“Membantu? Apa yang Paman butuhkan dariku?” tanya Yura dengan alis berkerut.“Bantu bujuk papamu agar mau membantuku,”kata Daniel. Ia lantas menceritakan apa yang terjadi dan kenapa dia sampai butuh bantuan Aris.Yura yang merasa ini saat yang tepat untuk membuat keluarga Raiga terkesan padanya, memilih untuk tidak melewatkan kesempatan. Ia pun mengangguk dan menyanggupi permintaan Daniel. Yura melepaskan tas di pundak, lalu meletakkannya di samping tempat duduk Daniel.“Serahkan padaku! Aku akan membuat Papa setuju, jika perlu tanpa kak Rai memenangkan pertandingan konyol ini dengannya,”kata Yura penuh semangat. “Paman tidak perlu khawatir,”ucapnya.Gadis itu menoleh ke arah lapangan, tatapannya penuh semangat dan berapi-api.Sementara itu di lapangan, Raiga masih berdiskusi dengan Aris tentang permohonan Daniel. Mereka berdua lebih terkesan sedang melakukan negosiasi dari pada kompetisi. Raiga menawarkan banyak hal di antaranya membuat Yura bahagia.“Dia sudah bahagia, menurutku tid
“Kamu benar-benar jahat! Kenapa tidak memberitahuku kalau kamu sudah bisa berjalan?” Zie cemberut, dia memukul dada Sean yang kini duduk bersamanya di tepi ranjang kamar mereka. “Aku ingin membuat kejutan di ulangtahun Ken, tapi melihatmu sedih aku merasa kamu butuh hiburan. Apa kejutanku membuatmu bahagia?” tanya Sean yang harap-harap cemas, dia takut Zie menjawab tidak, dan malah membuat mereka bertengkar. “Kamu ingin aku menjawab apa?” amuk Zie. Meski kesal tapi dia diam saat Sean kembali merengkuh tubuhnya untuk memeluk. “Aku ingin kamu menjawab bahagia,”jawab Sean. “Maaf! bukan maksudku berbohong hanya saja ingin mencari momen yang tepat,”imbuhnya. Sean akhirnya bisa bernapas lega kala sang istri membalas pelukannya. Zie bahkan merapatkan tubuh dan nampak membuang napas panjang lewat mulut. “Mantanmu itu, aku tadi menampar dan menjambak rambutnya, tapi dia berhasil mendorongku sampai terjengkang,”ucap Zie menceritakan apa yang terjadi. Tentu saja cerita ini membuat Sean ter
“Brengsek, ini semua salahmu! Kalau saja kamu tidak ceroboh dan membuat wanita itu membawa putranya ke dokter.”Aaera marah, dia bahkan ingin mencakar Santi lagi, tapi ditahan oleh orang suruhannya yang babak belur dihajar Daniel dan anak buahnya.Mereka semua masih dikurung di rumah itu dengan penjagaan ketat dari orang-orang Daniel.“Kamu yang brengsek, bagaimana bisa menghindar jika memang setiap hari dia minum susu bercampur obat tidur,”amuk Santi yang berani melawan Aaera.Dua gadis itu saling pandang dengan tatapan sengit, Aaera meraih sebuah bingkai foto dari meja lalu melemparkannya ke Santi. Beruntung meleset dan hanya mengenai tembok.“Aku tidak akan membiarkan Joni lolos, apalagi jika dia sampai berani membuat aku seolah-olah menjadi dalang semua ini,”oceh Aaera.Santi tak peduli dengan ucapan Aaera, dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar lolos dari jeratan hukum. Ia sadar posisinya tidak menguntungkan, Aaera orang kaya, pengacara terbaik pasti bisa disewa oleh keluarg
“Aku terlalu malu untuk bertemu denganmu, aku juga sudah lelah memberitahu putriku, aku hanya bisa minta maaf atas tingkahnya selama ini.”Maureen mendatangi Daniel pagi itu. Ia sudah tahu apa yang terjadi dan merasa Aaera memang tidak bisa lagi dibiarkan. Wanita itu sadar putrinya memiliki sifat yang sangat buruk. Hingga batas toleransinya habis dan memilih meninggalkannya.“Aku akan pergi ke Sydney, menetap di rumah peninggalan orangtuaku, aku tidak ingin mengurusi masalah Aaera, ada pengacara yang akan mendampinginya”ucapnya dengan ekspresi sedih.”Sampaikan maafku ke Ghea, Sean juga Zie. Aku benar-benar malu untuk bertemu mereka.”Maureen menunduk, sedangkan Daniel sama sekali tak membalas ucapannya. Ia sadar bahwa kesalahan Aaera memang fatal, berniat mencelakai bayi sungguh perbuatan keji. Jika sampai kejadian ini muncul di media masa, sudah sangat jelas tak hanya Aaera yang akan hancur tapi juga seluruh keluarga.“Niel! bisakah kamu menjawab ucapanku? Agar setidaknya aku tahu ka
Sepanjang perjalanan kembali dari kantor polisi, Zie mengemudi tanpa bicara. Ia masih memikirkan ekspresi Aaera juga Joni yang tak menampakkan rasa bersalah sama sekali kepadanya. Ingin rasanya Zie membalas sakit hati yang dia rasakan dengan mencari tahu hal apa yang paling disayangi oleh dua orang itu lantas menghancurkannya. Namun, masih ada rasa belas kasihan di hati, logikanya pun berkata untuk tidak membalas sebuah kejahatan dengan kejahatan juga.“Zie, kamu baik-baik saja ‘kan?”Sean menyentuh tangan Zie yang berada di perseneling, wanita itu menoleh lantas mengangguk. Memaksakan senyumannya meski berujung aneh di mata sang suami.“Apa kamu mau pergi menghirup udara segar sebelum kembali ke rumah?” tanya Sean lagi, dia mencoba memberikan hiburan ke sang belahan jiwa. Sean sadar masalah Keenan pasti membuat pikiran Zie terbebani.“Mau ke mana?”“Taman? Atau makan gelato kesukaanmu?”Zie tertawa, dia tahu Sean saat ini sedang mencoba mengembalikan suasana hatinya. Ia pun mengangg
“Terima kasih atas bantuan Anda, saya sangat berhutang budi.”Daniel kembali mendatangi Aris, mengucapkan terima kasih dan juga membicarakan pernikahan putra dan putri pria itu yang rencananya akan digelar beberapa hari lagi.Aris diam sambil melihat berkas milik Raiga yang harus dilengkapi sebagai syarat pendaftaran pernikahan. Pria itu memberikan berkas itu ke sang ajudan baru kemudian membalas ucapan Daniel.“Ya, simpan hutang budi itu dan saya akan menagihnya nanti saat butuh,”jawab Aris.Mirna dan Ghea yang juga berada di tempat yang sama pun saling pandang. Mirna tersenyum sungkan sedangkan Ghea terpaksa memulas tawa, dia tidak mungkin menunjukkan rasa kesal karena sejatinya tak merestui pernikahan Raiga dan Yura.Namun, mau bagaimana lagi. Ghea juga tidak bisa egois, semua sudah terjadi dan Raiga juga terlihat lengket ke Yura. Mereka datang ke rumah Aris bersama, tapi putra bungsunya itu entah pergi ke mana bersama gadis itu.“Silahkan diminum tehnya bu Ghea,”ucap Mirna.Ghea y
"Apa kamu tahu kenapa mama bersikap seperti tidak menyukai Yura?"Zie sedang berada dalam dekapan hangat Sean. Pria itu tak menjawab dan malah menghidu aroma rambutnya lantas mencium lembut."Sayang!" rengek Zie merasa Sean sedang mengabaikan dirinya. Ia hampir menjauhkan badan, tapi Sean lebih dulu mendekapnya erat."Jangan marah! Kenapa sih perempuan yang PMS dan hamil muda menjadi gampang emosi." Sean seketika mengunci mulutnya mendapati ekspresi Zie yang masam mendengar ucapannya."Ah... Aku tahu, itu hormonal." Sean bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri. Dia hendak menyentuh pipi Zie, tapi wanita itu langsung menjauhkan wajah."Maaf, jangan marah!" Sean menarik paksa sang istri sampai kembali jatuh ke dalam pelukannya.Sean menepuk lembut punggung Zie, menenangkan wanita yang sedang mengandung buah cinta keduanya itu, kemudian menjawab apa yang ingin dibahas oleh Zie."Menurutku Mama sedang kecewa, dia mungkin sedang tertekan dengan pikiran kenapa tak berhenti di aku, kenap
"Mamamu belum bangun, dia lelah bermain kuda-kudaan dengan Papa semalam." Sean berbicara pada Keenan yang duduk di kursi makannya sambil menggigiti wortel kukus yang dibuatkan olehnya. Pria itu tak merasa sungkan bicara seperti itu karena tahu Keenan belum mengerti dengan apa yang dia ucapkan. "Jadi hari ini kita makan berdua oke, Bro!" Mendengar sang Papa memanggilnya seperti itu Keenan pun tertawa. Pagi itu terasa lebih damai dari hari sebelumnya. Pembantu rumah sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk Sean dan Zie. Pria itu tidak meminta pembantunya menyiapkan makanan untuk Keenan, karena dia yang ingin menyiapkannya sendiri, Sean bahkan memandikan Keenan tadi. "Ken, Papa membuat potato mashed untukmu, coba makan ini," kata Sean. Ia bahkan ikut membuka mulut saat putranya itu menerima suapan darinya. Sean merasa senang melihat ekspresi putranya yang seolah menikmati makanan itu. "Nak... " Celoteh Keenan. "Apa? Apa tadi kamu bilang? Enak?" Layaknya orangtua pada umumnya
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem