencari jalan kesakitan yang lain.
Antara menambahkan penghuni rumah ini, bila perlu tiap ruangan terisi oleh orang yang sigap jika mendengar sekecil apapun suara. Tara juga manusia yang perlu istirahat, jadi ia tak bisa mengawasi Ria 24 jam tiada henti.
Tara memberlakukan sistem shift malam dan pagi, karena terakhir kali ia melihat putrinya kambuh ketika tengah malam di mana waktu yang senggang dari pengawasan.
Selama seminggu Ria tidur di dekapan Tara.
Seseorang memasuki kantornya ketika mayoritas penghuni kantor telah hadir. Kehadirannya tidak disambut dengan heboh karena memang ia datang diam-diam. Para penghuni lantai 15 sepertinya masih terkejut melihat Ria yang berjalan menuju ruangannya. Terlebih Ria yang diikuti oleh Anton di belakang, membuat orang-orang makin terdiam karena disuguhi wajah tampan nan rupawan milik Anton. Ria tak langsung menyapa penghuni lantai 15, ia memilih untuk memasuki ruangannya terlebih dahulu. Ruangan yang sudah ditinggalkannya lebih dari dua bulan. "Waaww ruanganku dibersihkan terus ya? Gak kelihatan ada debunya." Ria berkeliling dan mengecek kondisi barangnya yang sebenarnya ia juga lupa. Biar kelihatan excited saja. Anton tersenyum menanggapi, ia bukan tipikal bodyguard yang diam dan terkesan misterius. Anton sangat ramah dan murah ekspresi. "Ayo Nona, keluar sapa teman-teman, mereka sudah memperh
"36 Milyar itu bukan nominal yang kecil Ria. Yang masuk akal aja dong! Produknya juga belum tentu laku di pasaran meskipun telah menggunakan mereka sebagai Brand Ambassador!" balasan telak dari keuangan ketika Ria mengajukan usul untuk menggunakan GMC sebagai Brand Ambassador mereka."Jelas dari segi pemasaran ini terlalu riskan. Penggemar mereka itu tersebar di seluruh penjuru dunia, apakah dari pendistribusian sudah memikirkan efek dan dampaknya kalau penjualan hingga luar negeri? Terlebih pabriknya hanya satu dan terpusat di sini." Tambah lagi dari pemasaran. Beberapa anggota timnya juga tidak setuju jika Ria ingin menggunakan GMC sebagai sarana pengiklanan produk mereka."Coba Ri dipikirkan dulu, jangan impulsif. Saya tahu kamu ingin mengejar ketertinggalan, tapi dilihat dulu dari berbagai aspek. Target peluncuran pertama kita cuman satu juta pieces Ri dan maksimal profit yang diambil cuman 8 Milyar.
Negosiasi berjalan cukup rumit karena ternyata agensi yang menaungi GMC (re: jiemsi) sangat ketat terhadap iklan atau pun kerja sama lainnya seperti menjadi Brand Ambassador. Ria telah mencoba menawarkan berbagai skema kerja sama yang dapat menguntungkan kedua belah pihak.Anggota tim yang lain juga sedang berusaha advokasi ke atas terkait dana tersebut. Sambil jalan proses produksi untuk melakukan sertifikasi dan urusan administrasi lainnya untuk kelayakan jual.Satu minggu sudah Ria bolak-balik rapat dengan pihak agensi, tapi tak kunjung mendapat kesepakatan yang menguntungkan keduanya. Opsi yang ditawarkan Ria selalu dipandang mereka sebagai opsi yang merugikan bagi agensi, begitu pun sebaliknya.Satu minggu ini tidak setiap hari mereka berjumpa, karena Ria mau pun perwakilan agensi memiliki kesibukannya masing-masing di kantor.Satu minggu sudah Christian berusaha menyempatkan diri untuk mampi
"Kenapa kak? Hectic banget keliatannya." Julio menghentikan langkah Delfi yang mondar-mandir sedari tadi."Ada sedikit masalah biasa, nanti gue sampaikan kalau udah senggang. Kalian fokus aja untuk talk shows okay." Delfi menepuk pundak Julio dan bergegas pergi lagi."Ada apa sih?" Julio kembali bertanya begitu melihat Jimmy. Biasanya Jimmy sumber informasi bagi mereka.Jimmy menarik tangan Julio dan membawanya berkumpul bersama dengan member yang lain."Ingat perusahaan yang mau jadiin kita BA?" Pembukaan dari Jimmy membuat semua menaruh atensi padanya."Ternyata rapatnya sudah berlangsung satu mingguan dan yang rapat sama perusahaan belum masukin berkas dan notulanya ke tim analis maupun kak Delfi. Makanya kak Delfi sibuk mondar-mandir karena itu," jelas Jimmy sambil memakan kentang goreng di hadapannya."Terus terus." Elang meminta la
"Christ, bangun!" Julio menghampiri Tian yang masih nyaman dalam tidurnya."Lang, bangun!" Julio menepuk betis Elang yang memang sedang tidur satu kasur dengan Tian."Mau makan apa? Bang Septa mau masak tuh.""Apa aja," balas Tian dengan gumaman."Huhh terserah kalian lah." Julio menyerah untuk membangunkan mereka, biar lah sebangunnya saja.GMC lebih sering tinggal di lantai yang khusus disediakan untuk mereka di gedung Monokrom. Tiga lantai yang diberikan Monokrom sebagai wilayah kekuasaan GMC. Satu lantai khusus untuk tempat tinggal mereka yang berisi kamar dan ruang bersantai atau ruang keluarga, satu lantai untuk mereka bekerja seperti studio rekaman, studio untuk berlatih dan ruangan lainnya yang mendukung mereka untuk menghasilkan karya. Satu lantai lainnya sebagai sport center dan beberapa fasilitas untuk bermain mereka.Sebenarnya mereka bebas saja berkel
"Kita pulang nanti malam ya?" tanya Ria begitu tiba di ruang makan. Sudah tiga hari mereka di sini dan agenda Ria sudah terlaksana hampir seluruhnya.Negosiasi dengan seluruh petani di desa ini sudah dilakukan jauh-jauh hari sebenarnya oleh anggota timnya, tapi Ria ingin memastikan kembali bahwa semua berjalan sesuai rencana dan sejalan dengan proses produksi.Ria tak mengalami kendala yang begitu berat. Hampir seluruh petani menyambut kedatangan Ria dengan ramah. Pembawaan Ria yang lemah lembut dan anggun membuat mereka nyaman dengan kehadiran Ria. Meskipun Ria masih sangat kaku jika harus melakukan kontak fisik dengan mereka."Iya, Nona.""Cari oleh-oleh yuk. Udah lama gak belanja." Ria mengusulkan untuk pergi mencari oleh-oleh, yang dikatakannya benar bahwa ia jarang sekali belanja."Saya siapkan mobilnya dulu.""Eh gak usah. Aku mau naik motor aja." Ria sedang ingin me
"Ri, lo ada acara atau meeting gitu gak hari ini?" tanya Vera melalui sambungan telepon."Enggak. Kenapa?""Tolong ke Monokrom susulin Candra dong. Gue dipanggil big boss ke pusat nih.""Hah? Lo dipanggil Pak Antara? Ngapain?" Ria heran mendengar Vera dipanggil ke pusat oleh Tara."Mana gue tau. Bisa gak ke sini?""Lo yakin Antara manggil lo? Hati-hati loh Ver lagi jamannya penculikan," ujar Ria sedikit khawatir."Heh Antara Antara aja. Iya ini beneran big boss yang manggil.""Coba telepon sekretarisnya. Beneran dah Vera, waspada!" Ria tetap tidak percaya begitu saja."Ck. Gue di email langsung pake email perusahaan. Yaudah sih Ri, tenang aja. Gue cuman mau ke pusat kok.""Gue kirim supir kantor deh ya. Tunggu gue, nanti habis antar gue ke Monokrom Pak supir langsung antar lo ke Pusat. Jangan membantah!"
"Anton, tolong beliin perlengkapan untuk perban di apotek. Mau minuman juga deh beli di kafe terdekat aja. 60 gelas, all variant, jangan lupa susunya buat aku. Apa lagi ya, hmm cemilan boleh deh. Beli aja terserah kamu berapa banyak. Ku kirim uangnya sekarang. Ajak security yang jemput kamu juga aja untuk bantu bawa minumannya," ujar Ria melalui sambungan telepon tanpa disela sedikitpun oleh Anton."Baik, Nona." Ria mematikan sambungan telepon setelah mendengar respon dari Anton."Hallo, kenalin saya Faris, sutradara untuk shooting kali ini." Seseorang mengulurkan tangannya ke hadapan Ria."Oh iya, Ria perwakilan dari tim proyek Intrafood." Ria menyambut uluran tangan tersebut dan berusaha tersenyum ramah."Ayok duduk di depan monitor saja di samping kursi saya untuk melihat hasilnya secara langsung dari layar." Faris menawarkan Ria untuk pindah tempat."Boleh, M
Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.
Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan
Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa
“Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p
“Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas
“Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika
"Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi
"Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya
“Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo