Zie masih saja menangis, dia berpikir ini hanya ilusi. Mana mungkin Sean berada di sana dan memeluknya seperti ini. Zie pun menjauhkan kepala, dia mendongak lalu dengan jari telunjuknya menusuk perut Sean yang masih berdiri tepat di depannya.“Kamu benar Sean?”“Astaga, Zie! Apa kamu pikir aku setan?” tanya Sean yang heran dengan tingkah wanita berumur dua puluh delapan tahun ini.“Sean, kamu mengikutiku dan Surya?” tuduh Zie. Ia berdiri sambil mencoba mengumpulkan kesadaran. “Benarkah apa yang kamu katakan tadi?”lirihnya.Sean tersenyum, diraihnya lengan Zie lantas memeluk tubuh wanita yang sangat dia cintai, dia benci, dia lupakan dan kini dia cintai lagi.“Aku mencintaimu, tetaplah di sisiku, Zie!” ucap Sean.Zie mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia menangis lagi, tapi kini tangannya mengulur memeluk pinggang Sean. Ia menyandarkan kepala ke dada pria itu, membiarkan dirinya kembali luluh ke dalam cintanya yang memang sejak lama bermuara di hati untuk Sean. "Sudah, jangan menangis
Tak berselang lama, Zie keluar. Ia langsung meraih Ken dari gendongan dan meminta Sean untuk mandi. Zie buru-buru keluar dari kamar karena merasa tak enak jika harus berada di sana, mereka jelas belum menjadi pasangan sah kembali.Zie menggendong Ken dengan satu tangan, menuruni anak tangga ingin mengambil camilan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Mantan Wali kota yang menjabat hanya sehari itu menyapa Gia dengan senyuman lebar, tak sadar wanita itu sedang gundah memikirkan hubungannya dan Sean.“Zie, bagaimana bisa kamu pergi dengan Surya pulang dengan Sean?” Gia tak bisa membendung rasa penasaran yang bercokol di dada, jika tidak diungkapkan dia tidak akan tidur tenang malam ini.Gia tak percaya, putri kesayangannya itu malah tertawa. Zie duduk di kursi makan lalu membuka belahan piyamanya untuk menyusui Ken sambil menyantap kue yang dia temukan di kulkas.“Karena Sean ikut, dan Surya meninggalkanku,”jawab Zie dengan enteng. Dikecupnya kening Ken setelah itu dia memasukkan ku
“Apa kamu benar mau tahu sifat jelekmu yang aku benci? Kamu siap mendengarnya?”“Hem… tentu saja aku siap, katakan! aku tidak ingin hubungan kita diawali dengan sesuatu yang ditutupi,”kata Sean.Zie mengerjap, dia tak tahu kenapa semua kejelekan Sean yang ada di kepalanya seketika menguap. Zie merasa menjadi wanita bodoh lagi karena tidak bisa mengungkapkan tentang hal yang tak dia sukai dari pria ini. Padahal saat Sean membuat dirinya nelangsa, semua keburukannya mengisi kepala.“Aku benci karena kamu sangat mudah untuk dicintai,”ucap Zie pada akhirnya.Sean kaget, dia tidak menyangka Zie akan mengatakan hal seperti ini. Ia malah merasa bersalah karena terus saja membuat Zie susah hati. Sean mendekat, tanpa berkata-kata dipeluknya tubuh Zie dengan sangat erat.“Zie, seandainya saat itu kita menjadi sepasang kekasih, apa menurutmu hubungan kita akan langgeng?” bisik Sean.“Entah, yang pasti aku sudah tidak ingin menoleh ke belakang lagi, aku ingin menjalani hidup dengan bahagia,” jawa
“Itu sudah pasti, seperti yang aku bilang dia ditumbalkan oleh Joni,”kata Sean. “Zie, apa kamu tidak ingin kembali menjadi direktur LPA?”tanyanya kemudian.“Tidak Sean, untuk apa? aku punya anak yang super kaya raya, bahkan dengan hanya ongkang-ongkang kaki saja aku bisa hidup,”jawab Zie jemawa. Ia tidak sadar kalau ucapannya barusan bisa menjadi boomerang, karena tak berselang lama Sean menggoda-“Lalu untuk apa kamu bekerja? Selain punya anak yang super kaya, apa kamu tidak melihat siapa yang berdiri di depanmu sekarang?” Sean menyombongkan diri, dia menaikkan dagu lantas bersedekap dada.“Siapa yang ada di depanku? Maksudmu dia?” tunjuk Zie ke Sean. “Ini manusia gelato, bukan pohon uang.”Sean yang gemas pun sengaja hendak menggigit jari Zie, beruntung wanita itu menjauhkannya lebih dulu, mereka tertawa renyah, tak sadar membuat Gia dan Airlangga yang sejak tadi berdiri di ambang pintu terperangah.“Apa dulu kita begitu? Merasa dunia hanya milik berdua saat jatuh cinta?” tanya Gia.
Marsha ikut bahagia mendengar Sean ingin melamar Zie, tentu saja dia tidak akan keberatan, di ulangtahun pernikahannya nanti akan menjadi hari di mana sang sahabat juga mendapatkan cinta sejati. Marsha mematikan panggilan dan tak terasa air matanya menetes ke pipi. Bagus yang melihatnya pun merasa heran, tapi dia tidak cemas. Marsha terlihat tersenyum sambil menghapus sudut mata, tandanya wanita itu menangis karena haru bukan karena sedih.Bagus mendekat, dia tak bisa menyembunyikan rasa pensarannya dan bertanya apa sesuatu yang baik baru saja terjadi.Marsha mengangguk cepat dan berkata,”Seandainya kamu tahu bagaimana rumitnya hubungan Sean dan Zie.”“Mereka saling mencintai tapi tak bisa mengungkapkan isi hati, begitu ‘kan?” tebak Bagus.“Hem … dan kamu tahu? aku terkadang merasa semua ini berkatmu juga, untung masih ada gigolo mata duitan sepertimu tapi baik hati,”ucap Marsha tanpa sedikitpun rasa sungkan.Mata Bagus mendelik, dia menggertak Marsha tanpa bersuara karena mulut wan
Zie keluar sambil menggendong Ken menuju halaman rumah Marsha yang sudah disulap menjadi tempat diadakannya pesta. Memang sedikit aneh pesta ulangtahun bocah disatukan di hari yang sama dengan ulangtahun pernikahan orangtuanya.Namun, bukan Marsha namanya jika pikirannya sama dengan orang pada umumnya. Acara ulangtahun Serafina sudah dimulai, para orangtua duduk di ruang tamu terutama bapak-bapak - yang merasa tidak mungkin ikut berdiri di antara tamu anak-anak kecil, yang sedang dihibur oleh badut sulap. Zie nampak berdiri dan mencari-cari sosok Sean, dia sedikit kecewa tak melihat mantan suaminya itu berada di sana, meski begitu Zie tetap ceria, menggendong Ken yang sejatinya belum mengerti apa itu pesta. Bayi itu tertawa bahkan cekikikan kala orangtua teman Serafina menyapa dan mengajaknya bercanda. Siapa yang tidak kenal dengan Zie, Sean dan juga bayi mereka. Ken ternyata diam-diam masuk nominasi bayi terkaya versi sebuah majalah bisnis. Zie bahkan tidak mendengar tentang hal itu
"Sudah siap?" Gia masuk ke dalam kamar tipe presiden suit yang ditempati putrinya. Di sana ada Zie yang sedang duduk, dan Marsha yang berdiri di depannya. Dengan balutan kebaya modern, Zie nampak sangat anggun, dia sudah siap untuk duduk bersanding dengan Sean di depan penghulu. "Tidak perlu grogi! seperti perawan yang baru pertama kali mau nikah aja." Cibiran Marsha membuat Zie gemas dan mengayunkan tangan memukul lengan sang sahabat. Marsha sama sekali tak berubah, dia tetap ceplas-ceplos meski sudah memiliki dua orang anak. "Ayo sudah saatnya keluar, jangan membuat Sean menunggu lama." Gia sejak pagi juga tak kalah grogi, dia berdoa bahkan berpuasa sebelum acara hari ini digelar. Tujuannya hanya satu, berharap Tuhan melancarkan pernikahan sang putri. Zie mengangguk, dia membuang napas kasar dari mulut sebelum berdiri dan keluar menuju ballroom di mana akad dan resepsi pernikahannya dengan Sean akan digelar tanpa jeda waktu. Persiapan yang sangat singkat, tak menjadi masalah b
Zie dan Sean menerima banyak doa dan hadiah, setelah pesta mereka selesai dan saat semua keluarga sudah pergi dari ballroom itu, keduanya masih betah di sana. Zie dan Sean berdiri memandang pelaminan sambil bergandengan tangan. Ghea dan Daniel membawa Keenan ke rumah, meski tadi sempat berebut dengan Gia dan Airlangga.“Zie, apa ini pernikahan impianmu?” tanya Sean.“Tentu, menikah dengan orang yang mencintaiku adalah mimpiku.”Sean menoleh Zie yang masih menatap lurus ke depan, hingga wanita itu sadar lantas memalingkan muka. Tatapan mata kedua mahkluk yang sedang mabuk cinta itu pun bersirobok, Sean kembali membelai pipi Zie, dan perlahan menyatukan daging tak bertulang mereka. Sean menyesap dalam-dalam bibir wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya lagi. Ia tak sungkan menelusupkan lidah, menggelitiki rongga mulut Zie dan membuat wanita itu merasa geli.Zie hampir menjauhkan wajah agar tautan bibir mereka terlepas, tapi Sean malah semakin menekan, hingga Zie pun hanya bisa pasra