Namun, bukannya takut kini Yura malah menodongkan senjata api itu ke papanya. Tentu saja semua orang dibuat berteriak histeris, begitu juga dengan Raiga yang tak menyangka Yura akan berani berbuat seperti ini ke Aris. “Oh… jadi kamu mau bunuh Papa? Ayo tembak! Biar sekalian kamu sana beranak di penjara.” “Papa kenapa jahat banget sih?” Yura merengek, nalurinya sebagai anak kesayangan Aris tak bisa dibendung. Ia menurunkan senjata api di tangannya lantas menggoyangkan pundaknya. “Aku mohon maafkan kami, Papa jangan mengancam seperti ini, aku takut Pa!” “Senjata itu bahkan tidak ada pelurunya,”ucap Aris dengan santai. “Be-be-benarkah?” Yura mengangkat kembali pistol di tangannya dan malah mengacungkannya ke Raiga. “Astaga kenapa juga ke arahku?” tanya Raiga dengan mimik frustasi. Yura yang sadar lantas menurunkan lagi senjata itu, dia memanggil pengawal Aris untuk membawa barang itu keluar dari rumah dan menjauhkan dari jangkauan papanya. “Periksa apa benar tidak ada pelurunya,”bi
“Sampai kapan aku akan dikurung di sini?”Santi sudah lebih dari sehari berada di rumah yang dia sendiri tidak tahu milik siapa. Ia hanya takut jika sampai Aaera melakukan perbuatan buruk. Bagaimana kalau gadis jahat itu menghabisinya. Santi mencoba untuk mencari cara agar bisa pergi dari sana, dia bahkan tidak diperbolehkan memakai ponselnya. Nahas, berharap kabur pulang ke kampung, Santi malah kini seperti menjadi tahanan.“Bisakah kalian mengeluarkan aku dari kamar? Aku merasa sesak di sini,” teriak Santi. Ia berpikir setidaknya bisa keluar dari sana lalu mencari jalan melarikan diri.Namun, sekeras apapun dia berusaha, orang-orang suruhan Aaera masih tetap pada pendirian mereka, untuk tidak terpancing dengan rengekan atau permintaannya.“Diamlah! Sudah kamu nonton TV saja sana atau tidur!”Mendengar jawaban seperti itu dari luar Santi pun geram, dia menendang pintu lalu mengumpat kesal.“Kalian semua brengsek, aku akan melaporkan kalian ke polisi,”ancam Santi.“Apa dia tidak berka
“Tolong sabar! Ingat kamu sedang mengandung Zie, jangan emosi!”Ghea akhirnya ikut ke tempat di mana Aaera menahan Santi. Ini karena Sean memintanya menemani Zie. Sean hanya takut jika sesuatu yang buruk terjadi ke sang istri tercinta.“Tidak Ma, aku tidak bisa. Aku akan berubah menjadi iblis jika ada yang menyakiti anakku,”ucap Zie. Ia yang tak sabaran bahkan membentak sopir Ghea agar mengendarai mobil lebih cepat.Melihat sosok menantunya yang emosional seperti ini, Ghea pun memilih untuk diam, ternyata semua wanita sama, seanggun-anggunnya bisa juga berubah jadi macan garang macam ini jika sudah kehilangan kesabaran.Sementara itu, Sean bersama Ken sendirian di rumah, dia menunggu Gia datang ke sana setelah dihubungi oleh Zie tadi. Sean diam-diam menyembunyikan satu kebenaran, bahwa sejatinya dia sudah bisa berdiri dan melangkah. Sean menyembunyikan itu untuk memberi kejutan ke Zie di ulang tahun Keenan nanti.Namun, mendapati sang putra menangis akibat terjatuh saat berjalan, Sean
Daniel yang mendengar keributan menoleh dan meminta Jim untuk mengeceknya, sedangkan dirinya masih terus menunggu Santi untuk memberikan jawaban atas pertanyaannya. Daniel benar-benar tidak bisa menganggap Aaera sebagai anak dari sahabatnya lagi. Ia harus memberi gadis itu pelajaran yang tidak bisa dilupakan seumur hidup.“Kamu, kenapa sifatmu seperti setan, Ha?”Sementara di halaman Ghea masih terus memukuli Aaera, hingga sekuat tenaga gadis jahat itu mendorong, mengakibatkan mereka semua terjerembab jatuh.“Zie!”Ghea berteriak panik, tapi melihat sang menantu langsung bangkit dan mendekat lagi ke Aaera membuatnya yakin bahwa Zie tidak kenapa-napa. Ghea masih kaget dan merasa sakit di pantatnya akibat terjengkang, sampai Jim berlari mendekat karena panik lalu membantunya berdiri.“Tolong hentikan Zie, dia tidak boleh sampai terluka, kalau terjadi apa-apa padanya, Sean pasti akan membenciku seumur hidup,”kata Ghea.Jim pun mengangguk, dia dengan mudahnya menarik Zie dan menahan Aaera
“Ma-mama, kapan Mama datang?”Sean melihat Gia yang sangat terkejut, wanita itu tak menjawab. Gia berjalan mendekat ke sofa, lalu menurunkan tas di pundaknya. Ia duduk dan menatap seksama Sean seperti baru saja melihat penampakan. Rasa bingung dan tak percaya kini bercokol di pikirannya.“Se-Sean? apa kamu sudah sembuh?” tanyanya.Seperti pencuri yang baru saja tertangkap basah, Sean tak bisa menjawab pertanyaan sang mertua saat itu juga. Ia memang sudah bisa berdiri dan melangkah tapi tak selama orang normal pada umumnya.“Iya Ma, aku sudah bisa bangun dan melangkah, tapi masih belum bisa lama,”jawab Sean dengan nada suara lirih.Mendengar jawaban itu Ghea lantas mengusap dada, dia bersyukur karena kemungkinan Sean bisa berjalan dengan normal tentu sangat besar.“Sykurlah Sean! Mama lega, Mama pikir kamu tidak akan bisa normal kembali, bahkan Mama takut kalau sampai operasi di kepalamu itu bisa mempengaruhi …. “ Gia seketika menutup mulut, dia menggeleng dan membuat Sean tertawa.“Ka
“Rai, apa yang terjadi dengan pak Aris?”Di dalam mobil yang dikendarai Jim, Daniel menghubungi putra bungsunya. Tak ada cara lain yang bisa dia pikirkan saat ini kecuali meminta bantuan Aris untuk mengurus Aaera dan Joni. Dia merasa Joni dilindungi oleh orang besar di pemerintahan, hingga berpikir cara satu-satunya untuk membuat pria itu tak berkutik adalah meminta bantuan orang yang memiliki kuasa sama besarnya. Namun, sepertinya suasana hati Aris tidak dalam kondisi yang baik karena Raiga.“Tidak terjadi apa-apa, dia hanya sudah tahu kalau putrinya hamil di luar nikah,”jawab Raiga dengan entengnya.Daniel mengepalkan tangan, tak menyangka Raiga akan menjawab dengan sangat enteng seperti itu lantas berkata, “Kamu tahu, kita sedang butuh bantuannya.”“Bantuan? Bantuan untuk apa?”“Untuk membuat Joni dan Aaera membusuk di penjara, mereka ternyata bersekongkol mencelakai Ken,”ujar Daniel yang kembali marah saat mengingat perbuatan keji itu.Di seberang sana Raiga mengusap mukanya denga
Aris tak lantas mengiyakan permintaan Daniel, dia berpikir sejenak kemudian berkata,”Asal Raiga bisa mengalahkan aku bermain hari ini, aku akan melakukan permintaan Anda.”“A-a-apa?”Raiga menelan ludah, dia bingung dan memandang Daniel dengan wajah memelas. Menurutnya Aris berkata seperti itu karena tahu beberapa kali pukulannya melenceng dari lubang. Ia memang payah dalam bermain golf, untuk olahraga yang satu ini Sean lah yang jauh lebih baik darinya.Daniel sendiri paham dengan tatapan putra sulungnya, hingga menawarkan diri bagaimana kalau dirinya saja yang bermain melawan Aris.“Tidak pak Daniel, kalau Anda yang bermain jelas sambil menutup matapun Anda pasti akan menang dari saya, saya ingin Raiga,”ucap Aris.Daniel pun tak bisa lagi membantah ucapan pria itu, hingga meminta Raiga untuk menerima tantangan Aris.Sementara itu di rumah, Yura dibuat panik. Ia merengek ke Mirna untuk dipinjami mobil agar bisa menyusul sang papa yang tadi pamit bertemu dengan Raiga.“Ma, kalau sampa
“Membantu? Apa yang Paman butuhkan dariku?” tanya Yura dengan alis berkerut.“Bantu bujuk papamu agar mau membantuku,”kata Daniel. Ia lantas menceritakan apa yang terjadi dan kenapa dia sampai butuh bantuan Aris.Yura yang merasa ini saat yang tepat untuk membuat keluarga Raiga terkesan padanya, memilih untuk tidak melewatkan kesempatan. Ia pun mengangguk dan menyanggupi permintaan Daniel. Yura melepaskan tas di pundak, lalu meletakkannya di samping tempat duduk Daniel.“Serahkan padaku! Aku akan membuat Papa setuju, jika perlu tanpa kak Rai memenangkan pertandingan konyol ini dengannya,”kata Yura penuh semangat. “Paman tidak perlu khawatir,”ucapnya.Gadis itu menoleh ke arah lapangan, tatapannya penuh semangat dan berapi-api.Sementara itu di lapangan, Raiga masih berdiskusi dengan Aris tentang permohonan Daniel. Mereka berdua lebih terkesan sedang melakukan negosiasi dari pada kompetisi. Raiga menawarkan banyak hal di antaranya membuat Yura bahagia.“Dia sudah bahagia, menurutku tid