Sepuluh menit yang lalu, Zie baru saja sampai di toko gelato yang sering didatanginya dan Marsha dulu. Toko itu masih sama, masih mempertahankan keontetikan tempat juga rasa, membuat toko gelato itu tak pernah sepi pengunjung. Sean dan Zie bahkan harus rela antri untuk memilih rasa makanan dingin dan lembut itu.“Cokelat,”ucap Zie saat pelayan menanyakan rasa apa yang dia hendaki.“Satu rasa saja kak? bisa di mix dua rasa.”Zie hanya tersenyum, pelayan toko itu baru dan sepertinya tidak tahu kalau dia termasuk pelanggan setia di sana. Hingga satu orang pelayan senior muncul dari dalam membawa satu wadah gelato baru untuk diletakkan di display.“Mba Zie, sudah lama nggak ke sini,”sapanya.“Iya karena tidak ada teman makan,”jawab Zie sambil menerima es krimnya.Pelayan senior itu pun heran, matanya menatap Sean yang berdiri tepat di sebelah Zie. Ia mengambil kesimpulan sendiri mengingat jawaban Zie.“Jadi apa sekarang sudah ada teman makan?” godanya.Sean tersenyum tipis, dia tinggi hat
“Sean, aku dengar kamu kencan dengan Zie hari ini. Wah … apa menyenangkan?”Sean baru saja menginjakkan kaki di ruang tamu, belum juga amarahnya reda karena menyaksikan kedekatan Zie dan Surya, tapi Marsha yang saat itu kebetulan berada di rumah papanya tiba-tiba menanyakan apa kencannya dan Zie menyenangkan.Sean diam seribu bahasa, berubah menjadi mahkluk dingin seperti gelato yang baru saja dia makan tadi.Marsha yang mendapat perlakuan seperti itu hanya mencebik lantas menggerutu. Ingin rasanya dia jambak rambut sang sepupu, jika saja umur mereka masih balita.“Biarkan saja, Sya. Nanti juga kalau sudah tenang dia akan cerita.”Ghea membaca undangan yang baru saja diberikan oleh Marsha. Keponakannya itu akan merayakan ulang tahun pernikahan sekaligus ulang tahun putri pertamanya, Ghea sendiri heran, keluarga Kimi sejak dulu senang sekali mengadakan pesta, mungkin karena Richie memiliki sifat yang lebih mirip dengan almarhumah mertuanya dibanding dengan Daniel.“Bagaimana dia bisa m
Malam itu, Zie tak bisa tidur. Ia bahkan lupa mengirim pesan di grup untuk memberitahu Surya. Hari Sabtu sudah dia habiskan bersama Sean, dan Minggu saatnya pergi berkencan dengan Surya.Zie tak sadar sudah membuat pria itu dan bahkan Sean gelisah. Ketiga orang itu sama-sama tidak bisa tidur. Hingga Zie memutuskan, dia mengirim pesan ke grup chat itu.Zie[ Hari ini aku sudah pergi bersama Sean, jadi besok aku akan pergi bersama Surya]Sean tak menjawab, dia ranjang empuknya pria itu hanya memandangi tulisan Zie dan cemburu, membayangkan apa yang akan dilakukan sang mantan istri dengan Surya membuat Sean gerah. Ia sambar remot pendingin ruangan dan menurunkan suhunya.“Mereka, lihat saja aku akan mengacukan kencan mereka,”gumam Sean.☘️☘️☘️Hari pun berganti, Daniel dan Ghea bangun lebih siang karena hari libur. Mereka kaget mendapati ada bekas sarapan di meja. Ghea lantas bertanya ke sang pembantu dan dijawab kalau Sean bahkan sudah rapi sejak subuh tadi.“Apa yang dia lakukan?” tany
Perjalanan menuju taman bermain memakan waktu cukup lama, ini mungkin karena hari ini adalah hari Minggu. Semua orang yang sehari-hari sibuk bekerja memilih untuk keluar jalan-jalan guna melepas penat yang mendera, atau sekadar menghabiskan waktu bersama orang tercinta mereka.Banyak hal yang dibahas Zie dan Surya selama perjalanan, salah satunya tentang apa yang akan Zie berikan ke Ken untuk MPASI pertamanya. Zie sendiri antusias jika sudah menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan Ken, bayi tampan yang sudah kaya sejak embrio itu memang kini menjadi prioritas utamanya, hingga setelah semalaman memikirkan untuk memilih antara Sean dan Surya, Zie memutuskan untuk ….“Akhirnya kita sudah sampai.” Ucapan Surya menyadarkan Zie dari lamunan. Ibunda Ken itu terkejut, terlihat jelas di mata Surya kalau Zie sedang melamun, pria itu memulas senyum menyembunyikan sedikit rasa kecewa yang mendera. Sebagai pria dewasa Surya tahu bahwa Zie sedikit terpaksa pergi dengannya. Apalagi seorang pria
“Zie, aku tahu di dunia ini banyak hal yang tidak bisa kita dapatkan dengan mudah. Atau malah tidak akan mungkin kita miliki,”ujar Surya. “Sebenarnya aku juga merasa bersalah karena sudah menempatkanmu dalam situasi yang sulit, aku tahu kamu menerimaku karena terpaksa.”“Surya!” Zie melihat keseriusan di wajah pria yang duduk di sebelahnya ini, dia tatap wajah Surya lekat dan matanya mulai merambang. Sean yang menyaksikan semakin dibuat panas hati, tapi dia tidak ingin gegabah dalam mengambil sikap, dia merasa cukup waras untuk tidak mempermalukan diri sendiri.“Kenapa harus ada adegan tatap menatap seperti itu, apa mau aku colok matanya? Sialan!”umpat Sean.“Aku yakin kamu sudah memutuskan sejak hari di mana Sean datang bersama orangtuanya, hanya saja kamu pasti sungkan untuk menerima lamaran keluarganya di depan keluargaku.”Zie semakin tak bisa berkata-kata, apa yang Surya bicarakan terlalu tepat dan benar sehingga tidak bisa dengan mudah dia elakkan.“Katakan Zie, apa keinginamu
Zie masih saja menangis, dia berpikir ini hanya ilusi. Mana mungkin Sean berada di sana dan memeluknya seperti ini. Zie pun menjauhkan kepala, dia mendongak lalu dengan jari telunjuknya menusuk perut Sean yang masih berdiri tepat di depannya.“Kamu benar Sean?”“Astaga, Zie! Apa kamu pikir aku setan?” tanya Sean yang heran dengan tingkah wanita berumur dua puluh delapan tahun ini.“Sean, kamu mengikutiku dan Surya?” tuduh Zie. Ia berdiri sambil mencoba mengumpulkan kesadaran. “Benarkah apa yang kamu katakan tadi?”lirihnya.Sean tersenyum, diraihnya lengan Zie lantas memeluk tubuh wanita yang sangat dia cintai, dia benci, dia lupakan dan kini dia cintai lagi.“Aku mencintaimu, tetaplah di sisiku, Zie!” ucap Sean.Zie mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia menangis lagi, tapi kini tangannya mengulur memeluk pinggang Sean. Ia menyandarkan kepala ke dada pria itu, membiarkan dirinya kembali luluh ke dalam cintanya yang memang sejak lama bermuara di hati untuk Sean. "Sudah, jangan menangis
Tak berselang lama, Zie keluar. Ia langsung meraih Ken dari gendongan dan meminta Sean untuk mandi. Zie buru-buru keluar dari kamar karena merasa tak enak jika harus berada di sana, mereka jelas belum menjadi pasangan sah kembali.Zie menggendong Ken dengan satu tangan, menuruni anak tangga ingin mengambil camilan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Mantan Wali kota yang menjabat hanya sehari itu menyapa Gia dengan senyuman lebar, tak sadar wanita itu sedang gundah memikirkan hubungannya dan Sean.“Zie, bagaimana bisa kamu pergi dengan Surya pulang dengan Sean?” Gia tak bisa membendung rasa penasaran yang bercokol di dada, jika tidak diungkapkan dia tidak akan tidur tenang malam ini.Gia tak percaya, putri kesayangannya itu malah tertawa. Zie duduk di kursi makan lalu membuka belahan piyamanya untuk menyusui Ken sambil menyantap kue yang dia temukan di kulkas.“Karena Sean ikut, dan Surya meninggalkanku,”jawab Zie dengan enteng. Dikecupnya kening Ken setelah itu dia memasukkan ku
“Apa kamu benar mau tahu sifat jelekmu yang aku benci? Kamu siap mendengarnya?”“Hem… tentu saja aku siap, katakan! aku tidak ingin hubungan kita diawali dengan sesuatu yang ditutupi,”kata Sean.Zie mengerjap, dia tak tahu kenapa semua kejelekan Sean yang ada di kepalanya seketika menguap. Zie merasa menjadi wanita bodoh lagi karena tidak bisa mengungkapkan tentang hal yang tak dia sukai dari pria ini. Padahal saat Sean membuat dirinya nelangsa, semua keburukannya mengisi kepala.“Aku benci karena kamu sangat mudah untuk dicintai,”ucap Zie pada akhirnya.Sean kaget, dia tidak menyangka Zie akan mengatakan hal seperti ini. Ia malah merasa bersalah karena terus saja membuat Zie susah hati. Sean mendekat, tanpa berkata-kata dipeluknya tubuh Zie dengan sangat erat.“Zie, seandainya saat itu kita menjadi sepasang kekasih, apa menurutmu hubungan kita akan langgeng?” bisik Sean.“Entah, yang pasti aku sudah tidak ingin menoleh ke belakang lagi, aku ingin menjalani hidup dengan bahagia,” jawa