Geng maaf kemarin babnya ke UP 2X karena sinyal tiba2 eror
Yura mengabaikan ucapan Mirna, dia mendekat ke mobil Raiga dan menunggu pria itu keluar dari dalam sana. Yura merasa sangat senang, dia tak menyangka Raiga benar-benar datang. “Apa ini benar dirimu? Wah … aku pikir tadi hanya bercanda.” “Aku tidak ingin anakku ileran hanya karena tak bisa melihat wajahku.” Raiga berdiri tepat di depan Yura. Mereka terdiam beberapa detik sebelum Raiga meminta Yura untuk mempersilahkannya duduk. “Bisakah kamu memberiku segelas air? tenggorokanku rasanya sangat kering,”pinta Raiga. Yura mengangguk, gadis itu masih tak menyangka calon suaminya ini melakukan apa yang dia inginkan. Ia masuk ke dalam dengan hati riang, bahkan Mirna yang duduk di ruang tengah dibuat nyaris tak percaya. “Apa mereka saling jatuh cinta?” gumam wanita itu. Mirna jelas tahu dua mahkluk itu terlibat hubungan karena one night stand, dia berpikir Yura dan Raiga menikah hanya untuk formalitas belaka, agar bisa mendapat dokumen legal demi menutupi aib keluarga. Namun, melihat Raig
“Tidak mungkin Santi bisa menghilang tanpa jejak jika tidak ada yang membantu.” Sean memeluk Zie di atas ranjang, mereka bahkan tidak bisa tenang memikirkan kondisi Keenan meski dokter berkata tidak perlu mencemaskannya. “Kamu tahu? aku sedang berpikir, mungkinkah Mama Ghea pernah merasakan seperti apa yang aku rasakan?” lirih Zie. “Berandai, bagaimana jika aku bukan orang yang dikenal oleh publik, bagaimana jika aku tidak menikah dengan pria kaya yang memiliki beberapa musuh, akankah aku bisa hidup bahagia bersama anakku? Sehingga dia tidak perlu merasakan dijahati oleh orang lain.” Sean membuang napas lewat mulut, dia yakin Zie sedang terpuruk, meski tak menunjukkannya secara gamblang, tapi ucapan wanita itu cukup membuatnya sadar bahwa hati Zie sedang sakit. “Maaf! seharusnya aku bisa menjaga kalian, semua ini mungkin juga salahku,”bisik Sean. “Tenang saja! Santi pasti akan kita temukan, dia tidak bisa lolos begitu saja setelah menyakiti putraku.” Zie mengangguk, dia memeluk Se
Awalnya Raiga ingin berkata sedang terjebak di situasi yang tidak diinginkan. Namun, dia mengurungkan niat dan berkata- “Kami sedang jatuh cinta jadi semua menjadi samar.” “Bukankah ada pepatah yang bilang cinta itu buta? Kami dibutakan oleh cinta sehingga … sehingga kami … “Raiga kembali bingung menjelaskan, hingga Yura menyambar ucapannya. Gadis itu berjalan menggunakan lutut mendekat ke Aris. “Sehingga kami kehilangan kendali diri dan melakukan itu, Pa.” Menyaksikan situasi yang tidak kondusif, Mirna pun tak tinggal diam. Ia ikut berlutut dan meminta Aris untuk menyimpan senjatanya. Wanita itu meminta maaf, karena dia jugalah Yura sampai terlibat pergaulan bebas. Mirna bahkan meminta Aris untuk melampiaskan amarahnya ke dirinya saja, jangan ke Raiga ataupun Yura. “Yura memang sedang hamil, untuk itu kita harus menikahkan mereka segera.” “Kamu juga berani membohongiku, kamu pikir apa aku bisa dengan mudah dibodohi?” bentak Aris. “Tidak, Pa! Aku hanya takut Papa marah dan … “
Namun, bukannya takut kini Yura malah menodongkan senjata api itu ke papanya. Tentu saja semua orang dibuat berteriak histeris, begitu juga dengan Raiga yang tak menyangka Yura akan berani berbuat seperti ini ke Aris. “Oh… jadi kamu mau bunuh Papa? Ayo tembak! Biar sekalian kamu sana beranak di penjara.” “Papa kenapa jahat banget sih?” Yura merengek, nalurinya sebagai anak kesayangan Aris tak bisa dibendung. Ia menurunkan senjata api di tangannya lantas menggoyangkan pundaknya. “Aku mohon maafkan kami, Papa jangan mengancam seperti ini, aku takut Pa!” “Senjata itu bahkan tidak ada pelurunya,”ucap Aris dengan santai. “Be-be-benarkah?” Yura mengangkat kembali pistol di tangannya dan malah mengacungkannya ke Raiga. “Astaga kenapa juga ke arahku?” tanya Raiga dengan mimik frustasi. Yura yang sadar lantas menurunkan lagi senjata itu, dia memanggil pengawal Aris untuk membawa barang itu keluar dari rumah dan menjauhkan dari jangkauan papanya. “Periksa apa benar tidak ada pelurunya,”bi
“Sampai kapan aku akan dikurung di sini?”Santi sudah lebih dari sehari berada di rumah yang dia sendiri tidak tahu milik siapa. Ia hanya takut jika sampai Aaera melakukan perbuatan buruk. Bagaimana kalau gadis jahat itu menghabisinya. Santi mencoba untuk mencari cara agar bisa pergi dari sana, dia bahkan tidak diperbolehkan memakai ponselnya. Nahas, berharap kabur pulang ke kampung, Santi malah kini seperti menjadi tahanan.“Bisakah kalian mengeluarkan aku dari kamar? Aku merasa sesak di sini,” teriak Santi. Ia berpikir setidaknya bisa keluar dari sana lalu mencari jalan melarikan diri.Namun, sekeras apapun dia berusaha, orang-orang suruhan Aaera masih tetap pada pendirian mereka, untuk tidak terpancing dengan rengekan atau permintaannya.“Diamlah! Sudah kamu nonton TV saja sana atau tidur!”Mendengar jawaban seperti itu dari luar Santi pun geram, dia menendang pintu lalu mengumpat kesal.“Kalian semua brengsek, aku akan melaporkan kalian ke polisi,”ancam Santi.“Apa dia tidak berka
“Tolong sabar! Ingat kamu sedang mengandung Zie, jangan emosi!”Ghea akhirnya ikut ke tempat di mana Aaera menahan Santi. Ini karena Sean memintanya menemani Zie. Sean hanya takut jika sesuatu yang buruk terjadi ke sang istri tercinta.“Tidak Ma, aku tidak bisa. Aku akan berubah menjadi iblis jika ada yang menyakiti anakku,”ucap Zie. Ia yang tak sabaran bahkan membentak sopir Ghea agar mengendarai mobil lebih cepat.Melihat sosok menantunya yang emosional seperti ini, Ghea pun memilih untuk diam, ternyata semua wanita sama, seanggun-anggunnya bisa juga berubah jadi macan garang macam ini jika sudah kehilangan kesabaran.Sementara itu, Sean bersama Ken sendirian di rumah, dia menunggu Gia datang ke sana setelah dihubungi oleh Zie tadi. Sean diam-diam menyembunyikan satu kebenaran, bahwa sejatinya dia sudah bisa berdiri dan melangkah. Sean menyembunyikan itu untuk memberi kejutan ke Zie di ulang tahun Keenan nanti.Namun, mendapati sang putra menangis akibat terjatuh saat berjalan, Sean
Daniel yang mendengar keributan menoleh dan meminta Jim untuk mengeceknya, sedangkan dirinya masih terus menunggu Santi untuk memberikan jawaban atas pertanyaannya. Daniel benar-benar tidak bisa menganggap Aaera sebagai anak dari sahabatnya lagi. Ia harus memberi gadis itu pelajaran yang tidak bisa dilupakan seumur hidup.“Kamu, kenapa sifatmu seperti setan, Ha?”Sementara di halaman Ghea masih terus memukuli Aaera, hingga sekuat tenaga gadis jahat itu mendorong, mengakibatkan mereka semua terjerembab jatuh.“Zie!”Ghea berteriak panik, tapi melihat sang menantu langsung bangkit dan mendekat lagi ke Aaera membuatnya yakin bahwa Zie tidak kenapa-napa. Ghea masih kaget dan merasa sakit di pantatnya akibat terjengkang, sampai Jim berlari mendekat karena panik lalu membantunya berdiri.“Tolong hentikan Zie, dia tidak boleh sampai terluka, kalau terjadi apa-apa padanya, Sean pasti akan membenciku seumur hidup,”kata Ghea.Jim pun mengangguk, dia dengan mudahnya menarik Zie dan menahan Aaera
“Ma-mama, kapan Mama datang?”Sean melihat Gia yang sangat terkejut, wanita itu tak menjawab. Gia berjalan mendekat ke sofa, lalu menurunkan tas di pundaknya. Ia duduk dan menatap seksama Sean seperti baru saja melihat penampakan. Rasa bingung dan tak percaya kini bercokol di pikirannya.“Se-Sean? apa kamu sudah sembuh?” tanyanya.Seperti pencuri yang baru saja tertangkap basah, Sean tak bisa menjawab pertanyaan sang mertua saat itu juga. Ia memang sudah bisa berdiri dan melangkah tapi tak selama orang normal pada umumnya.“Iya Ma, aku sudah bisa bangun dan melangkah, tapi masih belum bisa lama,”jawab Sean dengan nada suara lirih.Mendengar jawaban itu Ghea lantas mengusap dada, dia bersyukur karena kemungkinan Sean bisa berjalan dengan normal tentu sangat besar.“Sykurlah Sean! Mama lega, Mama pikir kamu tidak akan bisa normal kembali, bahkan Mama takut kalau sampai operasi di kepalamu itu bisa mempengaruhi …. “ Gia seketika menutup mulut, dia menggeleng dan membuat Sean tertawa.“Ka