Aris tak lantas mengiyakan permintaan Daniel, dia berpikir sejenak kemudian berkata,”Asal Raiga bisa mengalahkan aku bermain hari ini, aku akan melakukan permintaan Anda.”“A-a-apa?”Raiga menelan ludah, dia bingung dan memandang Daniel dengan wajah memelas. Menurutnya Aris berkata seperti itu karena tahu beberapa kali pukulannya melenceng dari lubang. Ia memang payah dalam bermain golf, untuk olahraga yang satu ini Sean lah yang jauh lebih baik darinya.Daniel sendiri paham dengan tatapan putra sulungnya, hingga menawarkan diri bagaimana kalau dirinya saja yang bermain melawan Aris.“Tidak pak Daniel, kalau Anda yang bermain jelas sambil menutup matapun Anda pasti akan menang dari saya, saya ingin Raiga,”ucap Aris.Daniel pun tak bisa lagi membantah ucapan pria itu, hingga meminta Raiga untuk menerima tantangan Aris.Sementara itu di rumah, Yura dibuat panik. Ia merengek ke Mirna untuk dipinjami mobil agar bisa menyusul sang papa yang tadi pamit bertemu dengan Raiga.“Ma, kalau sampa
“Membantu? Apa yang Paman butuhkan dariku?” tanya Yura dengan alis berkerut.“Bantu bujuk papamu agar mau membantuku,”kata Daniel. Ia lantas menceritakan apa yang terjadi dan kenapa dia sampai butuh bantuan Aris.Yura yang merasa ini saat yang tepat untuk membuat keluarga Raiga terkesan padanya, memilih untuk tidak melewatkan kesempatan. Ia pun mengangguk dan menyanggupi permintaan Daniel. Yura melepaskan tas di pundak, lalu meletakkannya di samping tempat duduk Daniel.“Serahkan padaku! Aku akan membuat Papa setuju, jika perlu tanpa kak Rai memenangkan pertandingan konyol ini dengannya,”kata Yura penuh semangat. “Paman tidak perlu khawatir,”ucapnya.Gadis itu menoleh ke arah lapangan, tatapannya penuh semangat dan berapi-api.Sementara itu di lapangan, Raiga masih berdiskusi dengan Aris tentang permohonan Daniel. Mereka berdua lebih terkesan sedang melakukan negosiasi dari pada kompetisi. Raiga menawarkan banyak hal di antaranya membuat Yura bahagia.“Dia sudah bahagia, menurutku tid
“Kamu benar-benar jahat! Kenapa tidak memberitahuku kalau kamu sudah bisa berjalan?” Zie cemberut, dia memukul dada Sean yang kini duduk bersamanya di tepi ranjang kamar mereka. “Aku ingin membuat kejutan di ulangtahun Ken, tapi melihatmu sedih aku merasa kamu butuh hiburan. Apa kejutanku membuatmu bahagia?” tanya Sean yang harap-harap cemas, dia takut Zie menjawab tidak, dan malah membuat mereka bertengkar. “Kamu ingin aku menjawab apa?” amuk Zie. Meski kesal tapi dia diam saat Sean kembali merengkuh tubuhnya untuk memeluk. “Aku ingin kamu menjawab bahagia,”jawab Sean. “Maaf! bukan maksudku berbohong hanya saja ingin mencari momen yang tepat,”imbuhnya. Sean akhirnya bisa bernapas lega kala sang istri membalas pelukannya. Zie bahkan merapatkan tubuh dan nampak membuang napas panjang lewat mulut. “Mantanmu itu, aku tadi menampar dan menjambak rambutnya, tapi dia berhasil mendorongku sampai terjengkang,”ucap Zie menceritakan apa yang terjadi. Tentu saja cerita ini membuat Sean ter
“Brengsek, ini semua salahmu! Kalau saja kamu tidak ceroboh dan membuat wanita itu membawa putranya ke dokter.”Aaera marah, dia bahkan ingin mencakar Santi lagi, tapi ditahan oleh orang suruhannya yang babak belur dihajar Daniel dan anak buahnya.Mereka semua masih dikurung di rumah itu dengan penjagaan ketat dari orang-orang Daniel.“Kamu yang brengsek, bagaimana bisa menghindar jika memang setiap hari dia minum susu bercampur obat tidur,”amuk Santi yang berani melawan Aaera.Dua gadis itu saling pandang dengan tatapan sengit, Aaera meraih sebuah bingkai foto dari meja lalu melemparkannya ke Santi. Beruntung meleset dan hanya mengenai tembok.“Aku tidak akan membiarkan Joni lolos, apalagi jika dia sampai berani membuat aku seolah-olah menjadi dalang semua ini,”oceh Aaera.Santi tak peduli dengan ucapan Aaera, dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar lolos dari jeratan hukum. Ia sadar posisinya tidak menguntungkan, Aaera orang kaya, pengacara terbaik pasti bisa disewa oleh keluarg
“Aku terlalu malu untuk bertemu denganmu, aku juga sudah lelah memberitahu putriku, aku hanya bisa minta maaf atas tingkahnya selama ini.”Maureen mendatangi Daniel pagi itu. Ia sudah tahu apa yang terjadi dan merasa Aaera memang tidak bisa lagi dibiarkan. Wanita itu sadar putrinya memiliki sifat yang sangat buruk. Hingga batas toleransinya habis dan memilih meninggalkannya.“Aku akan pergi ke Sydney, menetap di rumah peninggalan orangtuaku, aku tidak ingin mengurusi masalah Aaera, ada pengacara yang akan mendampinginya”ucapnya dengan ekspresi sedih.”Sampaikan maafku ke Ghea, Sean juga Zie. Aku benar-benar malu untuk bertemu mereka.”Maureen menunduk, sedangkan Daniel sama sekali tak membalas ucapannya. Ia sadar bahwa kesalahan Aaera memang fatal, berniat mencelakai bayi sungguh perbuatan keji. Jika sampai kejadian ini muncul di media masa, sudah sangat jelas tak hanya Aaera yang akan hancur tapi juga seluruh keluarga.“Niel! bisakah kamu menjawab ucapanku? Agar setidaknya aku tahu ka
Sepanjang perjalanan kembali dari kantor polisi, Zie mengemudi tanpa bicara. Ia masih memikirkan ekspresi Aaera juga Joni yang tak menampakkan rasa bersalah sama sekali kepadanya. Ingin rasanya Zie membalas sakit hati yang dia rasakan dengan mencari tahu hal apa yang paling disayangi oleh dua orang itu lantas menghancurkannya. Namun, masih ada rasa belas kasihan di hati, logikanya pun berkata untuk tidak membalas sebuah kejahatan dengan kejahatan juga.“Zie, kamu baik-baik saja ‘kan?”Sean menyentuh tangan Zie yang berada di perseneling, wanita itu menoleh lantas mengangguk. Memaksakan senyumannya meski berujung aneh di mata sang suami.“Apa kamu mau pergi menghirup udara segar sebelum kembali ke rumah?” tanya Sean lagi, dia mencoba memberikan hiburan ke sang belahan jiwa. Sean sadar masalah Keenan pasti membuat pikiran Zie terbebani.“Mau ke mana?”“Taman? Atau makan gelato kesukaanmu?”Zie tertawa, dia tahu Sean saat ini sedang mencoba mengembalikan suasana hatinya. Ia pun mengangg
“Terima kasih atas bantuan Anda, saya sangat berhutang budi.”Daniel kembali mendatangi Aris, mengucapkan terima kasih dan juga membicarakan pernikahan putra dan putri pria itu yang rencananya akan digelar beberapa hari lagi.Aris diam sambil melihat berkas milik Raiga yang harus dilengkapi sebagai syarat pendaftaran pernikahan. Pria itu memberikan berkas itu ke sang ajudan baru kemudian membalas ucapan Daniel.“Ya, simpan hutang budi itu dan saya akan menagihnya nanti saat butuh,”jawab Aris.Mirna dan Ghea yang juga berada di tempat yang sama pun saling pandang. Mirna tersenyum sungkan sedangkan Ghea terpaksa memulas tawa, dia tidak mungkin menunjukkan rasa kesal karena sejatinya tak merestui pernikahan Raiga dan Yura.Namun, mau bagaimana lagi. Ghea juga tidak bisa egois, semua sudah terjadi dan Raiga juga terlihat lengket ke Yura. Mereka datang ke rumah Aris bersama, tapi putra bungsunya itu entah pergi ke mana bersama gadis itu.“Silahkan diminum tehnya bu Ghea,”ucap Mirna.Ghea y
"Apa kamu tahu kenapa mama bersikap seperti tidak menyukai Yura?"Zie sedang berada dalam dekapan hangat Sean. Pria itu tak menjawab dan malah menghidu aroma rambutnya lantas mencium lembut."Sayang!" rengek Zie merasa Sean sedang mengabaikan dirinya. Ia hampir menjauhkan badan, tapi Sean lebih dulu mendekapnya erat."Jangan marah! Kenapa sih perempuan yang PMS dan hamil muda menjadi gampang emosi." Sean seketika mengunci mulutnya mendapati ekspresi Zie yang masam mendengar ucapannya."Ah... Aku tahu, itu hormonal." Sean bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri. Dia hendak menyentuh pipi Zie, tapi wanita itu langsung menjauhkan wajah."Maaf, jangan marah!" Sean menarik paksa sang istri sampai kembali jatuh ke dalam pelukannya.Sean menepuk lembut punggung Zie, menenangkan wanita yang sedang mengandung buah cinta keduanya itu, kemudian menjawab apa yang ingin dibahas oleh Zie."Menurutku Mama sedang kecewa, dia mungkin sedang tertekan dengan pikiran kenapa tak berhenti di aku, kenap